Antibiotik merupkan senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroba, atau yang diproduksi seluruh atau sebagiannya secara sintetis kimia. Dalam konsentrasi kecil dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain. Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri adalah organisme mikroskopis, yang beberapa di antaranya dapat menyebabkan penyakit. Penyakit seperti sifilis, tuberkulosis, salmonella, dan beberapa bentuk meningitis disebabkan oleh bakteri, namun beberapa bakteri juga baik bagi tubuh kita.
Mekanisme Kerja Antibiotik
- Menggangggu metabolisme sel mikroba
- Menghambat sintesis dinding sel mikroba
- Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
- Mengahambat sintesis protein sel mikroba
- Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
Efek Samping dari Antibiotik
Meskipun penggunaan antibiotik sangat dianjurkan, namun bahaya efek samping antibiotik ini bisa terjadi seperti berikut :
- Reaksi alergi ( Hipersensitivitas )
- Reaksi Idiosinkrasi – Reaksi Idiosinkrasi terjadi karena faktor genetik, dan 10% pria hitam mengalami anemia hemolitik pada primakuin.
- Reaksi Toksis – Reaksi ini terjadi karena, sifat non selektif antibotik,
Banyak faktor yang menyebabkan efek samping antibiotik ini terjadi, beberapa penyebab kegagalan dalam pemberian antibiotik ini dapat menimbulkan efek samping tersebut, yaitu :
- Dosis yang kurang – Dipengaruhi tempat infeksi, (Contohnya pada penyakit meninges, dan paru-paru)
- Lama terapi yang kurang – Contohnya untuk penyakit TBC dibutuhkan waktu selama 6 bulan.
- Adanya faktor mekanik ( abses, benda asing dll )
- Salah menetapkan etiologi
- Faktor farmakokinetik – yaitu kemampuan untuk mencapai tempat infeksi (otak dan prostat)
- Salah menentukan pilihan antibiotik – Dalam menentukan pilihan antibiotik perlu dilakukan uji sensitivitas kuman
- Faktor Pasien ( Imunodefisiensi, dll )
Bahaya Antibiotik pada Anak-anak
Pengobatan pada anak-anak juga membutuhkan penggunaan antibiotik, namun waspadai pula beberapa bahaya yang mungkin ditimbulkannya, yakni :
- Merusak tulang – Penggunaan antibiotik jenis Siprofloksasin dan Norfloksasin pada anak – anak usia dibawah 12 tahun akan merusak tulang rawan
- Diskolorisasi gigi – Gangguan pertumbuhan tulang, timbul pada penggunaan antibiotik jenis tetrasiklin yang diberikan kepada anak-anak usia dibawah 4 tahun
- Mempengaruhi ketahanan tubuh – Pemberian Antibiotik Kotrimoksazol pada anak – anak berumur dibawah 2 bulan, tidak akan memberikan efektivitas dan keamanan bagi tubuh.
- Grey baby Syndrome – Penggunaan antibiotik jenis Kloramfenikol, Tiamfenikol, akan meninmbulkan Grey baby Syndrome
- Fatal Toxic Syndrome – Penggunaan Antibiotik jenis Linkomisin HCL akan mengakibatkan Fatal Toxic Syndrome
- Tidak efektif – Pemberian antibiotik jenis Piperasilin-Tazobaktam, Azitromisin, Tigesiklin, dan spiramisin apabila diberikan kepada bayi dan anak-anak berusia dibawah 18 tahun tidak memberikan efektivitas bagi tubuh.
Bahaya Antibiotik pada Usia Lanjut
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan antibiotik untuk usia lanjut adalah :
- Fungsi Ginjal – Pada penderita usis lanjut ( > 65 tahun ) sudah dianggap mempunyai gangguan fungsi ginjal ringan, sehingga penggunaan antibiotik untuk dosis pemeliharaan perlu diturunkan atau diperpanjang jarak pemberiannya.
- Pertimbangan Interaksi – Komobiditas pada usia lanjut yang sering menggunakan berbagai jenis obat-obatan memerlukan pertimbangan terjadinya interaksi obat dengan antibiotik.
- Pemeriksaan mikrobiologi – Terapi antibiotik empiris pada pasien usia lanjut perlu segera dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikrobiologi dan penunjang yang lain.
Penggunaan Antibiotik pada Kondisi Tertentu
Selain pada anak-anak dan usia lanjut, terdapat pula beberapa kondisi yang membutuhkan penggunaan antibiotik secara khusus yaitu :
1. Penggunaan Antibiotik pada Insufisiensi Ginjal
- Pada gangguan fungsi ginjal dosis antibiotik disesuaikan dengan bersihan kreatinin, dosis obat penting untuk obat dengan rasio toksik-terapetik yang sempit, atau yang sedang menderita penyakit ginjal.
- Usahakan menghindari obat yang bersifat nedfrxxdksis.
2. Penggunaan Antibiotik pada Infusiensi Hati
Pada gangguan fungsi hati kesulitan yang dijumpai adalah bahwa tidak tersedia pengukuran tepat untuk evaluasi fungsi hati. Gangguan hati yang ringan atau sedang tidak perlu penyesuaian jenis antibiotik. Sedangkan, yang berat membutuhkan penyesuaian dan pada umumnya sebesar 50%, dari dosis biasa atau dipilih antibiotik dengan eliminasi non hepatik dan tidak hepatotoksik.
3. Penggunaan Antibiotik pada Wanita Hamil
Hindari penggunaan antibiotik pada trimester kehamilan pertama kecuali dengan indikasi kuat. Indeks keamanan penggunaan antibiotik pada wanita hamil merujuk pada ketetapan US- FDA seperti berikut :
- Kategori A (Hanya Vitamin) : Studi pada wanita menunjukan tidak adanya resiko terhadap janin di trimester kehamilan pertama.
- Kategori B : Studi pada hewan percobaan sedang reproduksi tidak menunjukan adanya gangguan pada fetus pada trimester pertama, tidak ada studi pada wanita hamil.
- Kategori C : Studi pada hewan percobaan menunjuakan adanya gangguan teratogenik, / embrio. Pada wanita hamil tidak ada penelitian.
- Kategori D: Jelas ada gangguan pada janin manusia. Hanya dapat digunakan pada keadaan untuk menyelamatkan nyawa penderita.
- Kategori X: Studi pada hewan percobaan maupun manusia, menunjukan adanya gangguan pada janin. Obat ini merupakan kontra indikasi untuk dipakai pada saat kehamilan.
Langkah -Langkah Pemberian Antibiotik yang Aman
1. Tentukan etiologi penyakit
- Pada nyeri tenggorokan , otitis media, bronkitis akut, dan batuk akut jangan segera diberi antibiotik
- Infeksi akut pada sinus, faring, saluran napas bawah tidak boleh menggunakan antibiotik.
2. Pilih jenis Antibiotik yang tepat
- Sensitivitas mikroba terhadapa antibiotik
- Keadaan tubuh hospes
- Faktor biaya
3. Tentukan dosis antibiotik yang tepat
4. Tentukan sediaan ( Posologi ) yang tepat.