Ani Yudhoyono Tutup Usia Usai Berjuang Lawan Leukemia

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kabar duka menyelimuti keluarga SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), mantan presiden Republik Indonesia ke-6. Setelah berjuang melawan kanker darah beberapa waktu, Ani Yudhoyono, mengembuskan nafas terakhir pada Sabtu, 1 Juni 2019 pada pukul 11.50 waktu Singapura. Informasi tutup usianya sang istri SBY ini didapat dari akun Twitter pribadi Andi Arief, salah satu politikus Demokrat.

Ani Yudhoyono meninggal dunia di National University Hospital (NUH), Singapura setelah dari hari Kamis (30/5) lalu turun terus-menerus. Sejak kondisinya menurun itulah perawatan Ibu Ani harus dilakukan di ICU (Intensive Care Unit). Bahkan menurut kabar, kondisi pada Kamis malam sudah sempat stabil, hanya saja penurunan kembali terjadi dan menyebabkan Ibu Ani kehilangan kesadaran dan kemudian mengembuskan nafas terakhir.

Sebelumnya kita tahu betul bahwa Ibu Ani didiagnosa menderita leukemia di mana penyebab dasarnya sendiri dari penyakit ini belum jelas. Mutasi DNA pada sel darah putih menjadi dugaan penyebab penyakit kanker darah ini, namun juga perlu diketahui ada beberapa faktor peningkat risiko seseorang terkena leukemia, yaitu:

  • Faktor genetik – Ketika seseorang memiliki penyakit genetik lain yang cukup langka, atau seseorang yang menderita down syndrome, leukemia akut dapat berpotensi lebih besar. Adanya anggota keluarga yang menderita penyakit leukemia pun memperbesar risiko terkena penyakit yang sama.
  • Kebiasaan merokokPenyakit akibat merokok tak hanya seputar kanker paru-paru, kanker mulut, lidah dan tenggorokan, sebab nyatanya pun kanker darah termasuk leukemia risikonya lebih tinggi terjadi pada para perokok aktif.
  • Pernah menempuh pengobatan kanker – Seseorang yang memiliki pengalaman pernah menjalani radioterapi atau kemoterapi dapat juga menjadi faktor pemicu timbulnya kanker darah seperti leukemia.
  • Paparan zat kimia tertentu atau radiasi – Paparan zat kimia tertentu, semacam benzena misalnya atau pernah mengalami kecelakaan yang ada kaitan erat dengan reaktor nuklir bisa menjadi pemicu dari kanker darah.

Tak semua penderita leukemia disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, karena ada pula sejumlah pasien yang justru sebenarnya tak punya risiko tersebut tapi tetap terserang leukemia. Pada umumnya, setelah diagnosa penyakit ini positif, pengobatan yang paling direkomendasikan para ahli medis adalah transplantasi sumsum tulang.

Sumsum tulang yang telah mengalami kerusakan perlu diganti dengan yang sehat dan operasi sumsum tulang belakanglah yang kini menjadi pengobatan para pasien leukemia atau kanker darah lainnya. Selain itu, kemoterapi dan radioterapi juga diperlukan di mana tujuannya adalah sebagai penghambat perkembangan sel kanker.

Menurut AHY, sang ibunda sempat harus berada di ruang karantina untuk memperoleh perawatan khusus selama 3 bulan terakhir agar segala potensi serangan bakteri dan virus penghambat proses pengobatan bisa dicegah. Namun sayangnya, perjuangan melawan kanker darah harus usai di usia beliau yang ke-66 tahun.

fbWhatsappTwitterLinkedIn