6 Perbedaan Sindrom Asperger dan Autis yang Paling Jelas

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perbedaan sindrom asperger dan autis sebenarnya dapat diketahui dengan jelas walaupun sekilas kedua jenis sindrom ini tampak mirip. banyak orang yang mengira bahwa asperger sama dengan autis. Namun sebenarnya kedua jenis sindrom ini berbeda.

Pada dasarnya asperger sendiri merupakan bagian dari sindrom ciri-ciri anak autis ringan. Dengan kata lain penyandang asperger masih bisa menerima hal baru atau sesuatu dengan baik sebab ia dapat menggunakan pikirannya untuk bertindak dan melakukan sesuatu.

Sedangkan penyandang autis akan mengalami kesulitan dalam berpikir sehingga penyandang autis akan menemui berbagai kesulitan baik dalam berperilaku maupun dalam berkomunikasi serta belajar. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai patokan untuk membedakan sindrom asperger dan sindrom autis. Beberapa jenis perbedaan sindrom asperger dan autis antara lain sebagai berikut.

1. Tingkat kecerdasan

Umumnya anak penyandang asperger cenderung memiliki IQ normal. Bahkan bisa saja penyandang asperger memiliki IQ yang cukup tinggi atau di atas rata-rata. Oleh karena itu penyandang asperger dinilai memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada penyandang autis.

Anak penyandang asperger diketahui menunjukkan perkembangan bahasa yang lebih cepat daripada penyandang autis. Sedangkan penyandang ciri-ciri bayi autis umumnya memiliki kemampuan berbahasa yang cukup lambat dan cenderung mengalami ketidakmampuan dalam mempelajari sesuatu.

Seorang anak penyandang asperger jika terus mengembangkan minat dan bakatnya maka ia akan memiliki kesempatan untuk meraih kesuksesan. Setiap bidang yang digemari dan ditekuninya tersebut suatu hari nanti bisa saja mengantarnya memperoleh kesuksesan.

Untuk penyandang autis umumnya mengalami kesulitan dalam memusatkan fokusnya. Sedangkan penyandang asperger bisa lebih cepat memusatkan fokusnya dalam melakukan dan mempelajari sesuatu terutama bila ia berminat dengan bidang yang sedang ditekuninya tersebut.

2. Kemampuan belajar

Pada dasarnya tingkat kecerdasan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu. Hal ini termasuk pula dalam hal mengingat atau menghafal serta menganalisis sesuatu. Anak penyandang asperger yang memiliki IQ normal atau bahkan di atas rata-rata umumnya dapat menerima pelajar dengan baik. Proses belajar dapat dijalaninya walaupun terkadang akan menemui sedikit kesulitan dan hambatan di awal.

Namun kemampuan seorang penyandang asperger dalam mempelajari sesuatu tampaknya lebih baik bila dibandingkan dengan penyandang autis. Beberapa penyandang autis yang juga memiliki IQ di bawah rata-rata tentunya akan mengalami kesulitan dalam belajar atau menerima pelajaran.

Oleh karena itu banyak penyandang autis yang membutuhkan dampingan saat belajar baik di sekolah maupun di rumah. Sebab banyak kendala yang harus dihadapi oleh penyandang autis dalam belajar. sedangkan penyandang asperger bisa saja belajar tanpa bantuan atau dampingan khusus. namun sebaiknya pola belajar juga tetap diperhatikan oleh orang tua. [AdSense-B]

3. Kemampuan berbahasa

Baik penyandang asperger maupun penyandang autis sebenarnya sama-sama memiliki keterbatasan terutama dalam hal bersosialisasi dan berkomunikasi. Oleh karena itu penyandang kedua sindrom tersebut umumnya tidak sering terlibat dalam pergaulan di tengah masyarakat. Mereka lebih cenderung tertarik untuk melakukan hal yang disenanginya saja dan berkutat hanya dengan dunianya sendiri.

Namun tidak menutup kemungkinan bagi penyandang asperger bahwa ia akan berkomunikasi dengan lancar saat ia sedang berbicara mengenai topik yang disukainya. Ia bahkan bisa berbicara dengan menggunakan bahasa formal dan terlihat seolah memiliki banyak wawasan atau pengetahuan mengenai suatu topik. Tentu saja hal ini akan membuat lawan bicaranya menjadi tertarik.

