Bahan pengawet digunakan pada makanan untuk menghindari tumbuhnya bakteri penyebab makanan tersebut menjadi busuk. Celakanya bahaya bahan pengawet pada makanan juga bisa menghindarkan kita dari menikmati hidup yang sehat. Namun bagi produsen makanan sendiri, adanya bahan pengawet berdampak sangat baik pada bisnis yang mereka jalani. Tapi sayangnya, produsen makanan ini sering mengesampingkan dampak kesehatan yang mungkin terjadi dari penggunanan berbagai bahan pengawet pada produk makanan mereka.
Dampak atau efek yang bisa ditimbulkan oleh bahan pengawet pada makanan bisa sangat bervariasi tergantung usia serta riwayat kesehatan seseorang. Mengetahui berbagai bahaya dari bahan pengawet dapat membantu anda mencegah dampak merugikan tersebut, agar tidak terjadi pada diri anda.
Berikut ini bahaya-bahaya bahan pengawet yang bisa ditimbulkan baik jangka pendek dan jangka panjang :
1. Kesulitan Bernafas
Bahaya dari bahan pengawet adalah dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan bernafas. Menurut mayoclinic.com, mengurangi konsumsi makanan berbahan pengawet bisa menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan resiko terhadap penyebab asma.
Dari salah satu artikel pada laman website tentang kesehatan tersebut juga menyebutkan, beberapa bahan pengawet seperti aspartame, benzoate dan sulfit merupakan 3 bahan pengawet yang banyak ditemukan pada makanan yang sering dikonsumsi. Dampak kesehatan dari ketiga bahan pengawet tersebut adalah bisa mengakibatkan keulitan untuk bernafas seperti asma dan masalah kesulitan pernafasan lainnya.
2. Iritasi Kulit
Bahan pengawet yang terdapat di dalam makanan olahan memang sangat beragam jumlahnya. Bahan pengawet seperti sulfit yang terdapat pada makanan, jika dikonsumsi oleh mereka yang memiliki alergi terhadap sulfit bisa menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit. Bahkan kondisi alergi yang parah bisa menyebabkan seseorang mengalami kesulitan bernafas, bahkan diare.
3. Infeksi Sistem Pernafasan
Bahan pengawet juga sering kita jumpai pada komposisi bahan makanan, yang digemari oleh anak-anak. Bahan pengawet seperti nitrate dan nitrite ditemukan pada produk olahan daging seperti sosis, daging pada hamburger, hot dog, dan juga kornet daging sapi. Bahaya makanan cepat saji melalui bahan pengawetnya ini, biasanya banyak dikonsumsi oleh anak-anak. Jika bahan pengawet sudah menumpuk di dalam tubuh anak dan menyebar, bisa mengakibatkan terjadinya infeksi pada sistem pernafasan (Baca : Bahaya Junk Food).
4. Diare
Kandungan bahan pengawet pada makan misalnya nitrite atau nitrate juga bisa menimbulkan efek jangka pendek yang tidak kalah merugikan. Efek dari kedua jenis bahan pengawet ini bisa membuat seseorang mengalami diare setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet tersebut.
5. Rasa Terbakar di Tenggorokan
Saking banyaknya berbagai macam makanan yang bebas dijual dipasaran saat ini, banyak produsen – produsen makanan nakal yang mencari keuntungan dengan tidak memikirkan dampaknya bagi kesehatan pelanggan. Mereka tak jarang mencampurkan bahan pengawet berbahaya yang penggunaannya saja dilarang oleh pemerintah, misalnya penggunaan botaks dan formalin.
Padahal penggunaan kedua bahan kimia tersebut sangat dilarang keras untuk mengawetkan makanan. Jika kita mengkonsumsi makanan dengan kandungan boraks atau formalin yang tinggi maka efeknya dapat secara langsung menyebabkan tenggorokan terasa terbakar dan panas.
6. Mual dan Muntah
Mual dan muntah setelah mengkonsumsi makanan bisa jadi merupakan gejala atau tanda seseorang mengalami keracunan makanan. Keracunan makanan ini bisa juga diakibatkan oleh bahan pengawet seperti yang terdapat pada bahaya boraks atau formalin yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi.
7. Sakit Kepala
Sakit kepala atau pusing setelah memakan makanan bisa disebabkan oleh adanya kandungan bahan pengawet berbahaya pada makanan tersebut. Contohnya pada bahaya formalin misalnya, jika dikonsumsi dalam jumlah sedikit dan masuk ke dalam tubuh, efek langsungnya bisa membuat seseorang mengalami pusing atau sakit di kepala.
