Bagian tubuh dari makhluk hidup sangat unik. Dari bawah hingga atas memiliki fungsi dan manfaat tersendiri. Seperti anggota badan yang bisa bergerak dengan adanya sistem kontrol yaitu otak. Organ pengontrol ini memberikan perintah ke sistem saraf dan dilanjutkan oleh organ lain untuk dapat digerakkan.
Sistem saraf tidak hanya bekerja secara sadar, tapi juga ada pula yang mengerjakannya dengan tidak sadar. Lalu sistem saraf apa yang bekerja tanpa disadari atau tanpa perintah dari sistem saraf pusat ini? Berikut ulasan selengkapnya.
Pengertian Sistem Sarat Otonom
Sistem saraf yang bekerja tanpa disadari ini bernama Sistem Saraf Otonom. Sistem ini merupakan gabungan saraf sensorik dan saraf motorik. Saraf Otonom juga diartikan sebagai saraf yang dapat melakukan perintah dan bergerak secara otomatis yang tidak dikehendaki saraf pusat terlebih dahulu.
Cara kerja sistem otonom ternyata dipengaruhi oleh hipotalamus yang ada di dalam otak. Hipotalamus di dalam otak dapat dirangsang dan dapat mempengaruhi gerakan otonom. Contohnya sangat banyak seperti dapat mempercepat denyut jantung, perubahan pada pupil mata, mengeluarkan keringat, menghambat sistem pencernaan, dan lain-lain.
Fungsi Sistem Saraf Otonom Secara Umum
Saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari organ internal. Sebut saja pembuluh darah, lambung, usus, hati, ginjal, kandung kemih, alat kelamin, paru-paru, pupil, jantung, keringat, ludah dan kelenjar pencernaan. Fungsinya untuk tubuh juga beragam, seperti mengatur tekanan tubuh, denyut jantung dan pernapasan, suhu tubuh, pencernaan, serta metabolisme yang dapat mempengaruhi berat badan.
Fungsi saraf otonom lain sebagai pengatur keseimbangan air dan eletrolit (seperti sodium dan kalsium), produksi cairan tubuh (seperti air liur, keringat, dan air mata), mengatur buang air kecil dan besar, repson pupil hingga gairah seksual.
Jenis-Jenis Saraf Otonom dan Fungsinya Masing-Masing
Saraf otonom memiliki jenis dan fungsinya masing-masing yang diperlukan oleh setiap makhluk hidup, termasuk manusia. saraf otonom terdiri dari dua jenis yaitu Saraf Simpatik dan Parasimpatik. Banyak organ yang dikendalikan oleh dua sistem tersebut. Dua sistem ini juga memiliki efek berlawanan pada organ yang sama. Misal, sistem saraf simpatik meningkatkan tekanan darah, tetapi sistem saraf parasimpatik malah menurunkan tekanan darah.
Dapat disimpulkan, dua sistem tersebut bekerja sama untuk memastikan bahwa tubuh merespon dengan tepat untuk situasi yang berbeda. Alat yang dipengaruhi ini juga cukup banyak, seperti hati, limfa, sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem peredaran darah, sistem ginjal dan saluran kencing.
- Saraf Simpatik
Saraf Simpatik merupakan saraf yang berpangkal pada medula spinalis di daerah leher dan pinggang. Saraf yang juga disebut saraf torakolimbar ini terdiri dari serangkaian urat kembar yang bermuatan ganglion-ganglion. Ganglion ini tersusun berpasangan dan disebarkan dari daerah-daerah seperti leher (tiga pasang ganglion servikal), dada (sevelas ganglion torakal), pinggang (empat pasang ganglion lumbal), pelvis (empat pasang ganglion sacral) dan koksigis (ganglion koksigens). Ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum tulang belakang.
Fungsi saraf ini untuk mengaktifkan organ tubuh, dengan kata lain dapat memacu kerja organ tubuh. Meski beberapa di antaranya menghambat kerja dari organ tubuh. Sementara fungsi lainnya seperti mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah, menghambat pengeluaran air mata, memperluas atau memperlebar pupil, menghambat seksresi air ludah, memperbesar bronkus, mengurangi aktivitas kerja usus serta menghambat pembentukan urin.
- Saraf Parasimpatik
Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada medulla oblongata yaitu sumsum tulang belakang lanjutan. Sistem ini juga disebut sebagai sistem saraf kranosakral karena saraf preganglion keluar dari otak dan dari sacara. Cara kerjanya antagonis dengan saraf simpatik, yaitu menghemat kerja organ tubuh. Fungsinya juga cukup banyak seperti memperlambat denyut jantung, mempersempit pada pembuluh darah, memperlancar pengeluaran air mata kita, memperkecil pupil mata , memperlancar sekresi air ludah, menyempitkan bronkus, menambah aktivitas kerja usus, dan merangsang pembentukan urin.
Jenis-Jenis Penyakit yang Menyerang Sistem Saraf Otonom
Saat sistem saraf menerima informasi dari tubuh dan lingkungan, sistem simpatik dan parasimpatik akan memberikan respon dengan menstimulasi proses-proses dalam tubuh. Karena efek yang dihasilkan berlawanan, gangguan pada sistem ini memiliki gejala yang beragam. Contohnya Gangguan Berkeringat. Peningkatan suhu tubuh akan meningkatkan suhu pada hiptalamus yang kemudian akan memberikan stimulus untuk memproduksi keringat. Gangguan berkeringat ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti multiple sclerosis, tumor otak, trauma, sindrom horner atau neuropati perifer.
Gejala gangguan sistem saraf otonom simpatik juga cukup banyak. Seperti masalah tekanan darah, disfungsi ereksi pada pria, penyakit jantung, masalah pernapasan dan menelan, sakit kepala, kehilangan memori, kejang, kekuatan otot hilang hingga bicara cadel. Penyebabnya juga beragam seperti penyakit lain, gangguan autoimmune yang diakibatkan kekebalan tubuh, asupan alkohol berlebihan, cedera otak, infeksi otak, cacat dari lahir, tumor otak hingga terganggunya suplai darah ke otak.
Gangguan lain pada sistem saraf juga banyak seperti frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, melayang, pingsan, hingga gangguan kognitif. Sementara penyakit dengan gangguan sistem saraf otonom juga ada. Berikut daftarnya
- Multiple Sclerosis
Multiple Sclerosis merupakan penyakit yang disebabkan adanya proses inflamasi demielinisasi pada sistem sara pusat. Myelin yang mengalami kerusakan menyebabkan hubungan antar neuron terganggu. Akibatnya timbul gejala multiple sclerosis. Salah satu gejala multiple sclerosis adalah disfungsi buli-buli dan anhidrosis.
- Cauda Equina Syndrome
Penyakit ini diakibatkan oleh disfungsi nervus lumbosacral pada saluran vertebra. Gejala adalah dari buli-buli dan usus.
- Diabetes Polineruropati
Adalah gangguan sistem saraf yang disebabkan oleh diabetes. Gangguan saluran kemih berupa inkontinensia overflow akibat kerusakan pada saraf perifer yang masuk ke segmen sacral. Pada kelenjar keringat didapatkan gangguan berupa anhidrosis akibat kerusakan saraf perifer.
Gangguan dapat mempengaruhi salah satu bagian dari sistem. Seperti kompleks sindrom nyeri daerah atau semua sistem. Beberapa di antaranya bersifat sementara, tetapi akan memburuk dari waktu ke waktu ketika mempengaruhi pernapasan atau fungsi jantung hingga dapat mengancam jiwa seseorang.
Bahaya Jika Sistem Saraf Otonom Terserang Penyakit
Saraf otonom yang tidak stabil memiliki gejala yang berbeda-beda sesuai dengan kondisinya. Begitu pula dengan wanita yang lebih memiliki gejala lebih banyak tergantung dengan siklus bulanannya. Namun, seperti apa yang terjadi ketika sistem saraf terserang penyakit? Bisa jadi gejala-gejala yang muncul seperti di bawah ini.
- Tekanan darah akan turun drastis ketika berdiri tegak dan diam selama beberapa menit
- Jumlah tekanan darah akan berbeda dalam waktu yang berbeda
- Menyebabkan pingsan ketika berdiri dan tanpa bergerak
- Denyut jantung akan meningkat hingga lebih dari 30% saat berdiri. Denyutnya pun akan berdetak lebih keras
- Ketika detak jantung berdebar-debar, seseorang bisa terkena serangan panik dan takut akan terjadi sesuatu.
- Kelelahan hingga mengakibatkan sering tidur dan suka berbaring.
- Kemampuan olahraga tidak konsisten sehingga tidak melakukan olahraga rutin dengan benar.
- Sulit berpikir karena tengah lelah seperti tidak gula darah dalam keadaan rendah.
- Ingatan sering bermasalah hingga tidak bisa menangani stres fisik atau mental
- Cepat mengalami dehidrasi atau kehausan.
- Sesak napas hingga ingin menguap tapi tidak membantu
- Tiba-tiba pingsan ketika melihat darah, ruangan ramai, ketakutan, sedih dan terlalu lama berdiri.
- Merasakan darah turun di kaki atau tangan saat keduanya menggantung
- Kaki dan tangan sering kesemutan dan terasa gatal, tapi keduanya akan terasa dingin saat tidak bergerak
- Kulit di tangan / kaki / kaki berubah biru / berbintik-bintik / warna-warni / berbintik-bintik. Mata kedutan, merasa demam ketika tidak sakit dan tubuh terasa tidak enak tanpa alasan yang jelas
- Reaksi aneh ketika sudah mengonsumsi obat-obatan.
- Sering alami gangguan pencernaan dalam bentuk apapun karena jumlah aliran darah ke usus dengan respon sinyal yang salah dari otak.
- Berat badan sulit bertambah akibat selalu berusaha beradaptasi pada kondisi diri kita yang tidak nyaman, sehingga mengakibatkan membakar begitu banyak kalori.
- Alami migrain akibat berdiri terlalu cepat, panas, kurang tidur, kekurangan makanan, kafein, berada di tempat ramai, berdiri tegak dan duduk terlalu lama.
- Ketakutan terhadap permainan roller coaster, headstands, berayunan, cuaca panas, tetap selalu duduk atau berdiri.
- Pusing saat buang air kecil dan muntah
Cara Mencegah Saraf Otonom Terserang Penyakit
Pencegahan saraf otonom terserang penyakit sangatlah mudah. Caranya hanya mempertahankan gaya hidup sehat dan mengonsumsi makanan bergizi. Pengaturan waktu tidur juga sangat penting agar hidup makin berkualitas. Paling penting untuk mencegah saraf terkena penyakit adalah tidak mengalami stress berkepanjangan. Teknik manajemen stress seperti meditasi sangat mendukung untuk menghindari gangguan sistem saraf.
Kasus kerusakan saraf sebagian besar tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, ada beberapa penanganan untuk mengurangi hal tersebut. Cara pencegahan pertama adalah mengetahui kondisi medis dan apa yang penyebab terserang penyakit. Untuk menangani hal tersebut bisa dengan beberapa cara seperti terapi fisik atau pembedahan untuk mengatasi tekanan atau trauma pada saraf, pengobatan untuk mengatasi kondisi autoimun, serta membatasi kadar gula darah pada penderita diabetes. Ganti obat jika menyebabkan kerusakan saraf.
Secara garis besar saraf otonom memiliki berfungsi sebagai pertahanan tubuh dalam kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf bekerja secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Meski demikian, perannya sangat penting bagi tubuh. Bahkan bisa mengancam jiwa ketika gangguan sudah mempengaruhi pernapasan serta jantung.