Seorang pria berusia 42 tahun asal New Mexico, Amerika Serikat mengaku ketakutan karena tiba-tiba istrinya mengalami gejala seperti kerasukan. Istrinya, Lorina Gutierezz (39 tahun) tiba-tiba suka berteriak dan meracau. Seringkali Lorina tiba-tiba marah dan mengucapkan kata-kata yang tidak dimengerti serta berteriak seperti orang kesakitan.
Dikutip dari New York Post, ibu dari tiga anak tersebut yakin bahwa terdapat banyak kamera di setiap sudut rumahnya. Tidak hanya itu, ia juga berperilaku amat kasar serta mengoceh mengenai ‘pelarian’. Stephen, suami Lorina, beranggapan bahwa istrinya harus diberi air suci karena takut istrinya kesurupan, tapi hal ini tidak berhasil.
Gejala yang dialami Lorina pun semakin parah. Stephen memutuskan membawa istrinya ke Presbyterian Kaseman Hospital, New Mexico untuk mendapatkan perawatan khusus. Lagi-lagi, perawatan yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Akhirnya Lorina dipindahkan menuju rumah sakit lokal sampai dokter menyatakan sistem kekebalan tubuh Lorina menyerang otaknya sendiri.
Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan, dokter menemukan tumor sebesar 6×6 inch di bagian ovarium Lorina. Ternyata, tumor ini memicu reaksi autoimun yang disebut dengan Anti-NMDA Receptor Encephalitis sehingga otak Lorina mengalami peradangan dan membengkak.
Lebih Jauh tentang Anti-NMDA Receptor Encephalitis
Pada kondisi ini, tubuh Lorina bermaksud melakukan perlawanan dengan memproduksi antibodi, namun tidak hanya tumor yang diserang, reaksi perlawanan tersebut juga menyerang jaringan otaknya yang sehat. Kondisi inilah yang menyebabkan gangguan sistem saraf pusat sehingga Lorina mengalami gejala serupa dengan kesurupan. Gejala awal yang biasanya muncul pada Anti-NMDA Receptor Encephalitis adalah demam sakit kepala dan kelelahan yang intens.
Pada kondisi yang lebih parah, muncul gejala-gejala psikosis seperti delusi (kepercayaan yang sebenarnya salah) dan halusinasi (merasa melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak nyata). Pasien dengan penyakit ini biasanya juga merasa gelisah dan kebingungan. Gejala lainnya yang dapat muncul bisa seperti kejang, kesulitan dalam bernafas, dan peningkatan tekanan darah serta denyut jantung yang signifikan.
Sebagian kasus dari penyakit ini merupakan tumor, dimana umumnya yang ditemukan adalah teratoma pada bagian ovarium. Sementara sebagian kasus sisanya masih belum ditemui penyebab pastinya. Mekanisme utama yang terjadi merupakan akibat dari proses autoimun yang menyerang subunit GluN1 pada reseptor NMDA di otak. Diagnosis Anti NMDA Receptor Encephalitis dapat ditegakkan ketika ditemukan antibodi yang spesifik di bagian cairan serebrospinal.
Dokter akan menyarankan terapi imunosupresi untuk mengendalikan antibodi yang diproduksi. Jika ada tumor yang ditemukan, maka tindakan pembedahan perlu dilakukan terlebih dahulu. Sebesar 80% pasien yang dirawat dengan baik telah menunjukan hasil yang memuaskan. Sebagai catatan, hasil perawatan akan lebih baik seiring dengan semakin dininya tindakan perawatan dilakukan. Dibutuhkan kesabaran dan perhatian khusus pada pasien dengan Anti NMDA Receptor Encephalitis, karena biasanya sisa-sisa gejala psikosis akan menetap beberapa waktu hingga pasien benar-benar stabil dengan terapi yang diberikan.