Glomerulonefritis: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Glomerulonefritis?

Glomerulonefritis ialah inflamasi pada glomerulus. Glomerulus merupakan bagian dari nefron, yaitu unit struktural dan fungsional dari ginjal.

Sebuah nefron tersusun atas korpuskula renal (glomerulus yang diselubungi kapsul Bowman) dan tubulus renal. Setiap ginjal pada orang dewasa mengandung sekitar 1 juta nefron.

Gromelurus tersusun atas pembuluh darah kecil yang membentuk simpul pembuluh. Struktur ini berfungsi sebagai filter (penyaring) darah. Glomerulus menghilangkan sisa metabolisme, elektrolit dan cairan yang berlebihan dari darah dan meneruskan ke dalam urin.

Setiap glomerulus menempel pada suatu tubulus. Darah yang disaring dari glomerulus kembali ke aliran darah, sementara urin yang mengandung sisa metabolisme dan elektrolit berlebih dari darah disalurkan ke tubulus untuk diekskresikan.

Jika glomerulus mengalami kerusakan, ginjal tidak dapat membuang sisa metabolisme dan cairan berlebih secara efisien. Akibatnya sisa metabolisme menumpuk di dalam aliran darah. Selain itu darah dan protein dapat ikut diekskresikan ke dalam urin.

Kondisi tersebut lama-kelamaan mengarah pada kerusakan ginjal dan menyebabkan kekurangan protein di dalam darah.

Glomerulonefriitis merupakan penyebab utama gangguan ginjal. Di Amerika Serikat, glomerulonefritis mengarah pada 10-15% penyakit ginjal tahap akhir.

Glomerulonefritis lebih banyak mempengaruhi wanita daripada pria dengan perbandingan 2:1.

Penyebab Glomerulonefritis

Glomerulonefritis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Terkadang penyakit ini menurun dalam keluarga dan kadang penyebab penyakit tidak diketahui.

  • Infeksi
    • Pasca Infeksi Streptococcus: glomerulonefritis dapat berkembang satu atau dua minggu setelah pemulihan dari infeksi radang tenggorokan, atau pada kasus langka infeksi kulit (impetigo). Untuk mengatasi infeksi, tubuh menghasilkan antibodi berlebih yang dapat menumpuk pada glomerulus dan menimbulkan inflamasi.
    • Endokarditis bakterial: bakteri terkadang menyebar melalui aliran darah dan tersangkut di dalam jantung, mengakibatkan infeksi pada katup jantung. Pasien dengan kecacatan jantung seperti kerusakan katup atau katup jantung buatan memiliki risiko lebih besar mengalami kondisi ini. Endokarditis bakteri berhubungan dengan dengan penyakit glomerulus.
    • Infeksi virus: infeksi virus dapat memicu glomerulonefritis seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C.
  • Penyakit Sistem Imun
    • Lupus: penyakit inflamasi kronis yang dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh, meliputi kulit, sendi, ginjal, sel darah, jantung, dan paru-paru.
    • Sindrom Goodpasture: kelainan paru-paru imunologis langka yang dapat terlihat seperti pneumonia. Sindrom Goodpasture menyebabkan pendarahan pada paru-paru dan glomerulonefritis.
    • Nefropati IgA: dicirikan oleh episode kambuhan adanya darah di dalam urin. Penyakit ini disebabkan oleh adanya penumpukan IgA di dalam glomerulus.
  • Vaskulitis:
    • Poliarteritis: jenis vaskulitis yang mempengaruhi pembuluh darah berukuran sedang dan kecil dalam berbagai bagian tubuh, seperti jantung, ginjal, dan usus.
    • Granulomatosis dengan poliangiitis: jenis vaskulitis yang mempengaruhi pembuluh darah berukuran sedang dan kecil di dalam paru-paru, saluran pernapasan bagian atas, dan ginjal.
  • Penyakit langka yang menyebabkan inflamasi pada pembuluh darah lainnya seperti poliangiitis mikroskopik, Henoch-Schonlein purpura atau sindrom Churg Srauss.
  • Kondisi lain yang berpotensi menimbulkan perlukaan pada glomerulus
    • Tekanan darah tinggi: tekanan darah tinggi dapat merusak ginjal dan mengganggu kemampuan ginjal untuk berfungsi secara normal.
    • Penyakit ginjal diabetik (nefropati diabetik): kondisi ini dapat mempengaruhi semua orang dengan diabetes, biasanya berprogres dalam waktu bertahun-tahun.
    • Glomerulosklerosis segmental fokal: dicirikan dengan jaringan parut yang tersebar dari beberapa glomerulus, kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit lain atau terjadi tanpa penyebab yang jelas.

