Beberapa hari terakhir masyarakat dibuat terkejut dengan kabar dokter Terawan Agus Putranto yang dipecat oleh MKEK PB IDI atau Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia karena kasus dugaan pelanggaran kode etik kedokteran. Brain flushing atau cuci otak adalah inti dari kontroversi yang sedang terjadi di tanah air yang dipraktikkan oleh dokter Terawan.
Kontroversi cuci otak dokter Terawan ini pun menjadi kabar besar karena praktik tersebut dianggap tidaklah memiliki dasar penelitian ilmiah oleh kalangan profesional. Disebut-sebut, metode cuci otak yang dilakukan oleh dokter Terawan merupakan langkah pengobatan atau perawatan bagi penderita stroke, namun kebenarannya pun masih simpang siur.
Brain flushing dapat mengatasi stroke, benarkah?
Kontroversi muncul ketika penerapan metode cuci otak dokter Terawan lakukan langsung kepada pasiennya. Dengan basis radiologi intervensi, metode pengobatan ini dipercaya menjadi solusi bagi penderita stroke, namun hal ini pun masih menjadi penyebab silang argumentasi di kalangan praktisi sekaligus akademikus kedokteran.
Sebelum dokter Terawan menemukan dan memraktikkan metode cuci otak ini, beliau terbukti sudah berhasil melakukan banyak tindakan medis dalam upaya mengobati stroke akut sejak tahun 2003. Sasaran utama dari penemuan metode pengobatannya ini adalah demi meningkatkan peredaran darah dalam otak pasien.
Prof. Dr. Irawan Yusuf, Ph.D yang merupakan seorang ilmuwan sekaligus juga diketahui sebagai promotor disertasi S3 dokter Terawan di Makassar, tepatnya di Universitas Hasanuddin pun mengatakan bahwa dalam ilmu kedokteran metode cuci otak yang ditemukan dan bahkan sudah dipraktikkan oleh dokter Terawan sama sekali tidak ada masalah untuk penderita stroke.
Dilansir dari Detik Health, Irawan Yusuf menyatakan bahwa tak ada yang perlu dipermasalahkan secara ilmiah tentang metode cuci otak tersebut, namun penggunaan teknologinyalah yang menjadi persoalan karena dianggap tidak masuk dalam standar pengobatan stroke di kalangan masyarakat profesi kedokteran. DSA atau Digital Subtraction Angiography yang digunakan dalam pengobatan atau terapi stroke ringan sudah melalui tahap pengujian olehnya sewaktu pengambilan doktoral di UnHas oleh dokter Terawan.
Beliau pun mengakui bahwa sebenarnya metode tersebut masih pada tahap awal sehingga sama sekali belum bisa dipastikan keampuhan akan metode cuci otak dalam membersihkan pembuluh darah penderita stroke supaya sumbatan hilang dan pembuluh darah berfungsi normal kembali. Ini karena masih diperlukan beberapa riset lagi untuk menyelesaikannya dan karena penggunaannya sudah telanjur, beliau akan mencari cara untuk memperbaiki sebagai promotor dokter Terawan.
Seperti apa metode cuci otak oleh dokter Terawan yang menjadi kontroversi?
Menjadi perbincangan dan menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat, khususnya kalangan profesi kedokteran, masyarakat awam pun pasti ingin mengetahui seperti apa metode yang dijalankan oleh dokter Terawan. Ada beberapa metode yang dipraktikkan seperti berikut:
- Pemasangan Balon di Jaringan Otak Pasien
Salah satu cara yang diketahui dalam metode cuci otak untuk memperlancar aliran darah menuju otak pada penderita stroke adalah dengan memasang balon pada jaringan otak atau yang disebut dengan istilah transcranial LED. Sebagai efeknya, peningkatan aliran darah pun terjadi setelah pemasangan balon tersebut, yakni sebesar 20 persen dan dalam hitungan 73 hari lamanya. Supaya hasil metode bisa berhasil sepenuhnya pada pasien, dokter Terawan memberikan terapi 146 seri banyaknya demi menunjang hasil kesembuhan terbaik pasiennya.
- Pemberian Statin
Metode lainnya yang diketahui sebagai alternatif dokter Terawan adalah melalui pemberian statin. Tak akan ada dampak atau pengaruh tertentu pada peredaran darah dari statin yang diberikan pada pasien sesaat pasca-iskemia, namun responnya sendiri harus menunggu 5 hari sampai kelihatan.
- Pemberian Heparin untuk Sumbatan pada Otak
Dalam upaya pembersihan agar otak tak mengalami sumbatan yang menjadi penyebab stroke utama, dokter Terawan memakai cairan heparin di mana heparin ini masih termasuk dalam golongan obat antikoagulan. Antikoagulan sendiri merupakan anti pembekuan darah, antioksidan sekaligus menjadi agen anti peradangan. Namun lagi-lagi menjadi kontroversi, ini karena zat heparin sudah lama tak digunakan karena memang mampu menawarkan efek samping klinis.
Dokter Terawan sendiri sudah menguji metode cuci otaknya melalui penelitian yang melibatkan pasien stroke iskemik sebanyak 75 orang yang mendapatkan perawatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Keterlibatan akan pasien stroke iskemik ini meliputi pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia antara 41 dan 60 tahun. Rupanya, dari hasil penelitian itu didapatkan bahwa memang ada peningkatan peredaran darah sebanyak 41,20 persen melalui cuci otak secara signifikan.
Melalui penerapan metode cuci otak tersebut, bukan hanya terbukti adanya peningkatan cukup besar dalam peredaran darah menuju otak pasien yang tadinya tersumbat, melainkan efek kesembuhan pun cukup cepat. Hanya berselang 4-5 jam sehabis prosedur operasi, pasien dinyatakan sembuh dari penyakit stroke. Lebih dari itu, Terawan Theory dengan metode cuci otak sebagai pengobatan stroke pun sudah dilakukan di Jerman.
Amankah metode cuci otak sebagai pengobatan stroke?
Karena diawali dengan proses memeriksa pasien secara mendetail, metode cuci otak sebagai perawatan stroke pun diklaim aman. Diketahui pula bahwa dokter penyakit dalam, dokter spesialis jantung, hingga dokter ahli diabetes turut mendukung proses diagnosa pasien secara bersama-sama sehingga tindakan perawatan akhirnya mereka sesuaikan dengan tingkat keparahan dan jenis kondisi pasien.
Tak hanya itu, dokter Terawan pun meyakini bahwa tak ada yang salah dari temuannya tersebut karena memang sudah beliau buktikan secara ilmia melalui disertasinya. Disertasi itu pun sudah dokter Terawan presentasikan tahun 2016 lalu pada waktu sidang doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.
Walau dinyatakan sebagai metode yang aman dan bahkan sudah terbukti ampuh dalam mengatasi kondisi stroke pada pasien, perdebatan masih terus berlanjut mengenai cuci otak yang dokter Terawan kembangkan dan praktikkan ini. Itulah alasan dibalik pemecatan dokter Terawan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sebagai bentuk sanksi di mana pemecatan tersebut berlaku selama 12 bulan.
Diketahui bahwa pihak MKEK PB IDI sudah memberikan keputusan tersebut melalui penyerahan surat pemecatan. Namun untuk kabar lebih lanjut diketahui bahwa keputusan pemecatan adalah sepihak, yakni hanya dari IDI tanpa adanya komunikasi dengan yang bersangkutan.
Apa alasan dibalik pro dan kontra metode cuci otak temuan dokter Terawan?
Dalam sebuah situs, Good To Know, terdapat hasil wawancara di mana dokter Terawan dikatakan telah berhasil membuat Benny Panjaitan, seorang penyanyi veteran personel Panbers, sembuh total dari penyakit stroke. Ya, Benny sudah 1 tahun mengidap stroke dan temuan pengobatan dari dokter Terawan dinyatakan berhasil pada Benny yang kemudian berita ini menyebar cukup cepat lalu membuat banyak kalangan bereaksi. Ada pula yang memercayai bahwa kabar tersebut hanyalah kabar burung alias hoax semata.
Bukan hanya Benny Panjaitan, beberapa pasien dengan penyakit stroke yang berasal dari kalangan politikus sekaligus selebriti lainnya juga terbukti berhasil sembuh berkat metode pengobatan cuci otaknya. Abu Rizal Bakrie, Dahlan Iskan, Inggrid Kansil serta Yusril Ihza Mahendra disebut-sebut sempat menjadi pasien dokter Terawan. Dokter Terawan pun telah memperoleh Penghargaan Achmad Bakrie XV oleh Yayasan Achmad Bakrie sekaligus juga penghargaan yang berasal dari HSC (Hendropriyono Strategic Consulting.
Kalangan medis sedang berpro dan kontra sehingga menyebabkan kontroversi ini semakin melebar dan diketahui banyak orang. Alasan pro dan kontra terhadap temuan dokter Terawan dalam mengobati penyakit stroke melalui metode cuci otak adalah karena latar belakang dokter Terawan sendiri.
Diketahui bahwa latar belakang dari dokter Terawan adalah seorang radiolog, sementara radiologi itu sendiri merupakan sebuah ilmu kedokteran yang utamanya memanfaatkan radiasi untuk memeriksa pasien (langkah diagnosa) serta mengobati penyakit.
Terlepas dari pro kontra yang mewarnai kontroversi cuci otak dokter Terawan, sebenarnya masalah ini merupakan sebuah masalah internal. Namun, kita juga tak seharusnya mengabaikan beberapa bukti bahwa metode temuan dokter Terawan berhasil menolong sejumlah besar pasien stroke.