8. Kekurangan Vitamin B1
Makanan ringan seperti keripik kentang, buah-buahan kaleng, wine, atau olahan dari udang biasanya menggunakan sulfit sebagai bahan untuk membuat makanan tersebut tidak cepat berubah warnanya. Sehingga makanan tersebut tetap memiliki warna yang menarik serta menggugah selera. Bahan pengawet makanan jenis sulfit ini sifatnya adalah merusak kandungan vitamin B1 yang ada pada makanan. Sedangkan tubuh kita sendiri juga memerlukan vitamin B1.
1. Kerusakan Jantung
Banyak penelitian yang membuktikan bahaya bahan pengawet pada makanan yang masuk ke dalam tubuh bisa menyebabkan jaringan-jaringan pada jantung melemah fungsinya. Bahkan sebuah penelitian yang melakukan percobaan pada tikus, yang terus menerus diberi makanan yang mengandung bahan pengawet menunjukan bahwa kerusakan terjadi pada jantung tikus tersebut secara terus menerus dan semakin buruk kondisinya.
2. Kerusakan Ginjal
Bahan pengawet makanan seperti sodium benzoate memang diijinkan penggunaannya oleh pemerintah. Sodium Benzoate digunakan untuk mencegah tumbuhnya bakteri pada makanan sehingga makanan bisa tetap awet dan bertahan cukup lama agar dapat terus dikonsumsi. Tetapi, konsumsi makanan dengan pengawet jenis ini ternyata bisa meningkatkan resiko terhadap terjadinya kerusakan pada ginjal.
3. Penyakit Leukimia
Salah satu efek kesehatan fatal dari konsumsi bahan pengawet adalah leukemia atau kanker darah. Kandungna bahan pengawet seperti nitrate yang ada pada panganan olahan, bisa meningkatkan resiko kesehatan terhadap terbentuknya kanker darah ini.
Penyakit diabetes memang bisa dikatakan tidak terlepas dari riwayat keluarga yang menjadi salah satu faktor penyebab diabetes terbanyak. Namun, penyebab lain juga bisa menyebabkan diabetes jika sangat sering mengkonsumsi produk makanan olahan yang mengandung banyak bahan pengawet.
5. Kanker Otak
Nitrate dan nitrite adalah dua dari sekian bahan pengawet yang banyak digunakan oleh produsen makanan olahan. Bahaya bahan pengawet pada makanan ini, jika digunakan dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan seseorang menderita penyakit kanker otak. Bahaya dari kanker otak sendiri yang terburuk adalah kematian.
6. Tumor pada Perut dan Liver
BHT merupakan salah satu jenis bahan pengawet yang sering digunakan pada makanan. Penggunaan BHT ini memang diatur sangat ketat dari segi takarannya. Hanya penggunaan BHT dalam takaran sangat rendah saja yang diperbolehkan oleh pemerintah. Meskipun demikian, konsumsi makanan dengan bahan pengawet jenis ini juga bisa berdampak tidak baik pada kesehatan.
Pada beberapa penelitian yang menggunakan tikus sebagai media percobaan, ditemukan bahwa tikus yang terus menerus diberi makan makanan dengan BHT sebagai bahan pengawet terbentuk tumor di dalam perut dan livernya. Penelitian lanjutan kemudian juga menemukan jika kondisi yang demikian bisa terjadi pula pada manusia.
7. Perubahan Perilaku
Salah satu efek kesehatan yang dapat ditimbulkan bahan pengawet juga dapat berupa perubahan perilaku pada seseorang, khususnya pada anak berusia sangat muda.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2003 silam menemukan bahwa 1.873 anak usia sangat muda yang sering mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet mengalami kondisi perilaku yang hiperaktif. Sedangkan pada kasus dimana orang tua yang memberikan anak makanan tidak berpengawet, dilaporkan bahwa anak tersebut tidak mengalami perilaku hiperaktif seperti yang terjadi pada anak yang sering mengkonsumsi makanan yang berpengawet.
Beberapa jenis bahan pengawet seperti asam benzoate, kalium benzoate, dan kalium sulfit sudah diatur penggunaannya dan diijinkan untuk dipakai dalam makanan seperti yang tertuang di dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988. Meskipun demikian, kita sebagai konsumen haruslah tetap waspada akan makanan dan apa saja, bahan yang terkandung di dalam makanan tersebut yang hendak kita konsumsi. Makanan berpengawet ini berpotensi menjadi makanan berbahaya yang beredar di masyarakat.