10 Komplikasi Epilepsi yang Paling Berbahaya

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Komplikasi epilepsi pada dasarnya ada berbagai macam.Komplikasi ini bisa terjadi jika seseorang dibiarkan mengidap penyakit epilepsi dalam jangka waktu yang lama. Epilepsi yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan bahaya lain bagi kesehatan tubuh penderitanya.

Tak hanya itu namun ciri-ciri epilepsi pada anak juga dapat berpengaruh terhadap kondisi pisikis penderitanya. Berbagai komplikasi bisa saja terjadi sebagai akibat dari epilepsi yang dialami oleh seseorang. Adapun beberapa jenis komplikasi epilepsi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut.

1. Gangguan psikiatrik

Penyakit epilepsi ternyata dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan mood pada penderitanya. Pasien epilepsi akhirnya bisa saja menjadi emosional dan labil dalam berbagai situasi. Selain itu hal ini juga diperparah dengan adanya rasa cemas yang berlebih. Rasa cemas ini akhirnya membuat pasien epilepsi menjadi gelisah di sepanjang waktu.

Umumnya dokter akan memberikan resep obat kepada pasien supaya pasien menjadi tenang dan tidak mengalami serangan gejala. Namun sebenarnya pemberian obat yang berlangsung lama dapat mengganggu kesehatan mental pasien. Sebab penderita bisa saja mengalami depresi yang diakibatkan sebagai efek samping dari pemakaian obat.

2. Gangguan kognitif

Pasien epilepsi terutama dengan usia anak-anak dapat mengalami masalah dalam hal prestasi belajar. Sebab pada umumnya pasien epilepsi mengalami abnormalitas kognitif bila dibandingkan dengan orang normal pada usia yang sama.

Pasien epilepsi yang masih sekolah seringkali dijumpai mengalami kekurangan dalam hal prestasi akademik. Demikian halnya dengan pasien dewasa. Secara otomatis kariernya akan terganggu karena adanya gangguan dalam hal kognitif. Oleh karena itu epilepsi perlu segera ditangani agar gejalanya tidak mudah menyerang penderitanya.

3. Gangguan motorik

Gejala epilepsi cenderung menyerang otak di bagian mana saja. Belahan otak yang ada pada seseorang terdiri atas bagian dominan dan bagian yang tidak dominan. Jika pasien menderita gangguan epilepsi pada belahan otak yang tidak dominan maka perkembangan motoriknya akan terpengaruh.

Hal ini terutama terjadi pada saat pasien berusia anak-anak. Gejala epilepsi yang menyerang anak secara terus-menerus akan membuatnya bertumbuh dengan mengalami gangguan pada kemampuan motoriknya. Akibatnya anak kurang dapat menginterpretasikan sesuatu yang ada di pikirannya.

4. Gangguan perilaku dan adaptasi sosial

Serangan dari gejala epilepsi dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Hal ini tentunya akan membuat pasien menjadi takut sehingga berdampak pada rasa percaya diri yang dimilikinya. Pasien epilepsi bisa saja merasa khawatir akan terserang gejala epilepsi saat sedang berada di kerumunan masyarakat.

Berbagai pikiran buruk akan muncul dalam dirinya sehingga ia lama-kelamaan akan menjadi semakin minder. Kondisi ini tentu saja tidak baik sebab hal ini akan mengakibatkan sosialisasinya menjadi terganggu. Pasien akhirnya juga akan mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain. [AdSense-B]

5. Bayi lahir cacat

Komplikasi epilepsi juga memberikan dampak yang berbahaya bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Penyakit yang diawali dengan adanya gejala kejang ini dapat mengancam nyawa sang ibu serta dapat juga berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Pada umumnya dokter akan memberikan obat pada ibu hamil dalam mengatasi serangan gejala epilepsi.

Sayangnya pemberian obat bisa saja beresiko membuat janin yang berada dalam kandungan ibu mengalami kecacatan. Namun ibu hamil tak perlu khawatir dengan hal ini. Ibu hamil hanya perlu menjaga kesehatan diri dan janin sesuai petunjuk dokter. Pada kenyataannya masih banyak dijumpai ibu hamil yang menderita epilepsi namun masih dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan sempurna.

6. Kejang otot

Pasien epilepsi umumnya mengalami serangan gejala yang bervarian. Namun kejang otot seringkali terjadi dan dialami oleh setiap penderita epilepsi. Kejang otot merupakan hal yang sering terjadi dan dapat menyerang pasien secara tiba-tiba tanpa melihat kondisi. Kejang otot yang dibiarkan saja initentunya lama-kelamaan akan menjadi semakin parah sehingga hal ini akan membuat pasien menjadi lebih menderita.

Otot akan menegang dengan sendirinya dan tanpa disadari. Saat mengalami penyebab kejang tanpa demam terkadang pasien secara tidak sadar menggigit lidah dan bibirnya sendiri. Tak jarang pula pasien yang kemudian melakukan buang air besar dan kecil secara tanpa sadar saat mengalami kejang otot. Gangguan ini tentu saja tidak boleh disepelekan sebab bisa berdampak buruk bagi penderitanya baik secara fisik maupun psikis. [AdSense-A]

7. Kerusakan otak

Serangan epilepsi yang selalu hadir menyerang dapat menyebabkan terganggunya beberapa sistem sel saraf padaotak. Kondisi ini bisa mengakibatkan disfungsi pada beberapa bagian sel dalam otak. Hal ini akan terjadi selama gejala menyerang pasien. Tentunya sel-sel saraf akan menjadi normal kembali saat gejala kejang mulai mereda.

Namun serangan kejang yang sering terjadi sebenarnya dapat membuat sel saraf pada otak mengalami penurunan fungsi. Akibatnya keadaan otak akan semakin melemah secara signifikan. Oleh karena itu pasien epilepsi terkadang mengalami penurunan kemampuan dan kecerdasan. Terkadang pula pasien mengalami penurunan kemampuan fisik.

8. Gangguan irama jantung

Gejala epilepsi yang datang menyerang pasien dengan sewaktu-waktu dapat mengganggu irama normal jantung. Jantung bisa saja berdetak terlalu lambat atau bisa juga berdetak terlalu cepat. Jantung juga bisa mengalami irama yang tidak teratur saat gejala kejang datang menyerang.

Hal ini umumnya disebut dengan istilah aritmia. Detak jantung yang tidak teratur pada dasarnya bisa menjadi hal yang serius serta beresiko mengancam nyawa. Oleh karena itu lakukan pencegahan terhadap timbulnya serangan gejala epilepsi agar organ jantung tetaplah sehat dan berjalan secara normal sesuai dengan fungsinya.

9. Gangguan sistem reproduksi

Penyebab penyakit epilepsi dikhawatirkan dapat menurun pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu dengan riwayat epilepsi. Epilepsi diduga bisa ditularkan secara genetika sehingga hal ini beresiko terjadi pada bayi. Tak hanya itu namun epilepsi juga dapat mengganggu sistem reproduksi penderitanya baik pada laki-laki maupun perempuan.

Masalah mengenai gangguan reproduksi yang disebabkan oleh epilepsi setidaknya pernah dijumpai di tengah masyarakat. Pada kenyataannya ada beberapa orang yang hidup dengan mengalami kondisi epilepsi. Bagi penderita epilepsi tentunya masalah reproduksi ini lebih sering tejadi pada penderita.

10. Kematian mendadak

Komplikasi lainnya yang bisa timbul karena adanya serangan epilepsi yaitu kematian mendadak. Sayangnya hingga kini penyebab kematian mendadak yang dialami oleh beberapa penderita epilepsi masih belum diketahui secara pasti. Namun beberapa ahli menyatakan pendapatnya bahwa kematianmendadak pada pasien epilepsi seringkali bekaitan dengan kondisi jantung pada penderita.

Selain itu pasien epilepsi juga bisa saja mengalami kematian mendadak setelah terjadinya serangan sebab gejala epilepsi yang menyerang terkadang dapat membuat pasien mengalami kesulitan untuk bernapas. Tentu saja hal ini sangat membahayakan nyawa penderitanya.

Komplikasi epilepsi dapat terjadi dan hadir dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu gejala faktor resiko epilepsi tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sehingga tidak perlu menimbulkan bahaya bagi penderitanya. Apalagi komplikasi mematikan yang jelas tidak ingin terjadi pada penderita epilepsi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn