Dalam mengobati penyakit hidrosefalus, ada berbagai macam cara yang dapat ditempuh. Namun dari antara semua cara tersebut, yang paling efektif yaitu melalui operasi baik dengan pemasangan shunt maupun prosedur EVD. Umumnya setelah operasi diperlukan terapi pasca operasi hidrosefalus.
Tujuan utamanya yaitu untuk mengembalikan fungsi saraf akibat gejala gegar otak ringan yang terimbas penyakit. Terutama mengembalikan fungsi motorik dan kognitif. Sehingga diperlukan langkah-langkah terapi yang efektif untuk memulihkan hal tersebut. Adapun berikut ini merupakan beberapa terapi pasca operasi hidrosefalus yang sebaiknya dilakukan.
1. Terapi Kognitif
Salah satu terapi yang cukup penting yaitu terapi kognitif untuk mengembalikan fungsi daya ingat pada penderita. Umumnya saraf yang tertekan akibat penyebab kepala bayi besar membuat kemampuan daya ingat menurun. Sebaiknya terapi ini dilakukan dengan bertahap dan sesederhana mungkin. Sehingga penderita tidak mengalami kesulitan saat melakukan hal tersebut. Dengan terapi kognitif yang teratur juga dapat mencegah resiko demensia terutama pada penderita hidrosefalus di usia dewasa.
2. Terapi Motorik
Terapi pasca operasi hidrosefalus selanjutnya yang tidak kalah penting yaitu terapi motorik. Karena sangat umum terjadi pembesaran kepala akibat gejala awal hidrosefalus pada bayi maupun orang dewasa memicu gangguan motorik. Hal ini terutama akibat desakan saraf motorik di otak. Sehingga umum terjadi mengalami penurunan gangguan penglihatan, gangguan bergerak, maupun gangguan berbicara ataupun mendengar.
Dengan terapi yang intens, diharapkan fungsi motorik dapat kembali normal. Sehingga penderita dapat beraktivitas secara mandiri dan normal. Misalnya dengan melatih kemampuan melangkah sedikit demi sedikit supaya lancar. Sehingga yang awalnya susah berjalan dapat kembali berjalan dengan normal tanpa bantuan atau dengan kata lain berhasil berjalan secara mandiri.
3. Terapi Penempatan
Selanjutnya yang tidak kalah penting yaitu melakukan terapi penempatan pada penderita hidrosefalus. Tujuannya yaitu untuk menempatkan fungsi dan kemampuan fisik penderita pada tempat yang sesuai. Hal ini sangat penting terutama bagi penderita hidrosefalus di usia sekolah maupun usia dewasa. Dimana dalam melakukan aktivitas sosial umumnya akan berhubungan dengan banyak orang.
Oleh sebab itu terapi ini akan membantu meyakinkan penderita untuk ditempatkan di lingkungan yang sesuai. Misalnya anak disekolahkan di sekolah khusus keterbatasan sehingga tidak minder dan menjadi percaya diri. Tentunya ini juga berhubungan dengan kondisi psikologis penderita yang harus diperhatikan pasca operasi supaya tidak mengalami penurunan melainkan tetap seperti biasanya dan tidak merasa minder.
4. Terapi Komunikasi
Hal terakhir yang perlu diperhatikan yaitu kemampuan komunikasi penderita setelah menjalani operasi hidrosefalus. Karena sebagian besar jalur komunikasi penderita dengan orang lain mengalami kesulitan. Contohnya yaitu kesusahan berbicara atau terganggu saat ingin menyampaikan maksud. Oleh karena itu dilakukan terapi komunikasi yang sesuai agar maksud penderita pada orang lain dapat tersampaikan dengan baik.
Misalnya jika terjadi gangguan bicara maka perlu dilatih untuk menggunakan bahasa isyarat. Tentu awalnya tudak mudah, sehingga perlu untuk dibimbing secara intens. Sehingga diharapkan proses komunikasi dengan orang lain akan mengelami kemajuan. Proses latihan komunikasi ini juga perlu untuk mengembalikan fungsi otak yang sedikit demi sedikit mengalami pemulihan pasca dilakukannya operasi.
Demikian beberapa cara terapi pasca operasi hidrosefalus yang dibutuhkan penderita. Diharapkan setelah menjalani terapi, maka kemampuan otak dapat berjalan lebih baik. Sehingga proses pemulihan gegar otak ringan dari macam-macam penyakit saraf yang mungkin terjadi dapat berjalan secara lancar dan maksimal.