5 Bahaya Meningitis Yang Hendaknya Diwaspadai Sejak Dini

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bahaya meningitis sebagai penyakit yang menjangkiti manusia di dunia ini tidak selalu mendatangkan kematian secara langsung atau perlahan. Meski begitu, jenis penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dikarenakan infeksi dari bakteri, virus, jamur, dan faktor lainnya.

Karena inilah salah satu penyakit yang membuat penderita mengalami komplikasi berbahaya selain penyakit jantung. Penyakit faktor resiko meningitis bukan hanya disebabkan oleh virus, tetapi juga disebabkan oleh bakteri atau jamur.

Adapun dari penelitian di bidang kedokteran menyebutkan bahwa penyakit meningitis yang disebabkan oleh virus masih dapat sembuh dan tidak terlalu berbahaya bagi anak-anak. Penyakit meningitis yang berbahaya adalah penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

Beberapa mikroorganisme jahat yang dapat menyebabkan anak-anak mengalami penyakit meningitis adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae (Hib), dan Neisseria meningitides. Penyakit meningitis sendiri adalah penyakit dimana virus, bakteri, atau mikroorganisme jahat menginfeksi selaput sekitar otak dan sumsum tulang belakang.

Setidaknya ada beberapa bahaya meningitis yang dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan serius dan segera meliputi beberapa poin di bawah ini.

1. Pendengaran Berkurang

Meningitis cukup berbahaya dan mampu mempengaruhi pendengaran penderita jika tidak disembuhkan dengan tuntas dan dan segera. Bakteri yang terus merusak selaput dinding otak dapat merusak jaringan saraf pusat yang menghubungkan otak dengan organ tubuh lainnya.

Kerusakan yang dihasilkan oleh karena rusaknya jaringan saraf tidak selalu berat dan tidak selalu ringan. Meski tidak disadari oleh para penderita tanda-tanda meningitis, bakteri Streptococcus pneumonia mampu merusak sistem pendengaran manusia yang dijangkiti hingga 30% dari kondisi normal.

Untuk tipe bakteri selain Streptococcus pneumonia, yaitu Haemophilus influenzae (Hib), sistem pendengaran penderita terdapat kemungkinan berkurang hingga 10% dari kondisi normal. Meski penderita sudah mengalami pengurangan kemampuan mendengarnya, penderita masih dapat mendengarkan orang lain tanpa dibantu oleh alat pendengaran eksternal.

2. Kejang Berkelanjutan

Beberapa hal yang mudah untuk diketahui bahwa penderita mengalami meningitis adalah demam dan menggigil disertai dengan muntah-muntah atau mual. Penderita meningitis juga biasanya mengalami kejang pada leher atau sakit kepala yang cukup menyakitkan.

Jika penderita hanya mengalami satu atau dua gejala seperti di atas tidak bisa langsung diketahui oleh dokter tanpa dilakukan tes darah atau pemeriksaan lebih lanjut. Karena salah satu gejala yang terjadi merupakan gejala umum, biasanya penderita meningitis menganggap enteng dan tidak memeriksakan diri ke rumah sakit.

Kejang-kejang dapat terjadi pada penderita meningitis pada minggu-minggu pertama dan kedua penjangkitan oleh bakteri atau virus. Jika kejang-kejang tersebut diikuti dengan demam berhari-hari, maka penderita harus dibawa ke dokter atau rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan secara intensif. [AdSense-B]

Setelah pemeriksaan dilakukan dan penyakit meningitis dideteksi, dokter akan memberikan obat untuk menghentikan laju perusakan oleh mikroorganisme. Akan tetapi, para penderita pada suka menghentikan pengobatan jalan jika tubuh sudah merasa lebih baik dan mengarah ke penyembuhan.

Hal ini sebaiknya tidak dilakukan karena penderita yang tidak sembuh total dan menghentikan terapi pengobatannya akan menyebabkan bakteri atau virus berkembang lebih banyak dan lebih kebal terhadap obat tersebut. Kejang-kejang berkelanjutan akan lebih memungkinkan terjadi.

3. Shock Skeptic

Shock skeptic merupakan gejala yang sangat berbahaya bagi para bayi yang mengalami penyakit penyebab meningitis pada anak akibat infeksi bakteri. Gejala ini memang merupakan salah satu komplikasi dari penyakit meningitis yang dapat menyebabkan penderita meninggal.

Kondisi shock skeptic dimana penderita mengalami disfungsi organ yang dapat menghentikan kinerja organ vital dalam tubuh. Dalam kondisi disfungsi organ, bayi dapat mengalami kegagalan jantung dimana jantung berhenti oleh karena berhentinya kinerja jantung secara tiba-tiba.

Disfungsi ini dikarenakan tubuh yang tidak bisa merespon infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Kondisi shock skeptic yang paling parah adalah disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dimana bayi dapat mengalami pendarahan dan kegagalan organ hingga berujung kematian. [AdSense-A]

4. Abses Otak

Otak merupakan pusat dari segala kinerja organ tubuh manusia. Menurunnya atau kegagalan fungsi otak adalah hal vatal yang dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Pada penderita meningitis, abses otak yang disebabkan oleh bakteri ini bisa dibilang cukup jarang terjadi.

Saat bayi yang baru lahir terinfeksi oleh Citrobacter koseri dan golongan proteus, sang bayi memiliki kemungkinan terjadi komplikasi abses otak. Abses otak tidak mudah untuk dideteksi karena gejala-gejalanya termasuk gejala umum dimana bayi dapat didiagnosa mengalami penyakit yang berbeda.

Meski begitu, abses otak memiliki gejala-gejala kejang-kejang, demam, penurunan kesadaran, dan salah satu sisi tubuh mengalami kelumpuhan atau menjadi lemah. Untuk mendeteksi adanya komplikasi abses otak, sang penderita harus menjalani pemeriksaan radiologi sehingga jika positif maka hasil dari radiologi akan memberikan gambaran kapsul abses yang berada di sekitar otak.

Jika sudah diketahui penyebab gejala-gejala tersebut adalah dari abses otak, maka penderita harus mendapatkan penanganan secara cepat dan serius. Penanganan yang paling beresiko namun harus dijalani adalah pembedahan untuk mengurangi tekanan di dalam tulang tengkorak.

5. Hidrosepalus

Penderita akibat penyakit meningitis terkadang mengalami pembesaran ventrikel otak dengan derajat ringan hingga sedang dan selanjutnya meningkat ke kondisi hidrosepalus. Hidrosepalus merupakan kondisi dimana otak ditemukan cairan berlebih yang tidak wajar hingga mengganggu kinerja otak.

Penanganan meningitis yang kurang sigap akan menyebabkan penumpukan cairan serebrospinal dan menyebabkan penderita mengalami komplikasi hidrosepalus. Penumpukan cairan ini terjadi di area sekitar lapisan pelindung sistem saraf pusat di bagian dalam tengkorak.

Apabila terdeteksi adanya penumpukan cairan di tengkorak, sebaiknya dilakukan penanganan secepatnya. Pada dasarnya setiap penyakit harus dideteksi secara dini untuk mencegah terjadinya lebih banyak komplikasi yang membahayakan tubuh. Untuk itu setiap gejala yang terjadi pada tubuh seharusnya diperiksakan ke dokter maksimal tiga hari setelah gejala itu timbul secara berturut-turut tanpa henti meskipun sudah diberi obat komersial umum seperti aspirin atau parasetamol.

Bahaya meningitis dapat disembuhkan jika penderita bersabar dan mengikuti terapi atau pengobatan yang terkontrol. Dengan menyayangi diri sendiri, maka setiap gejala-gejala aneh yang terjadi pada tubuh akan dapat dirasakan dan diwaspadai.

Penderita meningitis memiliki efek yang berbeda-beda pada setiap orang tergantung usia penderita. Untuk bayi yang baru lahir, penyakit meningitis sebaiknya diwaspadai dengan segera karena sistem kekebalan tubuh bayi masih sangat rentan. Hal ini lebih diperparah dengan kondisi bayi yang tidak minum asi dari sang ibu.

Penderita meningitis di usia lebih dari lima tahun mungkin tidak akan serapuh bayi karena sistem kekebalan tubuh sudah terbentuk dengan sempurna. Akan tetapi orang tua harus tetap mewaspadai kondisi anak jika semakin menurun setiap harinya.

Penyakit gejala awal meningitis juga dapat menjangkiti orang dewasa atau orang tua. Dengan membiarkan penyakit meningitis semakin memperburuk kondisi tubuh, jamur atau bakteri dalam tubuh. Oleh sebab itu sebaiknya hal ini diwaspadai sejak dini.

fbWhatsappTwitterLinkedIn