Kasus unik terjadi pada seorang wanita asal Austria pasca melahirkan. Hal ini cukup mengejutkan karena saking langkanya, yakni perubahan tubuh yang tidak biasa. Menurut hasil laporan dari jurnal Obstetrics & Gynecology, dari organ intim wanita ini terproduksi cairan yang mirip dengan cairan ASI.
Wanita yang usianya 29 tahun tersebut beberapa waktu usai melahirkan mendatangi dokter dan memeriksakan diri. Ia mengeluhkan beberapa gejala yang tak nyaman, seperti vulva (bagian luar miss V) yang terasa nyeri. Sang dokter, dr Richard Mayer dari Kepler University Hospital yang merupakan dokter spesialis kandungan pun memeriksa untuk mengecek apakah di area jahitannya membengkak.
Mengejutkannya, ada cairan berwarna putih yang mirip seperti cairan ASI justru keluar dari organ intim pasiennya dan sang dokter pun sempat menduga di awal bahwa cairan itu adalah nanah. Masalahnya, dugaan berubah menjadi cairan ASI karena usai melihat hasil pindaian ultrasound, ditemukan jaringan yang persis seperti jaringan pemroduksi susu di payudara pada area tersebut.
Kejadian ini begitu langka dan pada akhirnya dokter mendiagnosa pasiennya ini dengan kondisi EBT atau jaringan payudara ektopik menurut lansiran dari Live Science. Kenapa disebut langka? Karena hanya kurang lebih 1-5 persen wanita saja yang berkondisi EBT dari lahir. Dan kalau biasanya kasus ini terjadi di bagian areola atau ketiak, kali ini justru pada bagian miss V.
Keluarnya cairan putih tersebut diketahui ada kaitannya dengan jahitan vulva. Karena jahitan pada vulva, kemudian sang wanita mengalami bengkak pada area tersebut dan hal ini rupanya turut menjadi faktor pemicu aliran susu tersumbat. Sebagai solusi, jahitan akhirnya dilepas oleh dokter dan rasa sakit yang dikeluhkan pasiennya pun juga berkurang sedikit-sedikit.
EBT sendiri sebenarnya bisa dioperasi; langkah operasi ini bertujuan utama sebagai pengangkat EBT, khususnya jika memang pasien teramat merasa terganggu dengan kondisi ini. Untuk kasus wanita tadi, pasca lepas jahitan kurang lebih 2 minggu sesudahnya pun air susu yang keluar dari organ intimnya juga mulai mereda sehingga hal ini turut menormalkan kembali proses menyusui bayinya.