Pria Ini Suka Makan Benda Tajam Berkaitan dengan Gangguan Psikologis, Apa Itu?

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pria berusia 43 tahun bernama Bhola Shanka cukup tak lazim karena bisa-bisanya ia malah memakan benda-benda tajam seperti paku. Bahkan diketahui pula bahwa paku yang dimakannya berjumlah tak sedikit sampai-sampai ia harus dilarikan ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Melalui proses tindakan medis berupa X-ray lah dijumpai adanya benda asing di dalam perutnya.

Setelah langkah pemeriksaan, sang dokter yang menangani, dr Anil Saini segera ambil keputusan agar pasien segera menjalani operasi. Pria asal Bundi, negara bagian Rajasthan, India ini pun diketahui mengalami kasus yang cukup langka di sana. Bahkan menurut dokter pun, kasus ini adalah kasus pertama di negara bagian tersebut.

Dari hasil operasi yang dilakukan dengan tujuan supaya benda-benda tajam tersebut bisa dikeluarkan dari perut pasien, rupanya ada kurang lebih 116 paku yang panjangnya hingga 5 cm. Bahkan Bhola pun diketahui memakan kawat juga hanya saja sudah tak dapat ditemukan di dalam perutnya karena menghilang.

Menurut dr Anil pada hasil lansiran dari Daily Mail, beruntungnya pasiennya ini karena meski di dalam perutnya terdapat banyak benda tajam, entah kenapa paku-paku dan kawat yang ada sama sekali tak ada yang melukai organ dalam perut. Untungnya, benda-benda tajam tersebut tak sampai menembus perut Bhola karena jika sampai organnya tertusuk, akibatnya sangatlah fatal.

Telusur punya telusur, Bhola memiliki kebiasaan makan paku dan kawat tersebut ternyata masih berkaitan erat dengan kondisi psikologis dirinya. Ada dugaan bahwa ia tengah menderita skizofrenia, yakni sebuah kondisi mental yang terganggu secara jangka panjang di mana si penderita mengalami perubahan perilaku, pikiran kacau, delusi, dan halusinasi.

Gangguan proses berpikirlah yang sepertinya tengah dialami oleh Bhola dan adiknya mengonfirmasi bahwa sang kakak mengonsumsi obat sakit mental selama 2,5 dekade terakhir. Pikiran dan perilaku yang kacau pada penderita skizofrenia mampu menyebabkan dirinya sulit berkonsentrasi, tak dapat berkomunikasi dengan baik, ditambah dengan perilaku yang memang tak biasa.

Sebenarnya pada kasus skizofrenia, jika obat-obatan kurang dapat diandalkan dalam mengurangi gejala, maka ada sejumlah terapi yang perlu ditempuh pasien supaya gejala lebih terkendali. Biasanya terapi-terapi inilah yang dikombinasikan dengan obat antipsikotik:

  • Terapi remediasi kognitif, yakni terapi pemahaman lingkungan dan pengendalian pola pikir.
  • Terapi perilaku kognitif, yakni terapi pengubahan perilaku dan pola pikir yang membantu juga pasien untuk mengerti apa yang memicu delusi dan halusinasinya agar bisa mengatasi.
  • Terapi individual, yakni terapi di mana psikiater akan membimbing keluarga serta teman pasien agar dapat melakukan interaksi dengan pasien secara tepat.
  • Terapi elektrokonvulsif, yakni terapi kombinasi pemberian obat dan psikoterapi melalui pemberian anestesi lebih dulu lalu pemasangan elektroda pada bagian ubun-ubun supaya aliran arus listrik bisa mengalir dan menyebabkan di otak pasien terjadi kejang singkat. Hal ini dilakukan dalam upaya mengatasi psikosis, gejala depresi berat, hingga solusi dalam menghilangkan keinginan pasien mengakhiri hidup.

Terlepas dari kondisi psikologis Bhola yang dikaitkan dengan skizofrenia, operasi pengambilan benda tajam dari perutnya memang berlangsung panjang namun berhasil dan ia telah pulih. Tahun 2017 sebenarnya ada kasus serupa di India di mana ada sekitar 639 paku yang berhasil diambil dari perut seorang pria oleh ahli bedah; pria ini pun diketahui menderita skizofrenia.

fbWhatsappTwitterLinkedIn