Bahaya vaksin palsu merupakan efek samping dari penggunaan vaksin yang didalamnya mengandung bahan bahan yang tidak memiliki dampak baik bagi kesehatan.
Vaksin palsu merupakan vaksin yang didalam pembuatanya telah ditambahkan cairan infus dan antibiotik jenis gentacimin yang jika diberikan pada balita dalam dosis besar dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Vaksin palsu adalah vaksin yang tidak mendapatkan sertifikat lolos uji kelayakan pakai oleh ikatan dokter Indonesia, Badan POM dan departemen kesehatan, Sehingga tidak dapat dipertanggung jawabkan resiko apapun yang kelak terjadi.
Tujuan pemberian vaksin
Vaksinasi atau imunisasi adalah upaya untuk pertahanan tubuh dan pencegahan terhadap ancaman penyakit tertentu yang berbahaya. Vaksin diberikan pada balita bertujuan untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan sistem imunologi dalam tubuh balita agar tubuh menghasilakn antibodi yang kuat yang nantinya mampu memblokir serangan virus dan bakteri dari dalam dan luar tubuh.
Jenis jenis Vaksin
Ada beberapa imunisasi vaksin bagi kesehatan balita
1.Imunisasi DPT (Difteri, Perhusis dan Tetanus)
Untuk pencegahan penyakit difteri, Perhusis, Tetanus yang ditujukan untuk menangkal serangan bakteri yang menyerang dan mengganggu tenggorokan . Penyakit yang dimaksud adalah batuk, peradangan saluran kerongkongan, Kejang otot, Kerusakan otot dan pencegahan infeksi bakteri.
2. Imunisasi BCG (Tuberkulosis)
Untuk pencegahan penyakit tuberkolosis (TBC) yang dapat diberikan pada balita yang usianya belum mencapai 2 bulan. Vaksin BCG mengandung bakteri bacillius calmette guerrin hidup yang telah dijinakan dengan dosis 50.000 sampai 1.000.000 partikel.
Bac juga : gejala TBC dan cara mengobatinya
3. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
Untuk pencegahan Tetanus toksoid yang dapat pencegahan, Penyembuhan dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Tetanus. Imunisasi TT dapat diberikan 5 kali seumur hidup yang bertujuan agar kekebalan tubuh selalu terjaga dengan baik. Dapat juga diberikan kapan saja termasuk ketika berusia remaja.
4. Imunisasi Campak
Untuk pencegahan penyakit campak atau tampek yang dapat diberikan pada bayi berusia sembilan bulan atau lebih. Pemberian vaksin campak bermanfaat untuk kekebalan tubuh terhadap campak.
Baca juga : cara mengobati Campak yang paling ampuh
5. Imunisasi HBV (Hepatitis B)
Untuk pencegahan hepatitis B yaitu jenis penyakit yang menyerang dan merusak jaringan hati dimana penyakit tersebut berpotensi menjadi kanker hati kronis. Hati akan kehilangan kemampuan untuk menyaring darah dan racun sehingga meracuni jaringan hati itu sendiri.
Baca juga : cara pengobatan Hepatitis B akut dan kronis
6. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Untuk pertahanan tubuh terhadap bakteri yang merusak rongga telinga. Penyakit telinga yang dimaksud berhubungan dengan meningitis dan infeksi darah.
7. Imunisasi Tipa (Tiphus)
Untuyk meningkatkan imunitas tubuh pada demam tifoid penyebab penyakit tipes. Ada 3 jenis vaksin yang ditawarkan berupa Oral, Kapsul dan suntikan.
8. Imunitas MMR (Campak jerman dan gondongan)
Untuk perlindungan khusus campak biasa, Gondongan dan Campak Jerman yang dianjurkan disuntikan pada manusia dewasa sebanyak 2 kali.
9. Imunisasi Varisella (Cacar air)
Untuk pencegahan penularan virus yang menyebabkan cacar air. Jika memang masih terserang cacar air maka vaksin dapat mempercepat proses penyembuhanya tanapa meninggalkan bekas atau noda hitam pada kulit.
Baca juga : cara menyembuhkan cacar air secara alami
10.Imunisasi DT
Untuk meningkatakan kekebalan tubuh terhadap toksin atau racun yang dihasilkan dari perkembangan bakteri, Kuman dan jamur penyebab Difteri dan luka yang mengalami oeradangan serta infeksi .
11. Imunisasi Polio
Untuk peningkatan kekebalan tubuh aktif atas serangan virus penyebar penyakit polimelitis. Imunisasi polio ditujukan agar balita terhindar dari kelumpuhan aalayu dan kerusakan jaringaan tulang akibat penyakit polio. Vaksin polio ada 2 jenis yaitu Oral (Oral polio vaccine) dan Incativatedpolio vaccine (IPV)
Baca juga : gejala Polio secara umum
Ancaman serius dibalik bahaya vaksin palsu
Vaksin palsu sebenarnya sudah diproduksi selama belasan tahun oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan keuntungan pribadinya saja. Namun sejauh ini belum ada laporan dari orang tua tentang anak mereka akan dampak buruk setelah memakai vaksin palsu. Namun jika diberikan pada dosis yang tidak sesuai aturan dan dalam kondisi telah terkontiminasi kotoran atau zat berbahaya lain dapat menyebabkan beberapa keluhan kesehatan yang perlu diwaspadai.
Ciri ciri vaksin palsu
- Kemasan vaksin palsu berwarna keruh dan tidak cermelang
- Kemasan pada vaksin palsu terdapat congkelan disuntikan jarum
- Barcode pada vaksin palsu berwarn akehiitaman dan tulisan pada kemasan bagiuan luar sulit terbaca dengan jelas
- Harga lebih murah dari vaksin asli yaitu selisih antara 250 sampai 500 ribu, Contohnya jika asli harganya 500 ribu maka yang palsu adalah 250 ribu.
- Permukaan kemasan lebih kasar dan rubber stopper penutupnya berwarna abu abu. Bahaya vaksin palsu awalnya dapat dilihat dari ujung botolnya yang mudah dibuka dan berwarna lebih keruh dari aslinya.
Resiko penggunaan vaksin palsu
Ada 6 Bahaya vaksin palsu bagi kesehatan balita dan anak
1.Infeksi jaringan pertahanan tubuh
Vaksin palsu ketika didalam pembuatanya dilakukan dengan cara yang tidak steril lalu menggunakan dosis yang sembarangan dapat menyebabkan balita mengalami infeksi jaringan pertahannan tubuh. Vaksin palsu yang tidak steril memicu pertumbuhan bakteri dan virus yang jika masuk dalam tubuh balita maka akan menyebabkan infeksi lambung, Infeksi porgan pencernaan dan usus sehingga bisa menyebabkan tubuh demam berkepanjangan, Terserang diare, Perut mual dan muntah muntah.
2. Rentan pada serangan bakteri
Vaksin palsu yang ditambahakan antibiotik secara sembarangan dapat mengiritasi organ tubuh bagiuian dalam balita. Antibiotik digunakan untuk penyembuhan infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan pada balita yang sehat. Antibiotik bersifat menjaga pertahanan tubuh dari serangan peradangan bukan menjaga daya tahan tubuh. Zat antibiotik berlebihan dalam tubuh orang sehat dapat menyebabkan tubuh menjadi kebal oleh serangan bakteri dan tidak mampu lagi memblokir pergerakan bakteri itu sendiri.
3. Keracunan
Vaksin palsu dalam kemasan botol yang tidak steril dan cairan infus serta antibiotik telah terkontiminasi dengan kotoran maka dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri dan virus hasil dari penguapan udara yang menyebabkan tubuh balita terserang keracunan. Keracunan diawali dengan muntah muntah, Demam berkepanjangan, Diare dan rewel karena tubuh terasa tidak nyaman.
4. Nafsu makan hilang
Vaksin palsu yang mengandung cairan infus dan antibiotik yang tidak steril atau penggunaan dosis yang tinggi dapat menyebabkan balita kehilangan nafsu makan. Kedua bahan tersebut merupakan bahan yang tidak seharusnya dicampur menjadi satu karena dapat terjadi reaksi berbahaya didalam tubuh. Organ pencernaan bisa mengalami iritasi.
5. Sesak nafas
Tubuh balita masih sangat rentan terhadap zat kimia karewna organ dalam tubuhnya belum sepenuhnya sempurna untuk menerima apapun yang masuk kedalam sistem pernafasan, lambung dan ususnya termasuk cairan infus dan antibiotik yang menjadi bahan tambahan pada vaksin palsu. Balita yang tidak kuat menerima bahan pembuatan vaksin palsu akan menderita sesak nafas. Sesak nafas termasuk bahaya vaksin palsu yang dapat menimpa balita akibat tubuhnya tidak kuat dengan reaksi yang terjadi pada gabungan cairan infus dan jenis antibiotik yang ada didalamnya.
6. Alergi
Tubuh sehat balita yang dihantam vaksin yang berisi antibiotik dalam dosis tidak tepat menyebabkan tubuh bayi tidak kuat dan menyebabkan demam berkepanjangan dan muncul alergi kulit berupa ruam ruam kemerahan . Bahaya vaksin palsu sebenarnya tidak serta merta langsung memberikan efek buruk pada balita setelah satu hari menggunakan vaksin tersebut. Kandungan cairan infus dan antibiotik yang dicampurkan didalamnya masih dalam dosis wajar yaitu 0,5 cc. Namun tetap saja vaksin palsu dilarang untuk digunakan karena mengandung zat zat yang tidak dibenarkan untuk tubuh balita menurut dunia medis termasuk para dokter dan departemen kesehatan Indonesia.