7 Komplikasi Autisme Yang Perlu Untuk Diwaspadai Sejak Dini

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Komplikasi autisme perlu diwaspadai terutama oleh Anda sekalian yang berhadapan langsung dengan penderita autisme di tiap harinya. Berikut ini beberapa contoh komplikasi dari adanya penyakit autisme pada seseorang.

1. Gangguan Mental

Penderita autisme umumnya memiliki gangguan pada saraf otaknya sehingga kinerja otak menjadi terganggu. Kerusakan pada saraf otak ini selanjutnya akan berpengaruh pula terhadap memori dan juga emosi dari penderita autisme. Umumnya penderita autisme akan mengalami kelainan mental dalam bentuk yang berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain.

Gangguan mental pada dasarnya merupakan penyakit kejiwaan yang perlu mendapatkan penanganan. Perilaku dari gangguan mental umumnya seperti munculnya depresi, sulit tidur, merasa gelisah, tampak bingung, dan lain sebagainya. Pada beberapa kasus dijumpai pula penderita autisme yang mengalami kegelisahan di sepanjang waktu dan merasa takut tanpa sebab yang jelas.

Beberapa dari mereka juga bahkan terkesan bisa melihat hal-hal mistik. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan dan pelayanan kejiwaan yang tepat bagi penderita autisme. Pelayanan untuk kesembuhan mental bisa diberikan oleh psikolog atau psikiater. Tenaga ahli tentu akan memberikan terapi dan juga akan memberikan obat-obatan jika memang dibutuhkan.

2. Gangguan Sensorik

Setiap orang tentunya memiliki sensorik dasar di dalam tubuhnya. Sensorik ini dapat bekerja dengan baik namun juga bisa saja bekerja secara tidak optimal. Sensorik pada seseorang tentu saja berhubungan dengan saraf. Bila saraf tidak dapat bekerja dengan baik maka sensorik akan mengalami hambatan. Pada dasarnya sensorik akan berkembang melalui proses penerimaan berbagai macam informasi yang didapat oleh seseorang di setiap harinya.

Namun pada penderita autisme umumnya memiliki masalah dengan sarafnya sehingga sensorik pada penderita autisme juga mengalami gangguan. Sensorik dasar manusia terdiri dari perabaan, penciuman, pendengaran, penglihatan, pengecapan, keseimbangan, dan gerak antar sendi. Dengan kata lain pada penderita autisme umumnya sensorik yang terdiri dari beberapa macam itu kurang mampu bekerja dan berfungsi dengan baik.

Untuk mengatasi hal ini maka penderita autisme bisa dianjurkan untuk menjalani semacam terapi. Salah satunya adalah terapi okupasi yang dapat membantu penderita autisme untuk melatih dan membiasakan dirinya agar pengorganisasian berbagai informasi sensorik dapat dimanfaatkan oleh tubuh dengan baik.

3. Kejang-kejang

Penyebab kejang tanpa demam merupakan suatu kondisi saat otot pada tubuh melakukan kontraksi tanpa terkendali. Pada dasarnya seluruh gerakan yang kita lakukan dikendalikan oleh otak yang bekerja dan berfungsi untuk mengirimkan beberapa sinyal listrik dengan melalui saraf ataupun otot.

Namun jika sinyal dari otak tersebut tidak normal dan mengalami gangguan maka seluruh otot tubuh akan berkontraksi serta bergerak di luar kendali kita. Kondisi yang demikian bisa dinamakan kejang. Kejang bisa terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya di luar kesadaran orang yang sedang mengalaminya. Adapun penderita autisme juga beresiko mengalami kondisi kejang.

Sebab saraf yang ada pada penderita autisme sering kali mengalami gangguan sehingga tidak dapat berfungsi secara normal. Gangguan pada saraf tersebut akhirnya dapat menyebabkan pengiriman sinyal listrik dari otak menjadi terganggu atau terhambat sehingga muncullah kondisi kejang. [AdSense-B]

4. Tuberus Sclerosis

Jenis penyakit ini sebenarnya lebih mengacu pada penyakit genetik. Artinya penyakit jenis ini bisa diturunkan dari orang tua kepada keturunannya. Dengan kata lain penyakit ini merupakan penyakit warisan. Tuberous sclerosis mengacu pada kondisi saat tumor kecil yang ada pada seseorang menjadi semakin berkembang dan menyebar ke seluruh anggota tubuh.

