Fungasol tablet merupakan obat antijamur, yang tergolong obat keras, produksi PT Guardian Pharmatama. Fungasol tablet mengandung zat aktif Ketoconazole, imidazole sintetik, yang berguna sebagai terapi kandidiasis vagina dan infeksi fungi secara lokal, terutama pada kulit, yaitu kurap pada bagian kaki, panu, serta ketombe.
Mekanisme Kerja
Ketoconazole bekerja dengan menghambat enzim CYP450 14α-demetilase, yang mana enzim tersebut berguna dalam pembentukan sterol, terutama ergosterol dari substansi awal lanosterol.
Adapun mekanisme lain adalah sebagai antiandrogen, yang dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, memblokir biosintesis testicular dan adrenal androgen, sehingga terjadi penurunan sirkulasi testosteron di dalam darah. Kedua, ketoconazole merupakan antagonis reseptor androgen, bersaing dengan androgen seperti testosteron dan dihidrotestosteron (DHT) untuk mengikat reseptor androgen. Namun, efek antiandrogen cukup lemah, meskipun dosis diberikan dalam jumlah tinggi.
Indikasi Fungasol
Berikut ini kegunaan Fungasol tablet yaitu
- Merupakan obat antifungi, baik pada kulit ataupun pada membran mukosa, seperti athlete’s foot, kurap, infeksi fungi pada kulit dan kuku tangan, kandidiasis (infeksi jamur), serta tinea versicolor
- Obat ini digunakan sebagai antifungi sistemik, yang memiliki aktivitas terhadap berbagai jamur, seperti Candida, Histoplasma, Coccidioides, dan Blastomyces. Obat ini tidak menjadi pilihan pertama karena memiliki efek toksisitas yang lebih besar, absorpsi yang lebih buruk, dan spektrum yang lebih terbatas. Pengobatan menggunakan obat ini hanya dilakukan apabila manfaat lebih besar dari risiko. Umumnya terapi dilakukan selama 6 bulan.
Dosis dan Cara Penggunaan Obat
Fungasol tablet umumnya dikonsumsi sesudah makan atau bahkan bersamaan dengan makanan untuk meningkatkan penyerapan. Penggunaannya sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
- Dewasa : 200 mg/hari. Durasi pengobatan selama 14 hari. Jika sesudah 14 hari, tidak menunjukkan gejala membaik maka pengobatan dengan dosis lebih tinggi dapat dilakukan, yaitu dosis maksimum 400 mg/hari
- Anak : 3.3 – 6.6 mg/kgBB/hari. Obat diberikan dalam dosis tunggal
- Untuk kandidiasis vaginal resisten yang kronis: 400 mg/hari. Pengobatan dilakukan selama 5 hari.
Efek Samping Fungasol
Efek samping Fungasol tablet yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, dan nyeri perut. Efek samping yang lebih jarang terjadi adalah pusing, sakit kepala, ruam, urtikaria, pruritus, trombositopenia, parestesia, fotofobia, alopesia, ginekomastia, dan oligospermia. Pada kasus yang lebih parah, dapat terjadi disritmia jantung, interval QT yang memanjang, artimia ventrikular. Apabila terdapat gejala yang memburuk, sebaiknya segera hentikan pemakaian obat dan konsultasikan dengan dokter terkait.
Kontraindikasi
- Hindari penggunaan fungasol tablet pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap obat golongan ketoconazole atau golongan imidazole lainnya
- Penggunaan obat secara oral tidak ditujukan untuk infeksi superfisial
- Penggunaan obat dilakukan secara hati-hati pada pasien dengan penderita gangguan hepatik atau pasien yang sedang mengonsumsi terfenadin atau astemizol
- Hindari penggunaan bersamaan dengan HMG-CoA reductase inhibitor, seperti lovastatin dan simvastatin
Interaksi Obat
Sebaiknya hindari penggunaan obat bersamaan dengan obat-obat berikut.
- Dofetilide, kuinidin, pimozid, cisaprid, metadon, disopiramid, dronedaron, ranolazin, sebab ketoconazole akan meningkatkan konsentrasi plasma obat-obatan tersebut dan dapat memperpanjang interval QT, bahkan terkadang dapat menyebabkan disritmia ventrikel.
Perhatian Khusus
- Pemakaian harus dihentikan apabila terdapat ruam kulit atau tanda lain yang menunjukkan adanya reaksi alergi
- Fungasol dapat memberikan efek samping pusing dan efek mengantuk, oleh karena itu berbagai aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudikan mobil atau bahkan menyalakan mesin sebaiknya dihindari
- Ketoconazole yang terkandung dalam Fungasol tablet lebih mudah diabsorpsi sehingga akan mengakibatkan efek samping hepatotoksik yang lebih parah apabila dibandingkan dengan golongan imidazole lainnya. Risiko terjadinya hepatotoksik lebih tinggi apabila konsumsi obat diberikan lebih dari 14 hari. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring klinis terhadap kondisi hepatik (kadar serum ALT), prothrombin time dan INR.
- Selain itu, ketoconazole diekskresikan pada air susu ibu, maka sebaiknya hindari penggunaan obat ini saat ibu sedang menyusui.
- Ketoconazole tergolong dalam kategori C untuk ibu hamil, dimana studi pada hewan menunjukkan terjadinya efek buruk pada janin, namun belum ada studi yang cukup pada manusia.