Kontroversi susu kental manis rupanya mulai membuka mata banyak orang bahwa susu ini tak sepenuhnya aman bagi anak. Apakah karena susu kental manis bukan susu? Susu kental manis tetap masuk dalam kategori susu karena dibuat dari susu asli walau kandungan susunya sedikit atau rendah, namun nutrisinyalah yang kurang tinggi.
Banyak orang tua yang sudah telanjur sering atau bahkan setiap hari memberikan susu kental manis kepada anak-anaknya yang bahkan masih bayi sebagai pengganti ASI dan juga balita. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang fakta susu kental manis yang sebenarnya tak memiliki gizi maksimal. Lalu adakah bahaya susu kental manis bagi anak?
Bila melihat karakteristik susu kental manis yang tinggi gula, karbohidrat dan kalori beserta lemak jenuh sementara kadar protein di dalamnya rendah, kita bisa tahu bahwa susu kental manis tak bisa dianggap sebagai sumber protein. Karena merupakan sumber tenaga inilah jika dinikmati secara berlebihan oleh anak, obesitaslah ancamannya.
Nutrisi yang ditawarkan oleh susu kental manis tak bisa disamakan dengan nutrisi yang ada pada susu segar sehingga artinya tak cukup vitamin dan mineral yang masuk ke dalam tubuh si kecil. Jika tubuh anak kelebihan kalori, karbohidrat dan lemak jenuh, bukan tak mungkin seorang anak balita sekalipun mengalami berat badan berlebih.
Seperti sempat disebutkan sebelumnya bahwa tak ada cukup mineral dan vitamin yang ditawarkan oleh produk susu kental manis. Hal ini pun termasuk dengan kalsium yang rendah di dalamnya sehingga anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhannya akan mengalami bahaya defisiensi kalsium jika berlebihan mengonsumsi susu kental manis.
Bahaya susu kaleng seperti misalnya susu kental manis memang mungkin sebenarnya sudah disadari oleh para orang tua. Namun karena harga dari produk susu kental manis yang terbilang lebih bersahabat, maka para orang tua dengan penghasilan pas-pasan akhirnya memilih susu kental manis untuk diberikan kepada si kecil sehari-hari.
Anak balita mengonsumsi susu kental manis setiap hari bukanlah hal baik karena mampu meningkatkan risiko gizi buruk. Tak hanya kekurangan kalsium, ada kemungkinan tubuh anak akan kekurangan nutrisi lain-lainnya juga. Tanda-tanda bahwa anak mengalami gizi buruk adalah badan yang kurus, kulit mengelupas dan bahkan beberapa bagian tubuh mengalami bengkak.
Pada anak balita dan bayi, perkembangan organ di dalam tubuh masih berjalan dan belum mencapai sempurna. Oleh karena itu, nutrisi kompleks selain yang mereka dapat dari susu formula atau ASI kurang bisa dicerna dengan baik. Inilah yang mampu menyebabkan bayi atau balita yang mengonsumsi susu kental manis terlalu sering bisa mengalami diare dan gangguan pencernaan lainnya.
Perkembangan organ ginjal pada bayi dan balita dapat terganggu karena pemberian susu kental manis secara sering dan terus-menerus. Pemberian susu kental manis sebelum waktunya akan menjadikan ginjal si kecil bekerja secara lebih keras untuk proses pencernaannya. Itulah mengapa risiko kerusakan fungsi ginjal pada anak balita karena konsumsi susu kental manis cukup tinggi.
Anak bayi dan balita yang diberi susu kental manis bisa saja ada yang kemudian mengalami reaksi alergi. Meski mungkin menjadi kasus yang jarang, para orang tua pun wajib waspada terhadap reaksi tubuh buah hatinya ketika diberi susu kental manis, yakni asupan selain susu formula dan ASI. Contoh gejala alergi susu kental manis yang mungkin bisa terjadi pada anak adalah:
Ini juga yang menjadi pertimbangan para pakar nutrisi bahwa anak di bawah 5 tahun tak seharusnya diberi susu kental manis, apalagi rutin setiap hari.
Kandungan gula pada susu kental manis adalah yang paling tinggi, bisa sampai 50 persen atau bahkan lebih pada beberapa produk. Inilah yang menjadi salah satu peningkat risiko diabetes dini pada anak-anak yang bahkan belum berusia 5 tahun, apalagi kalau konsumsi dilakukan setiap hari 2-4 kali sehari misalnya.
Demikianlah daftar bahaya susu kental manis bagi anak bayi dan balita wajib untuk para orang tua ketahui dan waspadai. Setelah adanya peringatan dan himbauan dari BPOM, diharapkan para orang tua lebih bijak dalam hal pemberian susu ke anak, khususnya yang masih bayi dan balita.