7 Bahaya Autisme yang Sebaiknya Dihindari

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bahaya autisme tampaknya perlu diketahui baik oleh keluarga dari penderita autisme maupun oleh masyarakat sekitar. Berikut ini beberapa jenis bahaya atau resiko dari adanya penyebab autisme yang sedang dialami oleh seseorang sejak kanak-kanak.

1. Komunikasi Terhambat

Seorang penderita autisme umumnya mengalami hambatan dan kendala dalam hal berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini bisa saja terjadi karena adanya proses bicara yang lambat pada penderita autisme tersebut. Kemampuan bicaranya tidak mampu berkembang dengan baik sehingga ia cenderung tidak dapat menyampaikan segala sesuatu dengan baik.

Akibatnya komunikasi dua arah dengan orang lain tidak dapat terjadi. Pada umumnya penderita autisme hanya mengeluarkan ucapan dari mulutnya bukan untuk menciptakan komunikasi dengan orang lain. Namun ucapan yang keluar dari mulutnya itu lebih dimaksudkan untuk menyampaikan apa yang sedang ada di otak dan pikirannya.

Bahasa yang diucapkannya pun juga sering kali tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Sebab bahasa yang digunakannya umumnya tidak lazim sehingga terdengar asing bagi orang-orang di sekitarnya. Di samping itu bahasa yang diucapkannya sering kali diulang-ulang dimanapun dan kapanpun serta dalam situasi apapun. Hal ini pada akhirnya menjadi suatu ciri dari penderita autisme.

2. Berkurangnya Sosialisasi

Kesulitan berkomunikasi yang dialami oleh seorang penderita autisme tentu saja pada akhirnya akan mengakibatkan dirinya untuk semakin menjauh dari lingkup sosial. Penderita autisme memang seringkali kurang mampu menciptakan hubungan sosial dengan baik.

Sebab seorang penderita autisme selain tidak dapat berbicara dan berbahasa dengan baik tampaknya ia juga memiliki ekspresi wajah yang cenderung datar atau tanpa ekspresi. Hal ini tentu saja akan membuat lawan bicaranya menjadi bingung dan enggan untuk membina hubungan sosial dengannya.

Selain itu penderita autisme juga memiliki kecenderungan untuk hidup dalam dunianya sendiri. Bahkan ia selalu menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang disukainya saja secara berulang-ulang. Kondisi ini pada akhirnya akan semakin menjauhkan penderita autisme dari orang lain dan semakin nyaman dengan dunianya sendiri. Tentu saja kemampuan sosialisasi yang dimilikinya tidak akan terbina dengan baik sehingga ia akan mengalami kendala dalam berhubungan sosial dengan orang lain.

3. Cenderung Emosional

Emosi yang dimiliki oleh seorang penderita autisme cenderung labil. Selain itu penderita autisme sering kali dijumpai suka marah terutama saat ia merasa aktivitasnya terganggu. Penderita autisme yang selalu hidup dalam dunianya sendiri akan menjadi marah secara tiba-tiba jika kegiatan yang disukainya tersebut terganggu.

Kemarahan yang dialaminya terkadang dilampiaskan dalam bentuk teriakan. Selain berteriak bisa juga penderita autisme yang sedang marah melakukan tindakan kekerasan baik pada benda ataupun orang yang dianggap telah mengganggu aktivitasnya.

Oleh karena itu beberapa penderita autisme sering kali diberikan terapi agar emosinya bisa semakin stabil dan terkendali. Sebab emosi yang cenderung labil dan temperamental tersebut bersifat merugikan bagi perkembangan mental dari penderita autisme itu sendiri.

Beberapa kasus juga diredakan dengan cara diberikan beberapa obat-obatan oleh dokter pada pasien penderita autisme. Obat yang diberikan tersebut berguna untuk meredakan emosi negatif berupa kecemasan atau bahkan depresi untuk pencegahan autisme. [AdSense-B]

4. Gangguan Perilaku

Perilaku yang dimiliki oleh seorang penderita autisme tentu saja tampak berbeda dari orang-orang lain sebayanya. Bahkan banyak orang yang akan beranggapan bahwa penderita autisme memiliki perilaku yang aneh.

