Babesiosis atau piroplasmosis atau babesia merupakan penyakit yang hampir serupa dengan malaria yang terjadi karena spesies protozoa intraerythrocytic babesia. Manusia bisa tertular babesiosis ini saat digigit oleh kutu nimfa atau kutu yang berasal dari hewan rusa. Babesiosis pada manusia merupakan infeksi zoonosis yakni kutu yang mengirimkan organisme babesia dari reservoir bertebrata pada manusia. Untuk lebih lengkap tentang penyebab, gejala, diagnosa, pengobatan dan pencegahan dari babesiosis ini, silahkan langsung di simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Artikel terkait:
Babesiosis ini terjadi karena protozoa darah intraseluler dari babesia sp. Nama babesia ini diambil dari nama penemunya yakni Victor Babes yang berhasil mengindentifikasi organisme di dalam sel darah merah yang dilakukan pada tahun 1888.
Jika dilihat dari taksonominya, babesia sp masuk ke dalam golongan filum apicomplexa, sub-kelas piroplasma, ordo piroplasmida, famili babesiidae dan juga genus babesia. Sudah lebih dari 100 spesies babesia di dunia yang sudah berhasil di temukan, akan tetapi yang berperan penting dalam kesehatan manusia serta hewan adalah B.microti di Amerika Serikat, B.divergens dan juga B.bovis di Eropa. Sementara di Indonesia sendiri, spesies babesia yang ditemukan adalah B.mayor yang menginfeksi sap, B.equi yang menginfeksi kuda dan juga B.canis yang menginfeksi anjing serta B.felis yang menginfeksi tikus.
Faktor Resiko Babesiosis
Parasit babesia dari hewan pengerat khususnya tikus dan juga rusa serta tupai ini bisa menjangkiti manusia saat digigit oleh kutu tersebut. Infeksi ini dihasilkan dari gigitan nimfa yang terinfeksi selama proses menyedot darah manusia. Namun dalam beberapa kasus lainnya, babesiosis juga bisa terjadi karena transfusi donor darah. Darah yang sudah terinfeksi dengan parasit babesia ini kemudian masuk dan menyebar ke pasien yang mendapatkan tranfusi darah tersebut.
Penyakit babesiosis atau dikenal dengan nama mexican fever, red water, plenic fever dan bloody murrain ini juga memiliki beberapa tanda gejala yang bisa dilihat seperti:
Artikel terkait:
Diagnosa untuk pasien yang memiliki riwayat gigitan kutu dan mengalami gejala menggigil, demam dan kelelahan sangatlah penting. Pemeriksaan darah atau tes imunologis perifer sangat diperlukan untuk lebih memperjelas faktor diagnosa. Pada penderita yang mengalami demam namun tidak jelas asal usulnya, maka mungkin menjadi gejala dari babesiosis dan butuh tranfusi darah.
Terapi farmakologis bisa digunakan untuk diagnosa penyakit babesiosis, dimana pasien asimtomatik dengan hasil positif dari uji perifal atau uji polymerase chain reaction terbukti positif. Penelitian ini harus diulang dan dibutuhkan pengobatan parasitema yang bisa berlangsung sampai 3 bulan.
Terapi antibiotik atau antimalaria juga bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat parasitemia, yakni dengan kombinasi klindamisin [20 mg / kg / hari untuk anak-anak], 300 sampai 600 mg IV atau intramaskular setiap 6 jam sekali untuk orang dewasa dan juga kina secara oral sebanyak 25 mg / kg / hari untuk anak-anak dan 650 mg setiap 6 sampai 8 jam untuk orang dewasa yang diberikan selama 7 sampai 10 hari.
Pemeriksaan Indirect Immunifluorescent Antibody atau IFA juga bisa dilakukan untuk diagnosa penyakit babesiosis yang termasuk pemeriksaan mikroskopis perparat apus darah yang bisa memberikan hasil diagnosa lebih meyakinkan.
Pemeriksaan mikroskopis preparat apus darah tipis atau tebal dilakukan dengan pewarnaan gram atai wright yang bisa memberikan gambaran parasit di dalam sel darah merah.
Artikel terkait:
Untuk penderita babesiosis dengan gejala ringan, maka tidak diperlukan pengobatan sebab infeksi akan sembuh dengan sendirinya sekitar 6 bulan. Namun pengobatan juga bisa dilakukan selama 10 hari sampai 6 bulan bergantung dari seberapa berat kondisi babesiosis tersebut.
Pengobatan paling umum yang bisa diberikan untuk penderita babesiosis adalah kombinasi dari kina sebanyak 650 mg dengan garam yang diberikan secara oral sebanyak 3 kali dalam sehari. Selain itu juga diberikan clinamyacin sebanyak 650 mg secara oral yang diberikan sebanyak 3 kali dalam sehari dan pengobatan ini berlangsung antara 7 sampai 10 hari sampai babesiosis bisa sembuh.
Lepaskan kutu dengan menggunakan pinset dan genggam bagian mulutnya, bukan tubuhnya. Jangan gunakan metode lain seperti petroleum jelly atau korek api namun bunuh kutu dengan memasukkan kutu tersebut ke dalam alkohol.
Kunyit juga terbukti ampuh untuk menghilangkan gejala serta menyembuhkan babesiosis. Anda bisa menggunakan kapsul kunyit yang banyak dijual di apotek atau memarut kunyit yang diberikan sebanyak 400 mg sebanyak 3 kali dalam sehari untuk meringankan gejala babesiosis. Kunyit ini akan memberikan efek anti inflamasi yang sangat kuat dan bisa menghambat pembentukan zat pro-inflamasi yang disebut dengan asam arakidonat.
Selain itu, kunyit juga memiliki sifat karminatif sehingga akan mengurangi gas, rasa mual dan juga efek anti bakteri serta anti virus. Kunyit juga akan memberikan kualitas antioksidan yang baik untuk memberikan perlindungan pada organ hati sehingga kerusakan organ hati karena pemakaian antibiotik dari obat-obatan untuk menyembuhkan babesiosis bisa dikurangi.
Pengobatan babesiosis berikutnya adalah dengan menggunakan bromelain. Gunakan 250 mg bromelain yakni enzim pencernaan yang terbuat dari buah nanas sebanyak 2 kali dalam sehari. Bromelain ini bermanfaat untuk lebih meningkatkan tingkat keefektivitasan dari penggunaan kunyit.
Selain itu, perbanyak juga asupan makanan yang mengandung asam lemak omega 3 seperti salmon dan berbagai jenis ikan laut sehingga peradangan yang terjadi pada babesiosis bisa dikurangi dan disembuhkan.
Cara mengobati babesiosis selanjutnya adalah dengan melakukan diet bebas gluten sehingga tubuh bisa lebih fokus untuk menyembuhkan penyakit dan tidak pada radang yang bisa ditimbulkan dari asupan mengandung gluten tersebut.
Asupan gula halus juga harus dihindari untuk mengobati babesiosis. Dengan menghindari asupan yang mengandung gula, maka akan menghambat bertumbuhnya ragi sekaligus meningkatkan respon imun.
Artemestinin yang berasal dari apsintus juga bisa digunakan untuk mengobati babesiosis, dimana artemestinin akan membantu dalam melawan bakteri yang bertanggung jawab pada terjadinya infeksi tersebut.
Teasel adalah salah satu jenis anti mikroba yang sangat ampuh untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan dari babesiosis sekaligus menyembuhkan penyakit ini secara ampuh yang dilakukan dengan beberapa tahapan penyembuhan.
Penderita babesiosis juga membutuhkan pengobatan anti bakteri yang berlangsung selama 6 minggu atau lebih termasuk 2 minggu sesudah parasit tersebut tidak terdeteksi di dalam darah. Ini dilakukan untuk menghindari penyakit babesiosis di kemudian hari.
Sementara untuk penderita babesiosis yang alergi terhadap penggunaan kina, maka bisa menggunakan kombinasi obat yakni azitromisin, dosisiklin dan juga klindamisin yang terbukti ampuh untuk menyembuhkan babesiosis pada pasien yang alergi terhadap kina.
Artikel terkait:
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah babesiosis yakni menghindari kutu yang menjadi penyebab penyakit babesiosis ini. Kutu ini bersembunyi di tempat yang lembab serta menempel pada rumput. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit babesiosis ini diantaranya adalah:
Artikel terkait:
Sampai saat ini, memang belum ditemukan vaksin yang bisa digunakan untuk mencegah babesiosis, sementara untuk laporan kematian yang dikarenakan babesiosis yang ditularkan dari tranfusi darah juga tidak terlalu banyak. Hal yang paling penting adalah selalu menjaga kebersihan dan juga menghindari beberapa area lembab dan menjadi sarang tempat berkembangnya kutu agar anda tidak tertular penyakit babesiosis tersebut.