Colostomy juga dikenal dengan istilah kolostomi di mana berasal dari 2 kata, yakni colon dan stomy. Colon sendiri masih menjadi bagian dari usus besar dengan bentuk yang memanjang hingga rektum dari sekum. Sedangkan stomy atau stoma dalam bahasa Yunani memiliki makna mulut. Colostomy ini diketahui sebagai sebuah tindakan medis atau satu dari jenis-jenis operasi bedah yang prosesnya adalah dari usus besar/kolon hingga ke luar abdomen.
(Baca juga: jenis-jenis cairan infus – endoskopi – kolonoskopi)
Jenis dan Metode
Colostomy merupakan sebuah proses pembedahan atau pembukaan bagian kolon di mana porsio dibawa dari usus besar dan melalui dinding abdomen supaya feses bisa keluar. Colostomy juga diketahui merupakan kolokutaneostomi atau istilah lainnya adalah anus peternaturalis yang pembuatannya dilakukan secara non-permanen atau permanen/menetap.
Waktu pembedahan dari colostomy ini bisa makan waktu 2-4 jam lamanya dan hal ini bisa ditentukan oleh tingkat kesulitan. Kondisi-kondisi seperti adanya infeksi, kemudian trauma adalah contoh-contoh faktor yang bisa memengaruhi lama tidaknya prosedur pembedahan. Trauma kolon mampu menjadi penyebab trauma dan hal ini bisa membuat prosedur memakan waktu lebih lama.
Diketahui ada 2 jenis colostomy, yakni sementara dan permanen seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Kenali lebih baik apa bedanya colostomy yang sementara dan colostomy yang permanen seperti berikut:
Inti dari pembedahan colostomy ini adalah agar feses dapat dialirkan dari kolon ke kantong kolostomi. Daripada feses yang dapat keluar melalui anus secara normal, sebagian besar feses yang melalui proses colostomy ini bakal jauh lebih encer dan lunak. Lokasi segmen usus yang dipilih dan digunakan pada prosedur colostomy jelas sangat berpengaruh dalam menentukan konsistensi feses.
Bila bicara tentang lokasi colostomy yang ada di abdomen, maka hal ini bisa di mana saja dan masih pada jalur lokasi kolon. Hanya saja proses colostomy ini umumnya dilakukan di bagian area kolon sigmoid, yakni kiri bawah. Tapi tidaklah selalu demikian, ahli bedah berpotensi untuk membuatnya di letak koloon desendens, transversum, maupun asendens.
Sebelum operasi ini dilakukan, sangat penting untuk memilih dan menentukan lokasi colostomy dengan sebaik mungkin dan bahkan dengan ekstra hati-hati. Pada proses dan metode colostomy, lokasi yang berjaringan lemak tebal pun biasanya dihindari oleh para ahli bedah. Lokasi yang ada bekas luka pun biasanya tidak akan dipilih dan ketika sudah diputuskan, anastesi akan diberikan pada pasien di hari-H.
(Baca juga: sakit perut bagian bawah tengah – operasi wasir)
Perawatan
Ketika prosedur colostomy sudah dilakukan, pada umumnya dokter akan kemudian menempatkan sebuah plastik pada bagian perut pasien yang sudah mempunyai stoma. Stoma ini adalah lubang buatan yang dibentuk di perut dengan tujuan agar kotoran yang berasal dari dalam usus dapat tertampung dengan baik.
Ketika masih berada di rumah sakit, pasien pasca prosedur colostomy pun akan dipandu dan diberitahukan segala detil mengenai bagaimana merawat colostomy. Ada waktu tertentu yang mungkin membuat bingung pasien seperti tentang kapan tepatnya kantong bisa atau boleh diganti, berikut juga pengubahan posisi. Hal ini nantinya juga diberitahukan oleh pihak rumah sakit secara spesifik sampai pasien jelas.
Pada masa perawatan, pasien tidak lantas benar-benar lepas dari pengawasan dokter karena memang masih harus melakukan pemeriksaan teratur. Pemeriksaan secara reguler adalah cara merawat pasca pembedahan colostomy. Penting pula untuk melakukan perawatan pada kulit sekeliling stoma secara menyeluruh. Tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan permukaan yang cukup dalam penempatan kantong.
Berikut ini merupakan beberapa langkah yang kiranya perlu diketahui dan juga diikuti oleh pasien-pasien colostomy:
(Baca juga: tes d-dimer – operasi gendang telinga)
Risiko atau Komplikasi
Tentunya selalu ada risiko dibalik suatu tindakan medis tertentu, tak terkecuali pada prosedur colostomy ini. Berikut di bawah ini bisa dilihat apa saja bahaya yang kiranya mampu diwaspadai:
Risiko ini cukup besar dan termasuk komplikasi yang umum di mana kondisi tersebut bisa terjadi akibat suplai darah yang tak memadai. Hanya saja, risiko ini tidaklah langsung nampak karena biasanya terjadi sekitar 12-24 jam pasca prosedur pembedahan. Untuk menangani hal ini, dokter akan melakukan pembedahan tambahan terhadap pasien.
Timbunan feses merupakan penyebab utama dari terjadinya obstruksi. Meski termasuk jarang, tetap ada potensi pasien mengalami hal ini.
Ada pula prolaps yang cukup berbahaya di mana risiko komplikasi ini bisa terjadi akibat terlalu besarnya pembukaan pada pembedahan di dinding abdomen. Faktor pemicu dari prolaps lainnya adalah fiksasi usus pada dinding abdomen yang diketahui tak cukup kuat. Dalam menangani bahaya seperti ini, pembedahan ulang adalah solusinya dan dokter bakal melakukan pengambilan vaskularisasi yang lebih dari bagian usus yang disuplai.
Risiko ini mampu muncul akibat lokasi stoma di dinding abdomen yang tidak cukup kuat alias dalam kondisi lemah. Atau, parastomal hernia ini terjadi sebagai efek dari letak stoma yang dibentuk terlalu terbuka dengan ukuran terlalu besar yang ada di bagian dinding abdomen pasien.
Panjang stoma yang tak begitu cukup merupakan penyebab dari timbulnya risiko satu ini. Tapi pasien boleh tenang karena dokter bisa menanganinya, yakni dengan menyiapkan kantong khusus. Tentunya tujuan dari penyediaan kantong tersebut bukan satu-satunya solusi, dokter juga berkemungkinan bakal melakukan perbaikan stoma di mana cara ini adalah yang paling sering dipilih.
Risiko colostomy tak hanya kondisi-kondisi tersebut, terjadinya emboli paru, penggumpalan darah yang terjadi di bagian pembuluh darah kaki, peradangan, infeksi dari luka bedah (baca juga: gejala infeksi usus), dan perdarahan adalah contoh dari komplikasi lainnya yang sama-sama mengancam. Itulah mengapa setiap pasien perlu mendiskusikan prosedur colostomy dengan dokter sedetil mungkin dan melakukan perawatan pasca pembedahan secara hati-hati.
(Baca juga: operasi lasik – operasi hernia – operasi katarak – operasi batu empedu)
Untuk menghindari risiko-risiko tersebut, ada baiknya pasien juga perlu memraktikkan sendiri penjelasan perawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Contoh hal yang perlu dicoba dilakukan sendiri adalah cara mengganti kantong dan ini sebaiknya dilakukan sebelum pasien pulang ke rumah.
Apabila pasien merasa terlalu banyak hal spesifik yang harus diperhatikan selama masa perawatan, tak ada salahnya untuk menulis segala informasi yang didapat. Penting untuk membicarakan juga segala aspek tentang emosional dengan dokter pasca colostomy.