8 Ciri Anak Mikrosefali yang Jarang Didengar Orang

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Ciri anak mikrosefali bisa diketahui dengan jelas melalui bentuk dan ukuran kepalanya yang cenderung kecil. Namun ada pula ciri anak mikrosefali yang perlu Anda ketahui yaitu sebagai berikut.

1. Bertubuh Pendek

Penderita mikrosefali tidak hanya mengalami hambatan dan keterlambatan dalam pertumbuhan atau perkembangan lingkar kepala saja. Namun penderita mikrosefali juga umumnya mengalami perkembangan tubuh yang terhambat. Kondisi ini membuatnya memiliki ukuran tubuh yang lebih pendek daripada tubuh anak sebayanya.

Terkadang bahkan tubuh anak cenderung kerdil karena pertumbuhannya terhambat. Menurut istilah medis kondisi ini disebut dengan istilah akondroplasia. Kondisi ini berhubungan dengan gangguan tulang yang pada akhirnya berdampak pada kelainan pertumbuhan.

Kondisi ini juga berhubungan dengan kekerdilan yang terjadi karena penderitanya mengalami hambatan dalam hal pertumbuhan sehingga memiliki ukuran tubuh yang terbilang cukup pendek saat ia dewasa. Saat seorang anak mengalami mikrosefali bisa jadi di masa pertumbuhannya itu ia memiliki panjang kaki dan lengan yang tidak normal serta penyebab penyempitan saraf yang mengalami pemendekan.

2. Distorsi Wajah

Kelainan penyebab penyempitan saraf otak yang dialami oleh penderita mikrosefali menyebabkan ukuran kepalanya menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuran kepala rata-rata teman sebayanya. Hal ini tentu saja berpengaruh pada bentuk wajah anak.

Bentuk wajah anak penderita mikrosefali umumnya cenderung tidak normal. Hal ini bisa tampak dari berbagai indera yang ada pada wajah anak tampak tersusun secara tidak beraturan. Beberapa anak yang mengalami gangguan mikrosefali memiliki susunan wajah yang terlihat lebih kecil dan bulat. Ada pula susunan wajah yang tampak gepeng ke samping.

Bagaimanapun bentuknya ternyata susunan wajah penderita mikrosefali tampak tidak proporsional dan kondisi ini tampak dengan jelas. Namun tidak seluruh penderita mikrosefali mengalaminya. Ada pula penderita mikrosefali yang hanya mengalami hambatan pertumbuhan tubuh dan lingkar kepala saja namun susunan wajah tetap normal. Hanya saja wajahnya tampak kecil mengikuti ukuran kepalanya kecil karena tidak dapat bertumbuh secara normal.

3. Malagizi

Salah satu gejala umum yang dialami oleh penderita mikrosefali adalah kesulitan menelan baik makanan maupun minuman. Tentu saja hal ini berpengaruh terhadap kesehatan dan gizi anak. Anak yang menderita mikrosefali bisa saja mengalami malagizi. Malagizi mengacu pada suatu kondisi medis yang sebenarnya disebabkan oleh diet yang dilakukan dengan tidak tepat.

Malagizi seringkali disamakan dengan kondisi kurang gizi yang disebabkan karena kurangnya makanan sehat untuk penderita stroke. Padahal sebenarnya malagizi juga bisa terjadi pada anak yang kelebihan gizi. Kasus malagizi yang mengacu pada kekurangan gizi memang bisa terjadi pada anak penderita mikrosefali yang kesulitan menelan makanan.

Di samping itu beberapa anak penderita mikrosefali seringkali dianjurkan untuk melakukan diet dengan tujuan untuk mengurangi tingkat hiperaktifnya. Sayangnya diet yang dilakukan secara berlebihan dan tidak tepat justru akan membuat anak mengalami kekurangan gizi. [AdSense-B]

4. Keterlambatan Perkembangan

Seorang anak yang mengalami gangguan mikrosefali cenderung mengalami keterlambatan perkembangan baik hanya pada satu ranah saja maupun lebih dari satu ranah perkembangan. Keterlambatan perkembangan bisa terjadi dalam hal perkembangan kognitif maupun motorik anak. Anak yang menderita mikrosefali umumnya mengalami gangguan saraf serta cacat intelektual.

Kondisi fisik anak juga mengalami keterlambatan perkembangan. Respon anak cenderung lambat sehingga gerakan anak nampak lamban. Tanggapan anak terhadap suatu hal juga tidak dapat berlangsung dengan cepat. Namun hal ini bisa diatasi misalnya melalui kegiatan terapi yang diikuti oleh anak.

5. Gangguan Indera

Beberapa alat indera pada penderita mikrosefali tidak dapat bekerja dan berfungsi secara maksimal. Terlebih lagi indera penglihatan dan indera pendengaran. Anak akan mengalami gangguan dalam hal penglihatan dan pendengaran. Oleh karena itu beberapa anak penderita mikrosefali tidak dapat melihat suatu obyek dengan jelas. Ia juga tidak dapat mendengar secara sempurna.

Selain mata dan telinganya yang bermasalah umumnya anak penderita mikrosefali juga mengalami masalah dalam hal bicara. Cara bicaranya kurang jelas dan pemahamannya terhadap bahasa mengalami gangguan. Anak tersebut juga mengalami kesulitan menelan sehingga terjadilah kekurangan gizi. Untuk itulah dibutuhkan suatu terapi bagi anak yang menderita gangguan mikrosefali.

Terapi berfungsi untuk membantu anak melatih kemampuannya dan mengembangkan fungsi inderanya kembali. Terkadang anak juga membutuhkan alat bantu agar ia dapat menggunakan alat inderanya dengan baik. [AdSense-A]

6. Hiperaktif

Jika anak mengalami hiperaktif sebagai akibat dari gangguan mikrosefali yang dialaminya maka sebaiknya orang tua selalu mengontrol perilaku anak. Untuk meredakan gejala hiperaktif tentunya orang tua perlu memeriksakan kondisi anak ke dokter secara rutin dan berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan membantu memulihkan kondisi anak dengan cara pemberian resep obat untuk meringankan macam-macam penyakit saraf.

Anak juga perlu menjalani berbagai macam jenis terapi yang dapat melatih kemampuannya dan mengembangkan kemampuannya tersebut. Terapi juga bisa saja berfungsi untuk melatih kemampuan intelektualnya sehingga anak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik.

Dalam menghadapi anak yang menderita hiperaktif tentunya orang tua perlu menerapkan sikap disiplin yang disertai dengan dukungan agar anak semakin memiliki kualitas hidup yang meningkat.

7. Cacat Intelektual

Gangguan mikrosefali pada anak bisa saja disertai dengan adanya beberapa jenis sindrom yang membuat penderitanya mengalami cacat intelektual. Di samping itu mikrosefali sendiri juga menyebabkan pertumbuhan otak anak menjadi terhambat dan bahkan tidak mengalami pertumbuhan.

Kondisi ini pun dapat menimbulkan terjadinya cacat intelektual pada anak yang menderita gangguan mikrosefali. Pada umumnya kondisi cacat intelektual ini ditandai dengan adanya IQ yang rendah dan di bawah rata-rata. Umumnya rata-rata IQ adalah 100 namun pada anak yang mengalami cacat intelektual nilai IQ bisa saja kurang dari 75.

Oleh karena itu anak cenderung mengalami kesulitan dalam hal berpikir dan memahami segala persoalan ataupun informasi baru yang ia terima. Anak juga sering kali mengalami kesulitan dalam memberikan solusi atau pemecahan terhadap suatu masalah.

8. Gangguan Belajar

Cacat intelektual yang dialami oleh anak penderita mikrosefali tentu saja menyebabkan anak tersebut mengalami gangguan belajar. Dengan IQ yang cenderung kurang dari 75 maka anak penderita mikrosefali tentu akan mengalami kesulitan dalam berpikir dan mengingat semua materi pelajaran yang ia terima. Pemahaman terhadap materi pun sulit dilakukan.

Kondisi ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya yang cenderung tidak dapat mengalami kemajuan secara maksimal. Namun ada pula penderita mikrosefali yang memiliki kecerdasan rata-rata walaupun lingkar otaknya tidak begitu besar.

Terutama bila penderita anak tersebut mendapatkan asupan gizi dan nutrisi yang seimbang semasa pertumbuhannya. Walaupun ia tidak memiliki prestasi belajar yang unggul namun fungsi kognitifnya masih berjalan dengan baik.

Ciri anak mikrosefali seperti yang telah dijabarkan di atas tentunya bisa diatasi melalui berbagai cara mengobati penyakit mikrosefalus. Misalnya dengan latihan peningkatan kemampuan diri. Bisa juga dengan terapi serta pemeriksaan pada dokter secara rutin atau berkala.

fbWhatsappTwitterLinkedIn