Tidak sedikit pula penyandang asperger yang lebih suka berbicara dan bergaul dengan orang dewasa sebab orang dewasa dirasa lebih banyak memahami tentang suatu topik atau hal yang ia senangi. Lain halnya dengan penyandang komplikasi autisme yang pada umumnya mengalami kesulitan dalam membuat kalimat dan berbahasa sehingga lebih terkesan tertutup.

4. Tingkat depresi

Seorang anak penyandang asperger sebenarnya tidak sepenuhnya menghadapi kesulitan baik dalam hal belajar ataupun dalam hal berbahasa serta dalam menerima informasi. Namun pada dasarnya penyandang asperger mengalami gangguan dalam hal perkembangan mental. [AdSense-A]

Hal ini tentunya akan mengakibatkan anak yang menyandang asperger tersebut memiliki persepsi dan pola pikir yang berbeda dengan orang lain kebanyakan. Adanya gangguan dalam hal perkembangan mental ini pada akhirnya bisa menyebabkan timbulnya depresi pada penyandang asperger.

Tentu saja hal ini akan menghambat interaksinya dengan orang lain. Depresi yang dialaminya pun bisa saja menjadi semakin meningkat atau parah jika dibiarkan terus-menerus tanpa ada penanganan khusus. Sedangkan penyandang autis umumnya memiliki emosi yang bisa saja meledak secara tiba-tiba.

Penyandang autis juga pada dasarnya mengalami kendala dalam berinteraksi karena adanya gangguan dalam hal perilaku dan psikis. Namun penyandang autis kurang memiliki kemampuan untuk mengelola kemampuannya dalam hal lain.

5. Menjalani kehidupan sehari-hari

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentunya seorang penyandang asperger akan lebih mudah untuk menjalaninya dengan mandiri. Sebab penyandang asperger pada dasarnya memiliki kecerdasan dan kemampuan sehingga ia bisa melakukan sesuatu dengan benar. Terlebih lagi seorang penyandang asperger menyukai rutinitas sehingga ia akan terbiasa melakukan kegiatan sehari-harinya.

Besar kemungkinan bagi seorang anak penyandang asperger untuk melakukan kegiatan dan rutinitasnya dengan benar dan bahkan sempurna. Seorang penyandang bahaya autisme sebenarnya juga dapat melakukan kegiatan atau rutinitas dengan benar. Sebab penyandang autis juga menyukai rutinitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang setiap hari.

Namun karena keterbatasan kemampuan maka penyandang autis akan menghadapi beberapa kendala dalam menjalani rutinitasnya. Namun ini hanya akan terjadi di awal saja. Secara lambat laut penyandang autis juga akan melakukan rutinitas dan kegiatan sehari-harinya dengan baik sehingga ia pun bisa berkembang menjadi orang yang mandiri.

6. Perilaku dan kebiasaan

Baik penyandang asperger dan penyandang autis sama-sama memiliki kebiasaan untuk terus melakukan kegiatan yang disukainya. Selain itu Mereka akan lebih memusatkan fokusnya pada bidang atau hal yang diminatinya. Misalnya saja seperti menggambar atau mengutak-atik komputer dan hal lainnya.

Namun biasanya penyandang asperger masih bisa berperilaku secara sopan tentunya dengan ajaran dan bimbingan dari orang tua atau kerabat. Penyandang asperger akan lebih mudah untuk menerima pengajaran tentang bagaimana ia harus melakukan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-harinya karena ia memiliki kecerdasan atau IQ normal.

Berbeda dengan penyandang autis yang akan menemui kesulitan dalam mempelajari berbagai kegiatan yang harus dilakukannya. Sebab penyandang autis biasanya mengalami kesulitan dalam menerima hal baru dan mempelajarinya.

Oleh karena itu diperlukan terapi khusus untuk membantu penyandang autis agar dapat berperilaku dengan baik dan melakukan kegiatannya dengan benar.

Perbedaan sindrom asperger dan autis seperti yang telah dijabarkan di atas sebaiknya dikenal dan dipahami oleh Anda. Sebab ada penanganan yang sedikit berbeda untuk penyandang asperger dan penyandang autis. Namun bagaimanapun juga baik penyandang asperger maupun gejala autisme sama-sama membutuhkan perhatian khusus dan dampingan agar dapat berperilaku dengan baik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn