Mengenal Resiko Bunuh Diri, Penyebab, dan Tanda Gejalanya

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kematian akibat bunuh diri didunia terus meningkat setiap tahunnya. Bunuh diri adalah penyebab keempat kematian untuk usia 25-44, dan merupakan penyebab kedelapan kematian bagi individu usia 45-64 tahun. Sedangkan menurut WHO,2014, menyebutkan lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya dan 75 % dari kasus bunuh diri global yang terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.  Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya bunuh diri seperti riwayat menyakiti diri sendiri, faktor genetik, sosial budaya, psikologi dll. Pentingnya pengetahuan untuk mengetahui perilaku resiko bunuh diri sedini mungkin sebagai pencegahan upaya tindakan bunuh diri yang akan menyebabkan kematian.

Pengertian bunuh diri (sucide)

Bunuh diri adalah tindakan sengaja membunuh diri sendiri. Bunuh diri merupakan suatu syndrome yang merupakan manifestasi dari trauma psikologis yang sangat dalam, tidak mempunyai harapan, dan harapan yang rendah untuk mendapatkan pertolongan terhadap penderitaan yang dialami.

Bunuh diri adalah tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri kehidupannya. Bunuh diri merupakan penyebab kesepuluh kematian, jumlah ini lebih banyak dari kematian akibat pembunuhan yang merupakan lima belas penyebab utama kematian di amerika serikat.

Kategori bunuh diri

1. Bunuh diri langsung

Bunuh diri langsung merupakan tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri hidup seperti pengorbanan diri (membakar diri), menggantung diri, menembak diri sendiri, meracuni diri, melompat dari tempat yang tinggi atau menenggelamkan diri

2. Bunuh diri tidak langsung

Bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk mati, yang ditandai dengan perilaku kronis berisiko seperti penyalah gunaan zat, makan berlebihan, aktivitas seks bebas, ketidak patuhan terhadap program medis,  olahraga atau pekerjaan yang membahayakan.

Perilaku resiko bunuh diri

Perilaku resiko bunuh diri dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:

  • Ide bunuh diri, merupakan pikiran untuk melakukan bunuh diri
  • Ancaman bunuh diri, yaitu berupa peringatan langsung atau tidak langsung bahwa seseorang hendak mengakhiri hidupnya
  • Percobaan bunuh diri, yaitu peringatan langsung atau tidak langsung, verbal atau non verbal bahwa seseorang berencana mengakhiri hidupnya seperti pernyataan “apakah anda akan mengingat saya ketika saya pergi”, “jaga keluarga saya”, “tidak ada yang bisa saya lakukan lagi”
  • Bunuh diri, upaya tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian jika tidak ditemukan tepat pada waktunya

penyebab bunuh diri

Penyebab bunuh diri dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor predisposisi dan presipitasi

1. Faktor predisposisi

     Teori genetik dan biologis

  • Genetik, riwayat keluarga dengan bunuh diri berpengaruh terhadap perilaku mencederai diri sendiri. Sedangkan bayi yang dilahirkan kembar memiliki resiko lebih tinggi melakukan bunuh diri
  • Hubungan neurokimia, neurotransmitter yang berkaitan dengan perilaku bunuh diri adalah dopamine, norepinefrin, asetilkolin, asam amino dan GABA
  • Diagnosis psikiatri, lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang membuat individu berisiko bunuh diri adalah gangguan mood, skizofrenia, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan zat.

     Faktor psikologi

  • Kebencian terhadap diri sendiri, merupakan hasil bentuk penyerangan atau kemarahan terhadap orang lain yang tidak diterima yang dimanifestasikan atau ditujukan pada diri sendiri
  • Kepribadian yang implusif, mudah depresi dan putus asa
  • Teori psikodinamik, depresi terjadi karena kehilangan sesuatu yang sangat dicintai, rasa keputus asaan, kesepian, dan kehilangan harga diri

    Faktor sosial budaya

  • Faktor sosial , faktor sosial yang mengarah pada bunuh diri adalah kemiskinan, pernikahan yang hancur, pengangguran, struktur keluarga, kontrol sosial yang kurang, kehilangan, kurangnya dukungan sosial, peristiwa kehidupan yang negatif, dan penyakit kronis
  • Faktor budaya, yaitu faktor spiritual, nilai yang dianut oleh keluarga, pandangan terhadap perilaku yang menyebabkan kematian, berdampak pada angka kejadian bunuh diri

2. Faktor presipitasi

  • Stress yang berlebihan
  • Masalah interpersonal
  • Kehilangan pekerjaan
  • Ancaman pengangguran
  • Dipermalukan didepan umum

Tanda dan gejala resiko bunuh diri

Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan yang menunjukan keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidupnya seperti:

  1. Merasa hidupnya tidak berguna lagi
  2. Ingin mati
  3. Pernah mencoba bunuh diri
  4. Mengancam bunuh diri
  5. Merasa sedih/ putus asa
  6. Merasa tidak berdaya
  7. Ekspresi murung
  8. Tidak bergairah
  9. Banyak diam
  10. Ada bekas percobaan bunuh diri.

Diagnosis

Dokter atau psikiater biasanya akan mengukur resiko perilaku bunuh diri dengan menggunakan pengukuran SIRS (Skala Intensitas Bunuh Diri) atau dengan SAD persons scale, pengukuran skala bunuh diri penting dilakukan pada klien resiko perilaku bunuh diri untuk menghindari kejadian kematian akibat bunuh diri.

1. Skala intensitas bunuh diri (SIRS)

  • Score 0: Tidak ada ide bunuh diri yang lalu sekarang
  • Score 1: Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri
  • Skore 3: Mengancam bunuh diri misal: tinggalkan saya atau saya bunuh diri
  • Score 4:  Aktif mencoba bunuh diri

2. SAD personal scale

  • Seks (laki-laki)
  • Usia lebih muda dari 19 tahun atau lebih tua dari 45 tahun
  • Depresi (cukup parah dianggap signifikan secara klinis)
  • Mencoba bunuh diri sebelumnya atau menerima layanan kesehatan
  • Alkohol berlebihan atau penggunaan narkoba
  • Berpikir rasional hilang
  • Terpisah, bercerai atau janda (atau orang lain akhir dari hubungan yang signifikan)
  • Rencana bunuh diri teroganisir atau upaya yang serius
  • tidak ada atau sedikit dukungan sosial
  • penyakit kronis atau penyakit medis

Mitos dan fakta seputar bunuh diri

Mitos

  1. Orang yang berbicara tentang bunuh diri tidak bunuh diri. Bunuh diri terjadi tanpa peringatan
  2. Bunuh diri tidak dapat dihentikan. Dia sepenuhnya berniat mati
  3. Bunuh diri diwariskan, atau “berjalan dalam keluarga”.
  4. Semua orang yang bunuh diri adalah gangguan jiwa, dan bunuh diri adalah tindakan psikotik
  5. Ancaman bunuh diri merupakan upaya mencari perhatian dan tidak harus diambil serius
  6. Orang-orang biasanya melakukan bunuh diri dengan cara overdosis obat
  7. Jika seseorang telah mencoba bunuh diri, dia tidak akan melakukannya lagi

Fakta

  1. Delapan dari sepuluh orang yang bunuh diri telah memberikan petunjuk yang pasti dan peringatan tentang niat bunuh diri mereka
  2. Orang yang ingin bunuh diri hanya bunuh diri untuk waktu yang terbatas. Jika mereka diselamatkan dari perasaan ingin menghancurkan dirinya, mereka bisa menjalani untuk kehidupan normal
  3. Bunuh diri tidak diwariskan. Ini adalah masalah pribadi dan dapat dicegah. Namun, anggota keluarga dengan bunuh diri meningkatkan faktor resiko individu untuk bunuh diri
  4. Orang yang melakukan bunuh diri mereka tidak selalu psikotik atau mengalami gangguan jiwa. Mereka hanya tidak bisa mencari solusi untuk masalah yang dianggap sulit/tidak mudah diselesaikan
  5. Antara 50 dan 80 persen dari semua orang yang bunuh diri memiliki sejarah upaya sebelumnya

Cara mencegah agar terhindar dari perilaku resiko bunuh diri

Yaitu dengan mekanisme berbagai mekanisme koping untuk mengatasi perilaku yang merusak diri sendiri seperti berfikir positif, berfikir rasional, penyangkalan, bersifat terbuka kepada orang yang dipercayai, meningkatkan rasa percaya diri terkait kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan pendekatan spiritual yang baik.

Cara mengatasi seseorang dengan resiko bunuh diri

  1. meningkatkan kemampuan personal individu, seperti keadaan fisik yang sehat, mampu mengenali, menilai dan menyelesaikan masalah serta kemampuan perilaku dalam melakukan tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan masalah yang dialami
  2. Dukungan sosial dan keluarga dengan membantu klien resiko bunuh diri dalam mengontrol perasaan sedih yang berkepanjangan
  3. Keyakinan positif terhadap klien bahwa dirinya mampu mengontrol perasaan sedih yang dirasakan. Adanya keyakinan positif akan berpotensi meningkatkan motivasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang adaptif
  4. Dukungan finansial yaitu membatu perawatan klien dirumah sakit

Baca juga:

fbWhatsappTwitterLinkedIn