Leukimia, atau seringkali dikenal dengan kanker darah, adalah salah satu penyakit pada sistem peredaran darah manusia. Leukimia terjadi akibat pertumbuhan jumlah sel darah putih yang tidak normal di sumsum tulang belakang. Akibat hal ini, maka terjadilah gangguan pada pertumbuhan sel darah yang lainnya. Leukimia sendiri terdiri dari dua jenis. Yang pertama yaitu leukemia akut. Terjadi pada anak-anak. Sedangkan yang kedua yaitu leukemia kronis. Terjadi pada tahap selanjutnya dan seringkali menyerang pada usia dewasa. Sehingga dapat disimpulkan, leukemia kronis merupakan tahap terakhir atau stadium terakhir dari penyakit leukemia.
Penyebab dari leukemia sendiri ada beberapa hal. Salah satunya adalah karena efek dari bahan-bahan kimia yang terpapar dalam tubuh atau darah. Misalnya karena asap rokok yang terus menerus terhirup ke dalam system pernafasan kita. Atau karena bahan makanan yang banyak mengandung pengawet. Oleh sebab itu, untuk menghindari kemungkinan mengalami leukemia, maka yang dapat dilakukan salah satunya dengan mengubah pola hidup menjadi pola hidup yang lebih sehat. Misalnya dengan banyak berolah raga dan makan makanan alami seperti sayur atau buah-buahan.
Leukimia saat mencapai stadium akhir atau kronis pertanda bahwa sudah sangat sulit untuk disembuhkan. Biasanya pasien dengan stadium akhir hanya dapat diobati untuk mencegah komplikasi dengan penyakit yang lain. Namun, tingkat keberhasilannya sangat kecil. Adapun di bawah ini adalah gejala leukemia stadium akhir :
1. Demam terus menerus
Jika di awal terjadinya penyakit, demam yang dialami masih ringan dan bersifat hanya sementara. Namun, di stadium akhir maka demam akan dapat terjadi terus menerus. Hal ini disebabkan oleh adanya infeksi dalam sel darah yang sudah semakin tidak terkontrol. Setiap kali timbul infeksi baru, maka akan terjadi pula demam. Oleh sebab itu, semakin meningkatnya frekuensi infeksi di dalam sel darah, maka akan meningkat pula jumlah demam yang akan dialami oleh penderita.
2. Rasa nyeri pada seluruh tulang dalam tubuh
Leukimia berawal dari sumsum tulang belakang. Berikutnya akan mulai menyebar ke bagian tulang yang lain, yaitu tulang bagian tengah dan tulang rusuk. Sampai akhirnya penyakit menyebar ke seluruh tulang dalam tubuh.
Di awal penyakit, maka rasa nyeri hanya akan terjadi pada sumsum tulang belakang. Namun seiring berjalannya waktu, saat penyakit sudah memasuki stadium akhir, maka rasa nyeri tersebut secara otomatis akan menyebar ke seluruh bagian tulang yang telah terinfeksi. Akibatnya, rasa nyeri sudah sulit untuk diobati. Biasanya untuk pasien dengan stadium terakhir, obat-obatan berupa pil penahan nyeri sudah tidak banyak berfungsi. Pengobatan akan lebih efektif apabila dilakukan melalui infus.
3. Anemia yang berlebihan
Pada stadium terakhir, penderita akan semakin sering mengalami defisiensi hemoglobin, atau lebih tepatnya yaitu anemia. Hal ini disebabkan karena sel darah putih yang terbentuk sudah menyebar ke dalam sistem peredaran darah. Dengan demikian pembentukan sel darah pun terganggu, termasuk proses pembentukan sel darah merah.
Di saat terjadi jumlah sel yang tidak seimbang tersebut, maka salah satu sel akan mengalami pengurangan terus-menerus.
Oleh sebab itu, di stadium akhir penyakit ini, penderita akan berulang kali mengalami anemia. Sehingga wajahnya dan bahkan seluruh kulit di tubuhnya tampak selalu pucat, tidak pernah segar. Pandangan berkunang-kunang, sehingga tidak jelas untuk melihat. Badan juga akan selalu lemas, akibat kekurangan oksigen dalam darah. Karena tugas sel darah merah pada intinya yaitu mengikat oksigen ke dalam darah. Di tahap ini, biasanya penderita sudah tidak banyak melakukan aktifitas dan lebih banyak beristirahat.
4. Cepat Lelah dalam hitungan menit
Sehubungan dengan jumlah sel darah putih dan merah yang tidak seimbang, maka pada pasien di stadium akhir biasanya akan merasa cepat lelah. Jika di stadium awal rasa lelah hanya terjadi saat aktifitas fisik yang berlebihan seperti olah raga. Namun di stadium akhir, aktivitas sehari-hari bisa sewaktu-waktu menimbulkan rasa lelah yang hebat.
Ini disebabkan oleh kemampuan darah mengikat oksigen untuk metabolism pembakaran energi dalam tubuh berkurang drastis. Sehingga jika terjadi aktifitas dengan intensitas agak berat, maka penderita leukemia tidak akan mampu menyelesaikannya.
Oleh sebab itu, penderita leukemia stadium akhir disarankan banyak berbaring dan beristirahat. Sehingga fungsi kerja tubuh tidak terlalu berat. Dan oksigen mampu bekerja optimal untuk mensuplai darah ke otak.
5. Kesulitan bernapas
Tahap akhir leukemia menyebabkan suplai oksigen dalam darah mengalami pengurangan signifikan. Oleh sebab itu maka tubuh tidak dapat bekerja maksimal menyalurkan oksigen dalam darah. Pasien leukemia di stadium akhir akan sering mengalami kesulitan bernafas yang tiba-tiba.
Saat suplai oksigen tidak maksimal, maka system pernafasan tidak akan berjalan dengan baik. Kondisi ini gawat dan bahkan dapat memicu kematian. Oleh sebab itu dalam tahapan ini sebaiknya dirawat dengan intensif di bawah pengawasan dokter. Sehingga jika terjadi kesulitan bernafas, dapat dengan mudah terbantu melalui selang oksigen.
6. Pendarahan terus menerus
Di stadium akhir akan terdapat gejala berupa perdarahan di seluruh bagian tubuh secara terus menerus. Misalnya mengalami mimisan secara terus-menerus. Hal ini tentunya sangat berbahaya. Karena pendarahan akan bisa terjadi di sistem otak.
Jika terjadi pendarahan di sistem otak, maka pasien akan rawan terkena komplikasi berupa penyakit stroke. Mekanismenya sebagai berikut, adanya pendarahan di otak, saat pendarahan tersebut mereda, akan membentuk gumpalan yang menghalangi pembuluh darah arteri di otak. Jika supplai darah di pembuluh darah otak terganggu, maka pasien akan mengalami gangguan motorik pada bagian syaraf yang mengalami kekurangan supplai oksigen akibat pembuluh darah yang terhalang tadi.
Yang lebih parah, jika penggumpalan darah tersebut membuat darah tertahan di satu titik. Jika sudah maksimal maka pembuluh darah akan pecah. Di tahap ini tentunya akan mengancam keselamatan jiwa penderita penyakit leukemia.
7. Mudah terkena infeksi
Pada dasarnya, pada manusia normal, yang berperan penting dalam menangkis infeksi ataupun bakteri yang masuk ke dalam tubuh yaitu sel darah putih. Dalam kasus leukemia, seperti yang telah dijelaskan di atas, pertumbuhan sel darah puti berlangsung secara tidak normal. Dengan demikian, maka kinerja sel darah putih dalam menghalau virus ataupun bakteri dalam tubuh tidak akan mampu bekerja maksimal. Atau pada penderita stadium akhir, justru tidak bekerja sama sekali.
Hal inilah yang menyebabkan penderita di stadium akhir akan sangat rentan terkena infeksi. Entah mulai dari infeksi yang ringan seperti influenza, sampai dengan infeksi berat yang mengancam keselamatan jiwa.
Tidak jarang pasien leukemia meninggal bukan karena penyakit leukemia itu sendiri. Namun akibat komplikasi yang ditimbulkan dari keadaan ketika sakit. Contohnya terserang virus radang otak yang mematikan. Karena sel darah tidak bekerja semestinya, maka tubuh tidak dapat memberikan perlindungan alami yang optimal. Sehingga untuk pasien dengan stadium akhir harus benar-benar dijaga kebersihan lingkungan di sekitarnya, supaya tidak rentan terkena virus dari orang-orang yang ada di sekitar. [AdSense-A]
8. Pembengkakan limfa
Salah satu gejala yang dialami oleh penderita leukemia di stadium akhir yaitu mengalami pembengkakan limfa. Limfa adalah system sirkulasi dari kelenjar getah bening yang terdapat pada tubuh manusia. Kelenjar tersebut berasal dari plasma darah dan bertugas untuk menyaring darah dalam tubuh. Akibat dari sistem peredaran darah yang tidak seimbang termasuk plasma darah yang tidak seimbang, maka terjadi pembengkakan di daerah-daerah kelenjar limfa. Seperti misalnya pada leher atau di pergelangan tangan dan kaki.
Kondisi ini pada awalnya mungkin tidak dapat terlihat. Namun saat diamati dengan jelas, pasien leukemia akan mengalami benjolan-benjolan kecil di titik-titik pembuluh limfa di sekujur tubuhnya. Benjolan inilah yang merupakan manifestasi dari pembengkakan limfa. Jika dibiarkan terus-menerus maka akan mengganggu keseimbangan kelenjar getah bening dalam tubuh penderita dan dapat berakibat fatal.
9. Nyeri pada persendian
Pembentukan sel darah putih yang berlebihan, pada akhirnya akan terkumpul di sumsum tulang belakang dan menyebar ke bagian organ tubuh di sekitarnya. Hal ini menyebabkan rasa nyeri pada persendian-persendian tubuh.
Pada mulanya di stadium awal, rasa nyeri hanya berlangsung saat sel-sel kanker pada darah putih bekerja. Seiring waktu, maka jika pasien mengalami stadium akhir, rasa nyeri tersebut dapat datang terus-menerus karena akumulasi sel yang sudah terlampau banyak untuk dikontrol.
10. Nyeri perut yang hebat
Penderita leukemia tidak hanya mengalami nyeri pada persendian, namun juga akan merasakan nyeri yang hebat pada perutnya. Mekanisme terjadinya rasa nyeri diakibatkan oleh sel-sel kanker yang menyebar melalui pembentukan sel darah putih pada akhirnya berkumpul di organ dalam manusia. Beberapa organ tersebut termasuk hati, ginjal dan empedu.
Hal ini menyebabkan terjadi peradangan dan kemudian berkembang menjadi pembengkakan pada organ tersebut. Sehingga pada akhirnya organ tubuh yang membengkak otomatis akan menimbulkan rasa nyeri yang susah untuk ditahan.
Pada kondisi akhir, jika bengkak tidak mereda, maka rasa nyeri di perut akan timbul berkepanjangan. Pengompresan di area yang bengkak juga tidak akan meredakan nyerinya karena terjadi dalam internal bagian dalam tubuh. Untuk mengatasi rasa nyeri, biasanya dokter akan meresepkan obat penahan nyeri.
Demikian 10 gejala leukemia di stadium akhir. Untuk mencegah terjadinya leukemia, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
- Berolah raga secara teratur supaya metabolisma tubuh selalu lancar dan jarang terkena penyakit. Karena olah raga membantu melancarkan peredaran darah dan distribusi oksigen ke dalam tubuh.
- Mengkonsumsi makanan yang sehat, yang kaya nutrisi dan vitamin C sehingga bekerja sebagai anti oksidan dalam tubuh yang menangkal efek dari radikal bebas penyebab kanker darah.
Sementara untuk pasien leukemia juga terdapat beberapa pengobatan sebagai berikut:
- Obat-obatan antibiotik yang diresepkan oleh dokter untuk mengobati infeksi sekunder dan untuk penahan rasa nyeri yang dialami penderita.
- Kemoterapi, sebagaimana diketahui merupakan alternative yang paling maksimal hasilnya bagi pasien kanker untuk membunuh sel-sel kanker.
- Pengobatan herbal, yang masih belum dipastikan efektifitasnya pada pasien. Namun dipercaya mampu mengurangi rasa sakit pada gejala leukimia.
- Transplantasi sel induk, yang mana biayanya cukup tinggi, namun tingkat keberhasilannya juga cukup tinggi, karena merangsang pembentukan sel darah putih dan sel darah lainnya yang seimbang.