Penderita autisme umumnya cenderung lebih menyukai kehidupan yang sepi. Ia bahkan tidak suka terlibat dalam hubungan sosial dengan orang lain. Ia tidak suka melakukan komunikasi dan tidak suka bergaul. Selain itu ia juga seringkali melakukan suatu gerakan secara berulang-ulang dalam kondisi dan situasi apapun.

Umumnya penderita autisme seringkali melakukan kegiatan berulang-ulang seperti melompat. Ada pula penderita autisme yang terbiasa untuk mengibas-ngibaskan tangannya secara berulang-ulang.

Hal tersebut seringkali dilakukannya dengan mengeluarkan suara atau celotehan yang kurang jelas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Ekspresinya juga cenderung datar karena tidak memiliki pemikiran atau perasaan apapun pada saat sedang melakukan suatu hal tertentu.

5. Gangguan Pencernaan

Pada beberapa kasus dijumpai bahwa beberapa penderita gejala autisme juga mengalami masalah atau gangguan pada proses pencernaannya. Gangguan pencernaan sendiri pada dasarnya merupakan suatu masalah kesehatan pada satu atau beberapa organ pencernaan sehingga hal ini mengganggu sistem pencernaan yang berjalan secara bersamaan.

Gangguan pencernaan yang dialami oleh seorang penderita autisme sebaiknya selalu diusahakan untuk mendapatkan perhatian dan penanganan secara khusus oleh dokter. Sebab gangguan pencernaan ini jika dibiarkan bisa menjadi suatu gangguan yang sifatnya serius dan berbahaya. [AdSense-A]

Bahkan gangguan pencernaan yang dialami oleh penderita autisme bisa saja mengancam keselamatan jiwanya. Gangguan pencernaan tersebut bisa saja dialami oleh penderita autisme karena tidak sempurnanya organ tubuh yang ada dalam dirinya.

Tentu saja kondisi ini akan mengganggu kinerja organ yang lainnya sehingga membuat kondisi penderita autisme menjadi rentan terhadap suatu jenis penyakit.

6. Mengalami Amnesia

Umumnya penyakit autisme sering kali diidentikkan dengan adanya gangguan pada macam-macam penyakit saraf otak. Kondisi ini juga pada akhirnya mengakibatkan penderita autisme mengalami gangguan pada otaknya yaitu berupa amnesia.

Amnesia sendiri sebenarnya merupakan suatu kondisi saat seseorang mulai mengalami masalah dengan memori atau ingatannya. Dengan kata lain penderita amnesia akan mengalami gangguan dalam menerima dan mengingat kembali beberapa informasi yang telah diterimanya serta melupakan pengalamannya di masa lalu.

Penderita autisme diketahui tidak dapat menerima segala informasi dengan baik. Ditambah lagi ia juga tidak dapat mengingat segala hal yang telah dilalui atau dialaminya. Ia juga tidak akan mengingat segala informasi yang telah diterimanya sekalipun informasi yang diterimanya tersebut merupakan informasi baru.

Oleh karena itu diperlukan pula beberapa terapi yang bertujuan untuk melatih dan membiasakan penderita autisme untuk belajar mengingat sesuatu terutama mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya.

7. Gangguan Mental

Sebenarnya penderita autisme tidak selalu mengalami gangguan mental. Namun umumnya penderita autisme sering kali tampak melakukan hal-hal yang aneh bagi masyarakat awam sehingga mereka tampaknya mengalami gangguan mental.

Pada dasarnya gangguan mental merupakan suatu jenis penyakit kejiwaan. Kondisi ini berhubungan dengan otak dan sistem saraf pada seseorang yang mengalami gangguan sehingga ia mengalami gangguan mental. Penderita gangguan mental sering kali ditandai dengan adanya kondisi sulit tidur, mudah depresi, emosi labil, dan lain sebagainya.

Penderita gangguan mental sudah seharusnya menerima layanan konseling yang diberikan oleh seorang psikolog atau psikiater agar penyakitnya itu dapat mereda. Oleh karena itu penderita autisme sering kali disarankan untuk menjalani konseling pada psikolog atau psikiater.

Sebab penderita autisme diperkirakan mengalami bahaya berupa gangguan mental yang akan semakin merusak perkembangannya jika tidak segera ditangani dengan baik dan tepat.

Bahaya autisme sudah seharusnya selalu diwaspadai. Oleh karena itu berikan penanganan yang tepat pada penderita autisme. Sehingga kondisi tidak makin parah dan dapat diatasi dengan sesegera mungkin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn