Fungitrazol kapsul, produksi Ikapharmindo merupakan obat antifungi yang digunakan untuk mengobati dermatomikosis, kandidiasis, mikosis sistemik.
Komposisi Fungitrazol
- Fungitrazol kapsul mengandung itrakonazol yang termasuk dalam golongan azol. Itrakonazol bekerja dengan menghambat pertumbuhan fungi.
Mekanisme Kerja
- Itrakonazol menghambat enzim sitokrom P-450 yang menyebabkan gangguan sintesis ergosterol pada membran sel fungi.
Dosis
Dewasa
- Kandidiasis: 1 – 2 kapsul 1 kali sehari selama 3 – 7 minggu. Apabila terjadi pada kasus invasive atau desiminated, maka dosis dapat ditingkatkan menjadi dua kali sehari.
- Sporotrikosis: 1 kali sehari 1 kapsul selama 3 bulan
- Parakoksidiodomikosis: 1 kapsul 1 kali sehari selama 6 bulan.
- Dermatofitosis: 1 kapsul 1 kali sehari selama 15 hari
- Kandidiasis vagina: 2 kapsul 2 kali sehari selama 1 hari atau 2 kapsul 1 kali sehari selama 3 hari
- Kandidiasis oral: 1 kapsul 1 kali sehari selama 15 hari.
- Pityriasis versicolor: 2 kapsul sekali sehari selama 7 hari
- Fungal keratitis: 2 kapsul 1 kali sehari selama 21 hari
- Aspergilosis: 2 kapsul 1 kali sehari selama 2 – 5 bulan. Dalam kasus invasif atau disseminated, dosis dapat ditingkatkan menjadi dua kali sehari
- Kriptokokis non meningeal: 2 kapsul 1 kali sehari selama 2 bulan hingga 1 tahun
- Kriptokokal meningitis: 2 kapsul 2 kali sehari selama 2 bulan hingga 1 tahun
- Histoplasmosis: 2 kapsul 1 atau 2 kali sehari selama 8 bulan
- Blastomikosis: 1 – 2 kapsul 1 atau 2 kali sehari selama 6 bulan
Obat sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan makanan untuk memaksimalkan absorpsi obat. Umumnya, obat ini dikonsumsi dalam beberapa siklus (2 kali sehari dalam 1 minggu, kemudian konsumsi obat dihentikan selama 3 minggu). Untuk mendapatkan efek yang maksimal, selalu konsumsi obat pada waktu yang sama setiap hari.
Kontraindikasi
- Fungitrazol dikontraindikasikan pada wanita hamil dan wanita pada masa subut yang tidak menggunakan kontrasepsi adekuat.
- Fungitrazol dikontraindikasikan apabila digunakan bersamaan dengan terbinafine atau astemizol
- Fungitrazol dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami hipersensitivitas terhadap obat golongan azol
- Sebelum menggunakan obat, konsultasikan dengan dokter atau apoteker apabila memiliki riwayat penyakit gangguan hepatic, gangguan ginjal, gangguan jantung (Seperti gagal jantung, gagal jantung coroner), penyakit paru-paru (seperti chronic obstructive pulmonary disease – COPD), penurunan asam lambung (aklorhidria)
Perhatian Khusus
- Fungitrazol sebaiknya hati-hati apabila digunakan bersamaan dengan pasien dengan riwayat penyakit hati atau insufisiensi ginjal, laktasi, dan anak
- Apabila timbul gejala reaksi alergi yang serius seperti ruam, bengkak atau gatal, pusing yang sangat parah, dan kesulitan bernapas, segera hentikan pengobatan dan konsultasikan dengan dokter.
- Penggunaan obat dapat mengakibatkan rasa pusing, sehingga hindari konsumsi obat bersamaan dengan alcohol, serta hindari aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi atau menyalakan mesin
- Fungitrazol digolongkan ke dalam kategori C untuk wanita hamil, bahkan dapat ditemukan pada air susu ibu
Efek Samping
Fungitrazol memiliki efek samping mual, muntah, diare putih, nyeri abdomen, sakit kepala, pusing, dispepsia, dan reaksi alergik. Namun, apabila mengalami efek samping serius yang mencakup mati rasa, kehilangan pendengaran, perubahan mental/mood (seperti depresi). Selain itu, itrakonazol juga memiliki efek samping serius, bahkan fatal yaitu gangguan hepatic. Segera beritahukan kepada dokter apabila gejala gangguan hepatik semakin parah, seperti muntah, badan lemas dan mual yang tidak kunjung berhenti, kehilangan nafsu makan, nyeri perut, mata/kulit yang menguning, dan urin yang menggelap.
Itrakonazol juga dapat menyebabkan ruam ringan yang biasanya tidak serius. Akan tetapi, apabila terjadi ruam yang merupakan tanda reaksi alergi yang serius, segera beri tahukan kepada dokter dan konsultasikan dengan dokter.
Interaksi Obat
Fungitrazol dapat berinteraksi dengan berbagai obat berikut.
- Induser enzim CYP3A4 (fenitoin, rifampisin) akan mengakibatkan penurunan konsentrasi itrakonazol sehingga kehilangan efisiensi.
- Penekan asam lambung (antasida, AH2). Apabila mengonsumsi itrakonazol, maka diminum 2 jam sebelum atau 1 jam sesudah mengonsumsi supresor asam lambung. Antasida atau AH2 (ranitidin) dapat menurunkan absorpsi fungitrazol.
- Konsumsi bersamaan akan meningkatkan risiko pendarahan.
- Digoksin, akan mengakibatkan peningkatan risiko toksisitas digoxin, seperti mual, muntah, aritmia.
- Siklosporin, meningkatkan konsentrasi siklosporin dan risiko toksisitas siklosporin (disfungsi renal, kolestasis, dan paresthesia atau lidah kesemutan)
- Terfenadin, dapat mengakibatkan kardiotoksisitas, seperti prolongasi QT, torsades de pointes