Charlie Burridge, bocah perempuan berusia 7 tahun mengalami kondisi penyakit yang tergolong sangat langka dan bahkan tak bernama. Dilansir dari Fox News, anak ini sampai harus masuk ICU dua kali karena mengalami kejang hingga total 2.610 kali hanya dalam waktu dua bulan dari bulan Maret 2019 lalu di mana dokter hanya mampu mengurangi gejalanya saja.
Saat masuk ICU, Charlie pun harus menggunakan ventilator dan berpotensi harus menempuh tindakan operasi karena pencernaannya terganggu dan cenderung sudah gagal fungsi. Bocah ini harus sampai mengenakan kursi roda selama disebabkan oleh epilepsi, katapleksi dan narkolepsi dalam waktu berbarengan. Selama 50 hari lebih, sang ayah, Brian (46) tak pernah meninggalkan sisi anaknya.
Emma (42) sang ibu mengatakan bahwa buah hatinya hanya terbatasi oleh kondisi fisiknya yang buruk saja karena pada dasarnya ia adalah seorang bocah yang butuh bermain. Charlie meski dalam keadaan sakit, ia tetaplah seorang anak penggemar olahraga, musik dan juga film, sehingga hal ini menjadi dorongan bagi beberapa temannya untuk menciptakan taman sensori baginya.
Taman sensori direncanakan akan dibangun karena dianggap sebagai tempat yang baik dan bahkan ideal untuk Charlie bisa bermain dan memiliki waktu menyenangkan bersama saudara sekaligus teman-temannya. Keterbatasan fisik anak ini menyebabkan ia jadi sulit harus pergi jauh apalagi untuk berlibur ke suatu tempat, sementara kedua saudara laki-laki Charlie merasa tak adil kalau mereka berlibur sedangkan Charlie tak ikut.
Itulah kenapa kemudian taman sensori ada karena fisik Charlie yang buruk namun tetap ingin bersenang-senang dengan saudara serta temannya dalam melewatkan akhir pekan dan liburan bersama. Saudara-saudaranya sangat ingin bebas bermain berlarian sambil menemani Charlie, dan untuk itulah sebuah tempat khusus akhirnya tercipta.
Tak perlu jauh-jauh pada akhirnya, mereka memiliki waktu bersenang-senang yang memuaskan di rumah melalui adanya taman sensori. Bahkan dengan adanya taman ini, Charlie akan tetap bisa memiliki waktu menyenangkan berada di bawah pengawasan orang tuanya dan tetap terjaga keamanannya. Jadi walau masih harus berada di kursi roda dan bahkan tak lagi mampu berbicara, orang-orang terdekatnya masih mendukung, menemani dan membuatnya bahagia.