Virus Corona Varian Delta : Faktor Risiko, Gejala dan Pengaruh Vaksin

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Belum selesai dengan kasus Covid-19, kini terdapat virus corona varian lain yang mengancam kesehatan masyarakat.

Virus Corona varian Delta yang diketahui berasal dari India mulai merebak setelah libur Lebaran usai.

Di Indonesia sendiri, virus Corona varian Delta sudah menjangkiti sejumlah warga Kudus serta beberapa daerah lain karena penularannya lebih cepat.

Tidak hanya di India dan Indonesia, virus Corona varian Delta pun telah mengancam masyarakat Amerika Serikat dengan adanya gejala-gejala yang lebih serius dan penyebaran yang terlalu singkat dan cepat.

Ketersediaan layanan vaksin untuk Covid-19 memiliki efektivitas tinggi dalam mengatasi varian baru ini, namun bagi sejumlah orang yang belum memperoleh vaksin dan terpapar virus maka virus varian Delta akan lebih mudah untuk bermutasi.

Seberapa bahaya penularan virus corona varian Delta?

Vaksin yang telah diproduksi dan diberikan kepada masyarakat di Inggris maupun Amerika Serikat diharapkan mampu menekan angka kasus Covid-19.

Namun sejak varian baru muncul dan mulai menyebar, vaksin yang telah berjalan seperti kurang mampu mengendalikan kasus baru ini.

Walau sudah sekitar 43% populasi Amerika Serikat dan Inggris yang menerima vaksin, terjadi lonjakan kasus Covid-19 setelah varian Delta mulai merajalela.

India adalah negara di Asia yang mengalami hal serupa saat penyebaran varian baru virus corona ini terjadi.

Varian Delta diketahui memiliki tingkat penyebaran yang lebih cepat, sehingga otomatis virus ini lebih berbahaya dari varian-varian sebelumnya yang pernah ada.

Seberapa parah penyakit yang disebabkan oleh virus corona varian Delta?

Virus corona varian Delta merupakan varian baru yang tingkat bahayanya lebih tinggi dengan peningkatan risiko rawat inap di rumah sakit pada pasien yang terjangkiti.

Dibandingkan dengan varian sebelumnya, penderita varian Delta memiliki risiko 2,61 kali lebih tinggi untuk menempuh rawat inap di rumah sakit.

Jika kasus rawat inap jauh lebih banyak, hal ini menandakan bahwa varian Delta adalah jenis virus corona yang menyebabkan gejala yang lebih parah.

Ketika gejala jauh lebih serius, maka hal ini tidak cukup ditangani dengan isolasi mandiri.

Menurut laporan Public Health England pada 10 Juni lalu, peningkatan jumlah pasien yang terkena varian Delta terjadi di beberapa rumah sakit yang berada di sejumlah wilayah Inggris.

Dari seluruh kasus pasien infeksi varian corona baru, diketahui bahwa rata-rata para pasien tersebut adalah yang belum memperoleh vaksin.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa risiko bahaya virus corona varian Delta lebih besar pada orang-orang yang belum menerima vaksin.

Sejumlah vaksin yang diterima oleh masyarakat, mulai dari Moderna, Pfizer, dan Johnson & Johnson terbukti setidaknya mampu memberi perlindungan kepada penerima vaksin.

Walau tidak benar-benar sepenuhnya mencegah untuk tidak terkena infeksi virus varian Delta, gejala yang ditimbulkan tidak akan separah yang terjadi pada yang belum divaksin.

Vaksin dosis penuh pun meminimalisir risiko rawat inap pada yang terkena infeksi virus varian Delta.

Faktor Risiko Virus Corona Varian Delta

Semua orang pada dasarnya memiliki risiko untuk terinfeksi virus Corona varian Delta yang baru ini.

Hanya saja, beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi dan bahkan bisa jauh lebih berbahaya ketika sudah terinfeksi virus varian Delta daripada varian sebelum-sebelum ini, seperti :

  • Faktor usia (lansia)
  • Belum divaksin sama sekali
  • Penderita gangguan sistem imun dan pengguna obat imunosupresi

Lansia khususnya yang sudah mencapai usia 80 tahun ke atas jauh lebih rentan terhadap serangan virus Corona varian Delta.

Selain itu, pengguna obat imunosupresan atau pasien yang menempuh terapi penekan imun pun memiliki risiko lebih besar terinfeksi varian Delta.

Lebih dari itu, gejala bersifat progresif dan dapat berakibat pada kematian apabila tidak cepat ditangani.

Gejala Virus Corona Varian Delta

Dibandingkan dengan varian-varian virus Corona yang sebelumnya sudah ada dan juga dari Covid-19, gejala varian Delta diketahui berbeda dan memiliki tingkat keparahan lebih tinggi menurut laporan dari The New York Times.

Beberapa gejala yang perlu dikenali sekaligus diwaspadai dari virus Corona varian Delta menurut profesor kedokteran darurat dan kesehatan Internasional di Johns Hopkins University sekaligus hasil lansiran dari Healthline antara lain :

  • Demam, yang dapat semakin menunjukkan keparahannya dalam waktu 3-4 hari dari sejak terpapar virus varian Delta.
  • Hidung berair.
  • Sakit tenggorokan.
  • Sakit kepala.
  • Mirip dengan gejala pilek (namun terasa lebih parah).
  • Kehilangan nafsu makan
  • Fungsi pendengaran mengalami gangguan
  • Sendi terasa nyeri
  • Mual yang bisa disertai muntah
  • Sakit perut

Varian Delta yang terjadi di Inggris 91% pasien menunjukkan gejala-gejala tersebut.

Sekalipun tampak seperti pilek hebat, virus tetap dapat tersebar ke orang lain dan akan lebih mudah mengenai orang-orang yang belum divaksin.

Sementara itu, ada pula beberapa kasus infeksi varian Delta yang bersifat asimptomatik atau tanpa gejala.

Meski tanpa gejala, varian Delta sama halnya dengan virus Covid-19 yang bisa saja tersebar dan ditularkan ke orang lain.

Bila beberapa gejala tersebut juga ikut disertai dengan sejumlah gejala lain seperti ini, segera ke dokter dan periksakan diri.

  • Fungsi indera perasa menurun atau hilang.
  • Fungsi indera penciuman menurun atau hilang
  • Tubuh menjadi jauh lebih mudah lelah.
  • Sesak nafas.
  • Batuk terus-menerus.
  • Pusing dan menghambat berbagai aktivitas.

Vaksin Vs. Virus Corona Varian Delta

Terdapat sejumlah isu bahwa vaksin yang kini beredar dan diterima oleh masyarakat memiliki kemungkinan tidak dapat melawan virus Corona varian baru, benarkah demikian?

Sebuah hasil studi yang terdapat pada Journal Nature 10 Juni lalu membuktikan bahwa 20 orang memiliki antibodi yang cukup kuat karena sudah menerima vaksin Pfizer-BioNTech.

Antibodi di dalam darah 20 orang ini disebut mampu menetralisir virus Corona varian Delta dan varian-varian lainnya.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, vaksin mungkin tidak sepenuhnya mampu mencegah agar seseorang sama sekali tidak terkena virus Corona varian Delta.

Namun sebagai perlindungan bagi tubuh agar tidak mengalami gejala yang lebih buruk pada varian Delta, vaksin yang diterima masyarakat terbukti berefek maksimal.

Menurut laporan di The Lancet, para peneliti di National Institute for Health Research UCLH Biomedical Research Centre dan Francis Crick Institute menunjukkan bahwa respon imun dari penerima satu dosis vaksin Pfizer saja sudah cukup dalam melawan varian Delta.

Dilansir dari laman Kompas Nasional, Siti Nadia Tarmizi selaku juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan mengemukakan bahwa vaksin Sinovac masih tergolong efektif dalam melindungi tubuh dari serangan virus varian Delta dan varian-varian virus Corona lainnya.

Perlindungan yang dapat diberikan pun sebesar 98%, sementara itu vaksin Sinovac juga dapat menghindarkan 93% pasien dari perawatan di rumah sakit.

Vaksin AstraZenece pun memiliki efektivitas yang sama besar dengan vaksin Sinovac karena Public Health England telah membuktikannya.

Menurut hasil riset Public Health England, virus varian Alpha maupun Delta dapat diminimalisir bahayanya oleh efek dari vaksin AstraZeneca.

Meski masih dibutuhkan penelitian lebih jauh mengenai pengaruh vaksin yang sudah ada terhadap infeksi virus Corona varian Delta, sejauh ini vaksin-vaksin yang tersedia mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat.

Oleh sebab itu, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memberikan imbauan agar proses vaksinasi bisa lebih cepat supaya masyarakat mampu memiliki pertahanan tubuh melawan varian-varian virus Corona.

fbWhatsappTwitterLinkedIn