Makanan menjadi sumber nutrisi untuk kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, tentu tubuh membutuhkan nafsu makan untuk meningkatkan minat kita terhadap makanan. Minat untuk makan dipengaruhi oleh tampilan, kesegaran, aroma, gizi dan rasa. Salah satu hal untuk menjaga ketahanan penampilan serta struktur dari makanan adalah dengan mengawetkannya agar tidak membusuk. Ada banyak cara untuk mengawetkan, misalnya dengan menggunakan alat atau bahan/zat pengawet.
(Baca juga: Efek bahaya pengawet makanan hingga menyebabkan kematian)
Jenis pengawet
Jika menggunakan alat, biasanya orang-orang atau umumnya Ibu Rumah Tangga akan melakukannya dengan cara memanaskan makanan atau memasukkannya dalam lemari pendingin (kulkas). Sedangkan untuk cara mengawetkan dengan zat pengawet dapat dilakukan secara alami atau dengan menggunakan bahan sintetis. Zat alami yang mempunyai fungsi atau dapat digunakan sebgai pengawet adalah gula dan garam. Sedangkan zat sintetis ada banyak, namun yang diizinkan yaitu asam sorbat dan natrium benzoat.
(Baca juga: Bahaya natrium benzoat)
Namun banyak orang yang mengawetkan bahan makanan dengan zat terlarang dan tidak boleh digunakan pada makanan, seperti formalin dan boraks. Orang-orang tidak bertanggung jawab cenderung memilih zat pengawet berbahaya tersebut dengan alasan lebih murah, lebih mudah didapatkan, lebih tahan lama dan tekstur atau tampilan bahan makanan lebih terjaga. Penggunaan zat tersebut diberikan pada makanan tanpa memandang efek bahayanya untuk kesehatan.
(Baca juga: Zat aditif pada makanan contoh bahayanya)
1. Tahu
Tahu adalah makanan khas di beberapa negara Asia. Di Indonesia sendiri, penggunaan tahu meningkat sebagai bahan dasar makanan baik di warung kecil ataupun di rumah makan besar. Namun tahu kadang mempunyai sifat tidak tahan, cepat berbau dan mudah hancur, membuat produsen tahu yang secara tidak bertanggung jawab menggunakan pengawet yang berbahaya. Penggunaan formalin, membuat tahu memiliki tekstur kenyal sehingga menarik minat pembeli dengan penampilan tahu tersebut. Selain itu tahu tidak mudah hancur dan tahan beberapa hari di luar lemari pendingin (kulkas). Namun bau formalin biasa sangat tercium atau bau menyengat. (Baca juga: Bahaya formalin pada makanan bagi kesehatan)
2. Ikan
Ikan dijual di sembarang tempat dan banyak tersebar terutama di pasar tradisional. Umumnya penjualan ikan di pasar tradisional tidak disertai dengan pendingin, sehingga menyebabkan ikan mudah busuk. Akibatnya banyak penjual yang memberikan pengawet pada ikannya. Formalin diberikan pada ikan agar memberikan ketahanan dan tidak mudah busuk. Pemberian formalin pada ikan memungkinkan ian dapat beertahan beberapa hari, walaupun suhunya tidak begitu dingin atau tidak sampai beku. Namun penggunaannya membuat ikan tampak putih, bau formalin, insang tidak berwarna merah seperti insang ikan segar. (Baca juga: Makanan yang mengandung formalin)
3. Daging Ayam
Penggunaanya pada ayam sangat sering, berhubung ayam adalah sembako yang sangat dibutuhkan seperti ikan. Sama seperti ikan, daging ayam yang umumnya dijual pada tempat-tempat yang minim pendingin (seperti pasar tradisional) membuat penjual yang tidak bertanggung jawab memberikan zat pengawet. Penggunaan formalin pada ayam memberikan ketahanan pada ayam hingga berhari-hari (tampa dibekukan), namun memberikan warna lebih putih pada ayam.
(Baca juga: Bahaya melamin pada piring bagi kesehatan)
4. Mie basah
Mie merupakan makanan yang digemari. Banyak makanan Indonesia ataupun menu khas china yang menggunakan mie baik bentuk kuah dan bentuk goreng. Banyaknya peminat mie, membuat produsen membuat besar-besaran. Namun sifat mie basah biasanya mudah mengalami basi. Untuk memjaga agar mie dapat tahan serta memiliki penampilan yang menarik, maka kadang ditambahkan zat pengawet yang berbahaya bagi tubuh. Umumnya mie basah tidak dapat bertahan lama dan mudah basi. Besarnya peminat mie basah membuat produsen mie membuatnya besar-besaran. Untuk menjaga mie agar tahan lama jika tidak laku, mereka mencampurkan formalin atau pun boraks sehingga mie dapat tahan lebih sampai 2 hari di suhu ruangan. Penampakan mie juga tampak kenyal dan tidak lengket. Namun biasanya mie berbau menyengat. (Baca juga: Bahaya makan mie instan sangat mematikan)
5. Gula merah
Gula merah merupakan bahan makanan atau kue yang memiliki rasa manis. Gula terdapat banyak di pasaran, baik pasar tradisional maupun pasar modern. Mudahnya pasokan gula dan pendistribusiannya membuat produsen dengan mudah mencampur bahan pengawet seperti boraks pada proses pembuatan gula merah. Penggunaan boraks pada gula merah bertujuan mengawetkan gula ini agar bisa bertahan lama. Pengawet tersebut membuat tampakan gula kadang seperti ada butiran mengkilat, serta tekstur gula menjadi sulit dibelah. (Baca juga: Makanan berbahaya yang beredar di masyarakat)
6. Bakso
Bakso merupakan makanan favorit di Indonesia. Bakso umumnya tebuat dari daging (daging sapi, daing ayam, daging ikan) yang dicampur dengan kanji dan rempah-rempah. Namun pembuatan bakso juga kadang dicampur dengan bahan pengawet. Penggunaan pengawet pada bakso biasanya dengan menggunakan boraks atau formalin. Penggunaan boraks membuat tampilan bakso lebih menarik, lebih kenyal dan teksturnya umumnya selalu kembali ke bentuk semula (bulat). Efek boraks membuat bakso dapat tahan hingga beberapa hari, namun warna bakso putih pucat serta kadang baunya terasa aneh dan tidak seperti bakso umumnya. (Baca juga: Bahaya makan bakso terlalu sering)
7. Kerupuk
Makanan Indonesia banyak yang menggunakan kerupuk. Kerupuk biasa terdapat dirumah-rumahan, warung dan kios kecil bahkan hingga toko besar. Masyarakat indonesia cenderung menyukai kerupuk sejak lama. Ada banyak jenis kerupuk, yang pembuatannya dilakukan di berbagai kota. Kerupuk yang menarik minat masnyarakat adalah kerupuk yang renyah, tahan lama dan tidak mudah lanut. Penggunaan boraks pada kerupuk juga terjadi cukup lama. Penggunaannya bertujuanagar kerupuk dapat lebih tahan lama dan tekstur kerupuk cenderung lebih renyah dan disukai para konsumen. (Baca juga: Bahaya makan kerupuk putih)
Bahaya penggunaan formalin dan boraks bagi kesehatan
Boraks merupakan zat sintetis untuk pengawet kayu, bahan dasar industri dan kertas. Boraks diserap tubuh melalui usus dan kulit secara kumulati akan tersimpan dalam organ hati. Penggunaan boraks dapat mengganggu kesehatan menyebabkan iritasi dan gangguan pada sistem pencernaan seperti muntah, diare dan kram perut. Pada sistem saraf dapat membuat sakit kepala, pusing dan badan terasa lemas. Boraks juga dikatakan sebagai agen atau zat yang bersifat karsinogen, atau dengan kata lain sebagai zat yang menyebabkan terjadinya kanker pada tubuh. Penggunaan borak dalam kadar tertentu dapat menyebabkan kematian.
(Baca juga: Bahaya boraks pada makanan bagi kesehatan manusia)
Formalin mempunyai fungsi sebagai antiseptik, zat pembersih (seperti pembersih lantai), bahan pebuatan pupuk dan lem dalam pembuatan plywood. Penggunaannya pada makanan dapat menyebabkan radang tenggorokan, jantung berdebar-debar, mual, muntah, diare, bahkan kematian. Selain itu menghirup formalin juga membuat radang pada saluran pernafasan serta dapat menyebabkan pneumonia formalin juga dapat sebagai karsinogen yang memicu terjadinya kanker. formalin dapat menyebabkan berbagai kankir, seperti kanker hidung, kanker otak, dan kanker paru-paru.
(Baca juga: Bahaya formalin pada ikan asin)
Formalin juga memberikan efek keracunan serta gangguan pada sistem saraf mulai dari gangguan tidur hingga menyebabkan koma, dan untuk wanita dapat mengganggu pola menstruasi dan menyebabkan kemandulan. Jika formalin terkena kulit, dapat menbuat kulit mengalami iritasi serta membuat kulit terasa seperti keras.