Category: Anisocoria
Anisocoria atau anisokor merupakan sebuah kondisi pupil pada kedua mata berukuran tak sama di mana pupil cenderung mengalami penyempitan atau justru pelebaran. Ketika seseorang mengalami anisocoria, otomatis pupil akan terlihat lebih besar dan akan bertambah besar yang otomatis memicu terjadinya peningkatan jumlah cahaya yang masuk ke dalam pupil dan hal ini perlu diwaspadai.
Anisocoria bukanlah gangguan pupil biasa karena nyatanya kondisi ini mampu menjadi salah satu penyebab glaukoma, tumor intrakranial, trauma pada kepala atau mata, hingga infeksi selaput di sekitar otak. Walau tak berbahaya karena merupakan kasus jinak dan ringan, tetap kita perlu mengetahui dan mengenal lebih jauh tentang anisocoria berikut cara mengatasinya.
Gejala
Berbicara tentang gejala, tentu hampir seluruh kondisi gangguan kesehatan fisik selalu menampakkan tanda-tanda yang jelas dan pada kasus anisocoria ini pun akan cukup mudah terlihat. Satu-satunya gejala atau gejala paling utama dari kasus anisocoria ini adalah pupil mata yang ukurannya tidaklah sama pada kedua mata penderita.
Selain dari melihat bahwa ukuran pupil pada kedua mata tidaklah sama, maka tidak ada gejala lainnya yang terlihat dari penyakit ini. Karena memiliki kemungkinan atau risiko infeksi mata, maka sebaiknya ketika pupil terlihat lebih besar sebelah, segera periksakan ke dokter. Tujuan dari pemeriksaan ini tentunya adalah sebagai proses verifikasi bahwa gejala yang timbul memang merupakan anisocoria fisiologis.
Gejala lainnya yang kiranya akan muncul dan dialami oleh penderita sehingga harus cepat-cepat ke dokter untuk menempuh langkah pemeriksaan antara lain adalah:
- Demam
- Keringat mengalami pengurangan.
- Sakit kepala.
- Sakit pada mata.
- Terjadi gangguan ketika menggerakkan mata.
- Ptosis atau kelopak mata bagian atas yang menurun atau terkulai.
Penyebab
Setelah mengenali gejala-gejalanya, penting untuk mengetahui juga apa saja faktor-faktor dibalik terjadinya anisocoria pada seseorang. Tentu setiap kondisi kesehatan yang muncul selalu ada penyebab dan faktor risiko di mana diketahui pada kasus anisocoria ini kondisinya dikarakterisasi oleh ketidaksamaan ukuran pupil pada kedua mata dengan faktor yang berbeda-beda yang menjadi alasannya.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang memungkinan menjadi alasan terjadinya anisocoria pada seseorang atau meningkatkan risiko kondisi tersebut untuk dialami seseorang:
- Sindrom Horner – Sindrom ini rupanya disebut-sebut menjadi salah satu penyebab terjadinya anisocoria, namun pada sindrom ini, pupil yang terkena dampaknya memang lebih kecil dari lainnya. Risiko ptosis dalam hal ini pun juga sangat rendah walau memang kedua mata akan bereaksi terhadap cahaya terlalu cepat.
- Kerusakan Iris Sfingter – Penyebab lainnya yang perlu kita ketahui dari anisocoria adalah kerusakan iris sfingter. Ketika terjadi trauma atau radang di otot sfingter, maka anisocoria dapat menjadi efeknya. Bentul dari pupil pun akhirnya mengalami ketidakteraturan dan kerusakan otot pun dapat dijumpai ketika diperiksakan.
- Penyumbatan Kimia – Otot sfingter iris menjadi nonaktif ketika terjadi kontak antara konjungtiva dan bahan kimia parasimpatik walau secara tak sengaja. Hal ini jugalah yang kemudian memicu pupil melebar, maka paparan zat kimia tertentu perlu untuk diwaspadai.
- Parasympathetic Innervation Failure – Pelebaran pupil dapat terjadi karena faktor satu ini yang kemudian membuat pupil bereaksi secara lebih lambat terhadap paparan cahaya langsung. Hal ini dapat terjadi karena adanya infeksi virus di bagian ganglion siliaris.
- Kerusakan Saraf Kranial Ketiga – Ada kemungkinan bahwa saraf luar mengalami kerusakan apabila ukuran pupil ternyata sangat besar. Padahal saraf luar berperan penting sebagai pengendali pergerakan mata. Karena adanya kerusakan ini, penglihatan ganda, terkulainya kelopak mata, dan pelebaran pupil dapat terjadi sebagai dampaknya sehingga harus segera memperoleh penanganan.
- Adie’s Pupil – Kondisi satu ini juga berada dibalik munculnya kondisi anisocoria dan masih berkaitan juga dengan rusaknya saraf kranial. Anisocoria dengan penyebab satu ini biasanya terjadi pada wanita di mana serabut sarab mengalami degenerasi yang sebenarnya menjadi sebuah dampak atau akibat dari infeksi virus yang menyerang.
[AdSense-B]
Diagnosa dan Pengobatan
Setelah gejala muncul, tentunya pemeriksaan harus segera dilakukan agar dapat kemudian dideteksi kebenaran akan penyebab utama dari tanda-tanda yang dikeluhkan. Untuk pendeteksian, berikut adalah beberapa langkah pemeriksaan yang dibutuhkan oleh pasien.
- Pemeriksaan menyeluruh khususnya pemeriksaan neurologis dan pada area oftalmik.
- Tes laboratorium.
- Elektrodiagnostik
- Uji farmakistik.
- Tes pencitraan diagnostik.
Tes-tes tersebut kiranya diperlukan demi membantu dokter dalam menganalisa dan membuat keputusan hasil diagnosa yang benar. Dengan serangkaian tes itu jugalah dokter kemudian baru mampu melokalisasi penyebab sebenarnya dari penyakit anisocoria.
Sesudah dokter mengonfirmasi bahwa gejala yang dialami oleh pasien benar-benar adalah kondisi anisocoria, pemeriksaan mata menyeluruh perlu juga ditempuh oleh pasien demi mengidentifikasi penyakit mata intrinsik lainnya. Apabila gangguan neurologis menjadi kecurigaan dokter, masih perlu adanya pemeriksaan lanjutan sesuai dengan apa yang dokter tentukan.
Walau kondisi dari anisocoria termasuk jinak dan tak begitu mengancam kesehatan, risikonya bisa saja menjadi lebih besar di kemudian hari. Gangguan penglihatan yang lebih buruk dapat menjadi bahayanya hingga terjadinya infeksi mata. Cara menjaga kesehatan mata pun perlu Anda ketahui dengan baik dan berikut ini merupakan beberapa perawatan yang kiranya diperlukan para penderita anisocoria:
[AdSense-C]
- Berhenti dari penggunaan obat-obat tertentu. Jika faktor penyebab dari anisocoria adalah penggunaan obat tertentu atau bahkan paparan zat kimia, perlu dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter. Tentu saja, berhenti menggunakan obat yang tengah dikonsumsi pun merupakan langkah untuk mencegah kondisi gejala anisocoria menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
- Terapi oftalmia. Jenis terapi khusus seperti terapi oftalmia pun bisa ditempuh sebagai salah satu metode perawatan anisocoria. Terapi tertentu bisa membantu dalam membuat efek atau komplikasi dari kondisi ini berkurang. Diskusikan hal ini dengan dokter yang menangani Anda supaya Anda mengambil keputusan yang tepat untuk kesembuhan mata Anda.
- Menjaga gaya hidup tetap sehat. Sebagai pengendali anisocoria, gaya hidup sehat adalah hal yang sangat penting. Beberapa langkah dalam tips diet sehat dan seimbang bisa Anda ikuti, yakni berolahraga, menjauhi kebiasaan-kebiasaan buruk yang berhubungan dengan penglihatan, mengonsumsi makanan-makanan bernutrisi tinggi, serta menjaga cairan tubuh terpenuhi dengan baik. Ketahui pula cara meningkatkan daya tahan tubuh supaya kekebalan tubuh Anda tetap stabil dan kuat sehingga kondisi anisocoria terkontrol dengan baik.
Kiranya dengan sekilas info akan anisocoria ini, Anda bisa jauh lebih waspada terhadap penyakit mata satu ini. Bukan penyakit fatal tak lantas berarti penyakit ini bisa disepelekan, jadi segera cari bantuan medis demi mencegah bahaya komplikasinya di kemudian hari.