Seperti kita tahu, kini telah ada banyak negara yang berupaya untuk mengurangi jumlah perokok di negaranya masing-masing dan salah satu dari yang paling keren adalah Jepang. Tak perlu dipungkiri lagi bahwa bahaya merokok bagi kesehatan sungguh menyeramkan karena mampu mengakibatkan kematian.
Berkaitan dengan efek merokok dan penanggulangan agar jumlah perokok bukannya bertambah melainkan berkurang, kini beberapa perusahaan Jepang memiliki kebijakan baru, yakni tidak merekrut orang-orang yang merokok sebagai pegawainya. Untuk mengetahui apakah calon pegawai tersebut adalah perokok atau bukan, maka ada potensi bahwa dari pihak perusahaan akan meminta pengakuan mereka.
Sementara itu, firma Softbank di Jepang menurut laporan dari Daily Mail, mereka mengadakan pelarangan bagi para pegawainya untuk merokok di lingkungan kantor ataupun tidak pada jam kerja. Jika ada yang melanggar, memang belum ada penalti yang diputuskan oleh pihak Softbank, namun tetap ada pemberian peringatan keras bagi para pegawai yang tak sengaja ataupun sengaja melakukan pelanggaran.
Negeri sakura ini memang sedang mencapai target untuk menjadi lingkungan modern, bersih dan yang jelas bebas rokok sehingga implementasi kebijakan tersebut diadakan, khususnya kini setiap Jumat terakhir per bulan. Rencananya, bulan Oktober depan pun mulai diberlakukan hari bebas merokok tak hanya di hari Jumat, tapi juga hari Rabu.
Tujuan dari pemberlakuan kebijakan tersebut oleh sejumlah perusahaan adalah demi membantu pemerintah agar jumlah perkok bisa mengalami penurunan dari 17,7 persen bisa sampai 12 persen dalam rangka pagelaran Tokyo Olympics yang akan diadakan pada tahun 2020 mendatang. Nyatanya, pengumuman tak merekrut dosen ataupun profesor yang merokok oleh Universitas Nagasaki.
Karena ini adalah peraturan baru, lalu bagaimana kalau sebelumnya ada yang sudah telanjur diterima kerja di perusahaan atau universitas padahal seorang perokok? Untuk pihak Universitas Nagasaki, ada pengecualian bagi yang mau berjanji untuk berhenti dari kebiasaan mengancam jiwa tersebut.
Presiden Universitas Nagasaki pun mengatakan bahwa sudah tugas dirinya dan stafnya untuk menjadi pemelihara sumber daya manusia. Dan karena sejumlah perusahaan tak lagi menerima pegawai perokok, mereka pun merasa sudah kewajiban untuk mencegah atau membuat orang berhenti merokok. Sungguh suatu kebijakan yang baik dan seharusnya bisa ditiru oleh setiap negara mengingat penyakit akibat merokok sangat mematikan.