Alasan Dibalik Adiktifnya Soda Bagi Sebagian Orang

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sebagian besar dari kita pasti tahu dan sadar akan dampak yang diperoleh jika mengurangi minum soda bagi kesehatan. Sayangnya sering kali mewujudkannya dalam sebuah tindakan sering kali tak semudah itu. Beberapa orang memang tidak gemar meminum soda tapi ada sebagian orang yang minum soda termasuk dalam rutinitas.

Apa yang membuat sebagian orang gemar bahkan kecanduan meminum soda ? Mengutip CNN, menurut Gary Wenk, direktur program sarjana neuroscience di Ohio State University dan penulis buku “Your Brain on Food”, semuanya karena desain minuman itu sendiri.

Soda mengandung pemanis, kafein dan karbonasi yang membuat para penikmatnya terus menginginkan lebih.

Gula

Tahukah Anda jika 340 gram sekaleng Coca – Cola mengandung 39  gram gula. Ini setara dengan 10 sendok the dan lebih daripada yang seharusnya kita konsumsi dalam sehari.

Rasa manis dari gula inilah yang mengaktifkan pusat otak dan dianggap seperti drugs yang kemudian memicu pelepasan dopamine dan efeknya kita akan merasakan suatu perasaan euforia.

“Gula dalam minuman bersoda akan masuk ke otak dan melepas dopamine. Efek dopamine ini akn timbul dan menghilang secepat mungkin, membuat otak Anda terus menginginkannya,” ujar Wenk.

Faktanya salah satu tinjauan pun membahas bahwa gula dapat menjadi sangat atraktif dibandingkan kokain.

Berusaha untuk memuaskan keinginan akan gula malah semakin membuat Anda tidak pernah puas.

“Semakin banyak soda yang Anda minum, semakin senanglah Anda dan seperti halnya hal – hal yang membuat kita merasa senang, kita selalu menginginkan lebih.” Ujar Cordialis Msora – Kasago, seorang nutrisionis diet terdaftar dan pembicara dalam Academy of Nutrition and Dietetics.

Kafein

Gula bukanlah satu – satunya kandungan dalam soda yang harus disalahkan jika kecanduan minuman bersoda. Ada peran kafein didalamnya. Kafein adalah stimulan, dan otak kita butuh hal – hal untuk menstimulasinya.

Menurut Wenk, kafein tidak hanya membuat pikiran kita bekerja dengan cepat tapi juga mampu mengaktifkan perasaan bahagia tadi yang melibatkan dopamine.

“Kafein merupakan salah satu psikostimulan yang paling banyak dikonsumsi di dunia ini dan tentu saja bersifat adiktif,” ujar Dr. Marilyn Cornelis, seorang asisten profesor di Universitas Northwestern.

“Di soda, kita akan mendapatkan asupan tinggi gula yang dikombinasikan dengan kafein dan menghasilkan perasaan bahagia yang menyebabkan Anda selalu ingin mengonsumsinya.”

Menurut Msora – Kasago, saat dikonsumsi secara teratur, orang – orang mulai tergantung pada kafein saat membutuhkan peningkatan fokus, kewaspadaan dan energi. Akibatnya mereka menjadi tergantung dan bahkan merasakan sakit kepala dan berkurangnya konsentrasi jika tidak mengonsumsinya.

Faktor Fizz

Ada satu elemen lagi yang memainkan peran penting dalam adiktifnya soda yaitu “fizz”.  Menurut Wenk, karbonasi membuat minuman apapun itu adiktif. Gelembung – gelembung pada minuman tersebut menambah keasaman yang jika dikombinasikan dengan gula akan meningkatkan perasaan euforia tadi.

Gelembung – gelembung tersebut juga meredam rasa manis gula yang menjadikan Anda lebih adiktif.

Tanpa Gula Pun Masalahnya Tetap Sama

Diet soda mengganti gula asli dengan pemanis buatan yang memiliki karakteristik adiktif tersendiri. Menurut Msora – Kasago, pemanis buatan memicu reseptor yang bertanggung jawab pada rasa manis dan mengharapkan adanya gula, otak pun bersiap menerima gula tersebut namun yang ada malah pemanis buatan.

Hal ini akan memicu kondisi dimana otak memaksa untuk mendapatkan gula yang asli. Sehingga otak tidak pernah puas dan terus menginginkan lebih.

Anda pasti bertanya – tanya mengapa ada sebagian orang yang tidak sampai kecanduan mengonsumsi soda sementara sebagian lainnya sebaliknya. Kemungkinan hal ini dikarenakan kebiasaan meminum soda yang mempengaruhi otak kita.

Hal – hal sederhana dari meminum soda seperti bunyi kaleng yang dibuka, sensasi “fizz” dari karbonasi yang kita dengar saat kaleng soda dibuka dan bahkan hanya dengan melihat tulisan “diet” pada kaleng soda dapat meningkatkan aktivitas sel – sel dopamin.Hal sederhana inilah yang lama kelamaan menjadi kebiasaan.

Satu studi juga menunjukkan kemungkinan ada peran genetik yang terkait dengan keinginan kita mengonsumsi minuman manis. Dalam studi tersebut ditemukan fakta bahwa orang – orang yang memiliki variasi gen yang disebut FTO – yang sebelumnya dikaitkan dengan risiko rendah obesitas – memiliki ketertarikan pada minuman manis.

“Orang – orang dengan gen FTO memiliki kecenderungan meminum soda.” Ujar Cornelis, co-author penelitian tersebut. Masih menurut Cornelis, meskipun keterkaitannya dengan risiko obesitas yang rendah berlawanan dengan ekspektasi, hal ini masih menjadi bahan observasi para peneliti. Sekitar 20 % – 30 % populasi memiliki varian gen tersebut.

Menurut Msora-Kasago, mengonsumsi minuman soda di waktu – waktu tertentu – beberapa kali dalam sebulan – tidak jadi masalah. Namun lain halnya jika mengonsumsi minuman bersoda tiap hari. Hal ini akan memicu masalah obesitas, jantung, dan diabetes tipe 2.

fbWhatsappTwitterLinkedIn