Resiko Donor Hati Yang Belum Banyak Diketahui

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Hati adalah salah satu organ yang memiliki peran penting di dalam tubuh manusia. Hati memiliki fungsi untuk menyaring bakteri dan racun-racun yang dapat menyebabkan infeksi. Hati dapat menjadi penawar racun yang masuk ke dalam tubuh. Banyak racun yang dapat masuk begitu saja ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang kita konsumsi sehari-hari sehingga kita harus menjaga hati kita sehat agar dapat menawar racun-racun tersebut. Tidak hanya itu namun masih banyak fungsi hati lain seperti menyimpan energi untuk tubuh, menguraikan hemoglobin dalam tubuh, mengubah amonia menjadi urea, memproduksi albumin yang dapat berguna untuk menjaga sistem sirkulasi tubuh, memproduksi protein yang dibutuhkan untuk sintesis protein, dan memproduksi cairan empedu yang berfungsi untuk membantu pencernaan makanan.

Baca Juga:

Begitu banyak fungsi dari organ yang memiliki berat sekitar 1,4 kg dalam tubuh kita ini. Meski berat manusia cenderung tidak merasakan berat hati karena terlindung tulang rusuk. Bermacam-macam fungsi hati ini akan terganggu kinerja atau manfaatnya apabila mulai terjangkit penyakit-penyakit hati yang dapat menyerang kapan saja selama kita tidak menjaga kesehatan hati kita.

Banyak jenis penyakit yang dapat menjangkit hati kita kapan saja, yang pertama adalah hepatitis. Umumnya hepatitis terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun hepatitis yang paling berbahaya terhadap hati adalah hepatitis B dan hepatitis C. Yang kedua ada sirosis hati, sirosis hati adalah penyakit yang merupakan suatu penyakit lanjutan dari hepatitis B dan C. Namun bukan hanya hepatitis, melainkan juga konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan kita terkena penyakit ini. Penyakit ini belum ada dapat disembuhkan secara medis namun tetap dapat diobati secara medis maupun herbal. Yang ketiga ada kanker hati, penyakit ini juga seperti sirosis yang belum dapat disembuhkan secara total namun dapat diobati. Banyak juga penyakit hati lain yang dapat menggerogoti hati kita sehingga tidak lagi maksimal dalam kinerjanya. Beberapa penyakit yang sudah parah cenderung diarahkan untuk melakukan transplantasi hati atau donor hati. Berikut penjelasan mengenai transplantasi hati atau donor hati.(Baca Juga: Makanan Sehat untuk Penderita Liver)

Transplantasi hati atau donor hati merupakan salah satu kegiatan medis dengan cara mengangkat hati yang terjangkit penyakit dan menggantikan hati tersebut dengan hati yang lebih sehat. Donor hati hanya dapat dilakukan apabila hati yang akan diangkat sudah memasuki penyakit yang memasuki stadium akhir yang disebabkan penyakit-penyakit di atas.

  •  Syarat Donor Hati

Tidak semua pasien dapat melakukan donor hati sehingga diberlakukan syarat kondisi medis yang harus terpenuhi terlebih dahulu. Transplantasi atau donor hati ini hanya akan dilakukan oleh tim medis apabila memang sudha tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan dan donor hati ini merupakan cara satu-satunya untuk menjaga kondisi kesehatan dan usia pasien yang terkena penyakit hati yang memasuki stadium akhir. Kondisi pasien yang memerlukan donor hati adalah: Pasien dengan kondisi gagal hati yang akut, menderita Overdosisi terhadap acetaminophen, dan infeksi hati parah serta menelan zat beracun. Setelah syarat dan kondisi terpenuhi terdapat masalah lain yaitu kuantitas pendonor cenderung sedikit dibandingkan permintaan hati untuk transplantasi. Oleh karena itu apabila tetap menunggu akan masuk ke dalam daftar tunggu untuk donor hati. Pasien yang masuk ke dalam daftar tunggu sendiri akan mendapat giliran lebih cepat berdasarkan kondisi penyakit hatinya

[AdSense-B]

  • Pendonor

Memang diakui cukup sulit untuk mendapatkan pendonor untuk mendonorkan hatinya. Apalagi hati yang didonorkan benar-benar harus sesuai dengan penerimanya. Ada dua jenis pendonor hati, yang pertama adalah pendonor hidup. Pendonor hidup dapat berasal dari keluarga atau kerabat dekat yang telah melalui evaluasi medis dan psikologis. Pendonor harus dalam kondisi kesehatan yang baik, cocok dalam golongan darah, usia cukup (18-60 tahun), serta ukuran tubuh yang sama atau lebih besar. Donor hati yang dilakukan pada pendonor hidup ini dengan cara mengangkat sebagian organ hati dan menanamkannya kepada penerima. Hati pendonor diharapkan akan tubuh hingga kembali dalam ukuran yang normal dalam beberapa pekan. Selain itu yang kedua ada pendonor mati, yaitu pendonor yang telah meninggal dunia, biasanya yang dipilih yang megalami kematian fungsi otak dengan jantung yang tetap berdetak.

Baca Juga:

  • Proses Transplantasi Hati

Transplantasi atau donor hati umumnya termasuk operasi besar yang memakan waktu 6 sampai dengan 12 jam. Sebelumnya akan dilakukan sejumlah tes seperti tes urine, tes darah, ultrasound yang dilakukan untung mengecek kondisi hati, tes kesehatan tubuh secara menyeluruh, dan tes kondisi jantung. Selain tes fisik dilakukan juga tes psikologis karena sangat penting untuk memastikan pendonor dan penerima mengetahui risiko dari transplantasi hati.

Transplantasi dilakukan dengan mulanya memisahkan hati dengan abdomen. Kemudian pembuluh darah vena, arteri, serta saluran empedu akan dipisahkan guna mengangkat hati yang akan diganti. Setelah diangkat, hati yang akan didonorkan akan dihubungkan ke pembuluh darah vena cava inferior dan pembuluh darah portal. Sementara itu arteri akan dihubungkan kembali dengan saluran empedu yang dipisahkan tadi dengan cara dijahit. Pada saat ini umumnya pasien penerima donor akan membutuhkan jumlah darah yang sangat banyak sehingga memerlukan transfusi sehingga darah tercukupi. Setelah itu dokter dan timnya akan mengecek dan memastikan kembali apakah telah sesuai. Selama operasi hingga beberapa waktu kedepan penerima donor akan dikontrol secara ketat dan akan menggunakan tabung khusus yang berfungsi sebagai penunjang dari fungsi tubuh.

[AdSense-C]

  • Resiko Donor Hati (Transplantasi Hati)

Meski transplantasi hati dilakukan sesuai prosedurnya, hal ini tidak dapat membuat donor hati ini menjadi bebas risiko. Risiko yang terjadi biasanya adalah komplikasi yang terjadi setelah tindakan yang dilakukan pada pasien.

Yang pertama adalah terjadi penolakan.  Penolakan terjadi karena sistem imunitas tubuh kita bekerja untuk menghancurkan hal-hal yang dianggap asing masuk ke dalam tubuh. Masa penolakan ini menurut data dialami sekitar 64% pasien donor hati terutama pada 1-2 bulan pertama.

Baca Juga:

Yang kedua adalah terkena infeksi. Biasanya apabila mengalami komplikasi seperti di atas dokter akan memberi obat anti penolakan transplantasi hati. Namun ternyata obat ini dapat meningkatkan risiko terkena infeksi.

Yang ketiga adalah risiko pascaoperasi. Setelah melakukan transplantasi hati pasien dapat mengalami pendarahan, penggumpalan darah, dan komplikasi pada saluran empedu.

Yang keempat adalah hati baru gagal berfungsi. Tidak menutup kemungkinan setelah melakukan prosedur untuk pengecekan kesesuaian namun ternyata hati baru tersebut gagal befungsi dengan normal, pada kasus ini pasien memerlukan transplantasi hati lagi.(Baca Juga: Jenis Penyakit Hepatitis)

Itu tadi penjelasan mengenai transplantasi hati dan risiko melakukannya. Setelah mengetahui risiko dari transplantasi hati semoga kita terus mengingat bahwa hati merupakan organ yang vital perannya dalam tubuh kita sehingga sebisa mungkin kita harus menjaga kondisi kesehatan hati kita agar tidak sampai melakukan transplantasi hati.

fbWhatsappTwitterLinkedIn