Faktor genetik dapat berperan dalam timbulnya penyakit, namun umumnya glomerulonefritis tidak menurun dalam keluarga.

Penggunaan obat tertentu dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko glomerulonefritis, seperti NSAID (non-steroidal inflammatory drug) seperti ibuprofen atau aspirin.

Glomerulonefritis pasca infeksi dapat terjadi pada semua usia, tapi biasanya terjadi pada anak-anak. Sebagian besar kasus terjadi pada pasien berusia 5-15 tahun, hanya 10% yang terjadi pada pasien berusia lebih dari 40 tahun.

Jenis dan Gejala Glomerulonefritis

Berdasarkan onset gejalanya, glomerulonefritis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Glomerulonefritis Akut

Glomerulonefritis akut terjadi secara tiba-tiba. Gomerulonefritis akut didefinisikan sebagai onset tiba-tiba dari hematuria, proteinuria, dan adanya sel darah merah di dalam urin. Kondisi ini sering disertai hipertensi, edema, azotemia, dan retensi air dan garam ginjal.

Berikut beberapa gejala lain yang dapat dialami pada glomerulonefritis akut:

  • Wajah membengkak saat bangun tidur
  • Jarang buang air kecil
  • Urin berwarna gelap karena adanya kandungan darah
  • Cairan berlebih di dalam paru-paru, menyebabkan batuk dan napas pendek

Glomerulonefritis akut dapat terjadi akibat infeksi seperti radang tenggorokan. Kondisi ini dapat membaik dengan sendirinya, tapi jika tidak membaik pasien perlu mendapatkan penanganan yang tepat untuk mencegah kerusakan jangka panjang pada ginjal.

Penyakit tertentu juga dapat menjadi penyebab glomerulonefritis akut, seperti penyakit sistemik, penyakit pada ginjal, sindrom Guillain-Bare, iradiasi dari tumor Wilms. Penggunaan NSAID berlebihan juga dapat menjadi faktor risiko.

Glomerulonefritis Kronis

Glomerulonefritis kronis dapat berkembang selama bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala atau dengan gejala yang sangat sedikit. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan ireversibel pada ginjal dan mengarah pada gagal ginjal total.

Glomerulonefritis kronis tidak selalu memiliki penyebab yang jelas. Kelainan genetik dapat menjadi penyebab glomerulonefritis kronis. Nefritis turunan terjadi pada pria muda dengan gangguan penglihatan dan pendengaran.

Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit imun tertentu, riwayat kanker, dan paparan terhadap pelarut hidrokarbon. Pasien dengan glomerulonefritis akut juga berisiko lebih tinggi mengalami glomerulonefritis kronis.

Studi menunjukkan kasus sporadik glomerulonefritis akut berprogres menjadi glomerulonefritis kronis pada sekitar 30% pasien dewasa dan 10% pasien anak-anak.

Berikut beberapa gejala yang dapat dialami pada pasien glomerulonefritis kronis:

  • Darah atau protein berlebihan di dalam urin
  • Tekanan darah tinggi
  • Pembengkakan pergelangan kaki dan wajah
  • Sering buang air pada malam hari
  • Urin berbusa
  • Sakit pada bagian perut
  • Sering mimisan

Komplikasi Glomerulonefritis

Glomerulonefritis dapat mengakibatkan kerusakan sehingga ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring darah. Sehingga dapat menyebabkan kadar cairan tubuh terlalu tinggi, serta penumpukan elektrollit dan sisa metabolisme.

Berikut beberapa komplikasi potensial dari glomerulonefritis:

  • Gagal ginjal akut: kerusakan bagian penyaring pada nefron menyebabkan sisa metabolisme cepat menumpuk di dalam darah. Pasien dapat memerlukan dialisis, yang mana akan membantu mengeluarkan sisa metabolisme dari dalam darah.
  • Penyakit ginjal kronis: ginjal secara bertahap kehilangan kemampuan menyaring darah. Penurunan fungsi ginjal yang menurun hingga kurang dari 10% dari kapasitas normal menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir.
  • Tekanan darah tinggi: kerusakan pada ginjal menyebabkan penumpukan sisa metabolisme di dalam aliran darah yang mana dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Sindrom nefrotik: kondisi ini menyebabkan terlalu banyak protein di dalam urin, dan terlalu sedikit protein dalam darah. Sindrom nefrotik juga dapat berhubungan dengan kadar kolesterol darah tinggi dan pembengkakan pada bagian-bagian tubuh.
  • Kadar cairan dalam tubuh yang berlebihan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif dan edema polmoner
  • Peningkatan risiko infeksi, seperti infeksi saluran urin.

Diagnosis Glomerulonefritis

Glomerulonefritis dapat tidak menimbulkan gejala sehingga sering kali ditemukan saat pasien melakukan tes untuk alasan lain, seperti pemeriksaan rutin tekanan darah tinggi. Diagnosis glomerulonefritis juga dapat sulit dilakukan karena penyebab kondisi sering tidak diketahui.

Untuk mengkonfirmasi diagnosis glomerulonefritis dapat dilakukan beberapa tes berikut:

  • Tes urin: memeriksa kandungan protein atau darah dalam urin. Tes urin juga dapat dilakukan untuk memeriksa kejernihan kreatinin, protein total di dalam urin, berat jenis urin, sel darahmerah urin, dan osmolalitas urin.
  • Tes darah: memeriksa kadar darah merah, kadar albumin, kadar nitrogen urea darah, kadar kreatinin.
  • Tes imunologi: memeriksa antiglomerular basement membrane antibodies, antibodi sitoplasma antineutrofil antibodi antinuklir, kadar komplemen.
  • Biopsi ginjal: dilakukan dengan pengambilan sampel jaringan ginjal menggunakan jarum untuk diamati dengan mikroskop.
  • Tes imaging seperti CT scan, ultrasound ginjal, X-ray dada, dan pyelogram intravena.

Pengobatan Glomerulonefritis

Pengobatan bergantung pada jenis kondisi (akut atau kronis), penyebab kondisi, dan tingkat keparahan gejala.

Glomerulonefritis yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus biasanya membaik tanpa penanganan, tapi dokter dapat meresepkan antibiotik untuk membunuh patogen penyebab penyakit.

Salah satu penanganan yang dilakukan ialah mengendalikan tekanan darah tinggi, terutama jika tekanan darah tinggi merupakan penyebab glomerulonefritis. Dokter dapat meresepkan beberapa obat untuk membantu mengendalikan tekanan darah, meliputi:

  • ACE inhibitor (angiotensin converting enzyme inhibitor), seperti captopril, lisinopril, dan perindopril
  • Angiotensin receptor blocker, seperti iosartan, irbesartan, valsartan

Diuretik dapat membantu menurunkan tekanan darah dan memperlambat penurunan fungsi ginjal. Untuk mengontrol inflamasi dapat diberikan kortikosteroid dan obat penekan sistem imun.

Metode lain untuk mengurangi inflamasi yang dipicu oleh sistem imun ialah dengan plasmapheresis. Proses ini menghilangkan bagian cairan dari darah yang disebut plasma dan menggantikannya dengan cairan intravena atau plasma dari donor yang tidak mengandung antibodi.

Pada kasus glomerulonefritis kronis, pasien perlu mengurangi konsumsi protein, garam, dan kalium. Pasien juga perlu memperhatikan jumlah air minum yang dikonsumsi.

Pada kasus berat, pasien dapat memerlukan dialisis. Dialisis menggunakan mesin untuk menggantikan tugas ginjal untuk menyaring darah dan menghilangkan sisa metabolisme. Pada pasien yang cukup sehat, dapat diperlukan transplantasi ginjal.

Jika mendapat diagnosa dengan cepat, glomerulonefritis akut dapat bersifat sementara dan reversibel. Sementara glomerulonefritis kronus dapat diperlambat dengan perawatan sejak dini.

Pencegahan Glomerulonefritis

Sebagian besar kasus glomerulonefritis tidak dapat dicegah. Meski demikian, terdapat beberapa cara untuk mengurangi risiko:

  • Segera mendapatkan perawatan sesuai untuk infeksi Streptococcus dengan radang tenggorokan atau impetigo.
  • Mengendalikan tekanan darah tinggi dan kadar gula darah.
  • Mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan diri dan melakukan hubungan seksual secara sehat dan aman. Selain itu, hindari pemakaian obat ilegal dan tato.
  • Mengkonsumsi makanan sehat, menghindari makanan olahan.
  • Menerapkan gaya hidup sehat dengan banyak berolahraga, tidur yang berkualitas, dan pola makan sehat.
fbWhatsappTwitterLinkedIn