Misalnya saja pada kulit, mata, hingga organ dalam seperti paru-paru dan jantung. Tumor jenis ini sebenarnya tidaklah ganas namun bisa berdampak pada timbulnya komplikasi kesehatan dalam bentuk lainnya. Saat seseorang menderita autisme maka ia beresiko pula menderita tuberous sclerosis. Sebab bisa saja autisme diderita oleh seseorang sejak lahir.

Autisme yang diderita sejak lahir tersebut memiliki kemungkinan muncul bersamaan dengan sindrom atau kelainan lainnya. Dalam hal ini termasuk pula kelainan komplikasi autisme berupa penyakit genetik tuberous sclerosis. Umumnya penderita tuberous sclerosis juga mengalami gejala kejang-kejang yang disertai dengan adanya ruam pada kulit.

5. Sulit Tidur

Gejala sulit tidur sering kali juga disebut dengan istilah insomnia. Sulit tidur tentu saja tidak memberikan dampak yang baik bagi kesehatan seseorang. Sebab tidur sebenarnya merupakan waktu bagi seseorang untuk beristirahat. Oleh karena itu kualitas tidur yang dimiliki seseorang sebenarnya sangatlah penting terutama pada saat tidur malam. [AdSense-A]

Gejala sulit tidur terkadang muncul sebagai bentuk gangguan mental pada seseorang. Saat seseorang mengalami gangguan pada kesehatan jiwanya maka ia beresiko mengalami rasa takut dan gelisah berkepanjangan tanpa sebab yang jelas serta mengalami kondisi sulit tidur. Hal ini tentu saja juga bisa terjadi pada penderita bahaya autisme yang umumnya mengalami gangguan mental.

Penderita autisme umumnya juga mengalami gejala sulit tidur yang disertai pula dengan adanya perasaan cemas dan bingung serta tampak gelisah. Memang penderita autisme seringkali memiliki ekspresi yang datar. Namun sebenarnya penderita autisme sedang berada dalam kondisi yang membuat mereka cemas dan sampai mengalami sulit tidur. Kondisi yang cukup buruk ini bisa ditangani misalnya melalui bantuan medis atau psikologis.

6. Gangguan Pencernaan

Beberapa kasus menunjukkan bahwa beberapa penderita autisme ternyata juga mengalami masalah atau gangguan pada proses pencernaan di dalam tubuhnya. Gangguan pencernaan tersebut sebenarnya merupakan suatu gangguan atau masalah kesehatan pada satu atau beberapa organ pencernaan dalam tubuh manusia.

Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem pencernaan yang berjalan secara bersamaan. Gangguan pencernaan pada penderita autisme sudah seharusnya menjadi perhatian secara khusus dan harus segera ditangani. gangguan pencernaan tidak boleh dibiarkan karena bisa semakin serius dan berbahaya.

Gangguan pencernaan yang dialami oleh penderita autisme dan semakin parah serta tidak segera ditangani beresiko mengancam keselamatan jiwanya. Kondisi ini tentu saja akan semakin mengganggu kinerja organ tubuh yang lainnya sehingga kondisi penderita autisme akan menjadi semakin rentan terhadap berbagai macam jenis penyakit.

7. Perilaku Agresif

Perilaku seorang penderita penyebab autisme memang cenderung terkesan aneh dan berbeda dengan orang sebayanya. Ada beberapa perilaku yang menjadi ciri dari penderita autisme yaitu melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang seperti mengibaskan tangan, melompat, dan mengucapkan kosa kata yang sama secara terus-menerus.

Tindakan ini tentu saja harus segera diredakan misalnya melalui terapi. Sebab perilaku penderita autisme yang dibiarkan dan tidak ditangani justru akan berkembang menjadi perilaku agresif. Perilaku agresif bisa saja muncul karena penderita autisme cenderung memiliki sikap emosional dan tidak dapat mengontrol perbuatannya. Maka peluang terjadinya perilaku agresif cukup besar untuk terjadi terutama saat penderita autisme merasa marah karena aktivitasnya terganggu.

Komplikasi autisme sebaiknya sebisa mungkin dihindari dengan melakukan berbagai upaya. Dengan demikian maka penderita gejala autisme semakin hari dapat memiliki kualitas hidup yang semakin baik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn