Bahan tambahan makanan adalah tambahan berbagai zat pada makanan untuk menambah kegunaan dari makanan itu sendiri. Penggunaan bahan tambahan makanan selama ini sering dijadikan alternatif untuk kegiatan komersial agar makanan lebih mudah terjual. Bahan tambahan makanan sendiri terdiri atas tambahan makanan dari bahan alami dan dari bahan kimia.
Jenis Bahan Tambahan Makanan
Antioksidan tidak hanya dikenal dalam dunia kesehatan saja. Antioksidan juga sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan agar makanan menjadi lebih awet. Biasanya bahan tambahan makanan ini diberikan pada jenis-jenis makanan kaleng. Adapun yang termasuk ke dalam jenis antioksidan pada makanan adalah BHA, BHT, THBP, TBHQ, NDGA, dan garam EDTA.
Artikel terkait : Akibat Kelebihan Antioksidan bagi Tubuh Manusia
Pengatur keasaman sering ditambahkan pada berbagai jenis makanan untuk menurunkan pH makanan, tujuannya adalah untuk mencegah tumbuhnya berbagai jenis mikroorganisme pada makanan yang diawetkan. Beberapa jenis zat pengatur keasaman yang sering digunakan pada makanan adalah asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumalat, asam suksinat, asam malat, dan asam tatrat.
Pemanis buatan sering digunakan untuk menambah tingkat kemanisan dari suatu makanan. Biasanya harganya lebih terjangkau dan memberikan hasil yang lebih manis dibandingkan gula pasir. Pemanis tambahan yang sering digunakan untuk tambahan makanan adalah sakarin dan siklamat. Pemanis buatan dapat menurunkan resiko diabetes, namun pemanis buatan dengan jenis siklamat merupakan jenis pemanis yang bersifat karsinogenik sehingga bisa menyebabkan kanker.
Artikel terkait : Bahaya Sakarin untuk Kesehatan
Pengawet makanan ditambahkan agar makanan tidak mudah diserang berbagai jenis mikroorganisme, jamur, atau bakteri yang dapat membuat makanan menjadi cepat basi. Natrium benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat adalah jenis-jenis tambahan pengawet yang disertakan dalam makanan.
Artikel terkait : Bahaya Pengawet Makanan Hingga Menyebabkan Kematian
Pewarna makanan sering dijadikan sebagai bahan tambahan pada makanan agar bentuk visual dari makanan menjadi lebih menarik. Bahan pewarna makanan dapat diperoleh secara alami dan sintesis. Hingga saat ini, sekitar 90% zat pewarna sintesis digunakan oleh pabrik-pabrik makanan agar tampilan makanan yang dijual menjadi lebih menarik.
Seperti dengan namanya, pengental makanan berguna untuk membuat makanan menjadi lebih kental. Biasanya zat pengental ini akan dicampurkan bersama dengan air. Adapun beberapa jenis pengental makanan yang sering digunakan adalah pati, gelatin, dan gum.
Pengemulsi berguna untuk mempertahankan dispersi lemak di dalam air maupun sebaliknya. Sebagai contohnya adalah pengemulsi dalam mayonaise. Jika tidak diberi pengemulsi, lemak di dalam mayonaise akan terpisah dengan air. Beberapa contoh pengemulsi yang sering digunakan adalah kuning telur, gom arab, dan gliserin.
Itulah beberapa jenis tambahan makanan yang biasanya sering kita konsumsi. Untuk menghindari resiko zat tambahan makanan yang bersifat karsinogen maka ada baiknya Anda selalu memperhatikan jenis pengawet apa yang digunakan pada makanan yang Anda konsumsi.
Baca juga :
Sebagian besar pewarna makanan yang disertakan pada berbagai jenis makanan jadi adalah jenis pewarna makanan buatan (sintesis). Bahkan diatas telah disebutkan bahwa sekitar 90% industri makanan menggunakan tambahan pewarna makanan sintesis untuk membuat tampilan makanan menjadi lebih menarik. Sayangnya, banyak konsumen yang tidak memperhatikan efek samping yang bisa ditimbulkan oleh pewarna makanan sintesis tersebut. Berikut ini beberapa jenis bahan pewarna makanan sintesis beserta bahaya yang bisa disebabkan oleh pewarna makanan tersebut :
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Bahan pewarna ini biasanya memberikan warna kuning. Biasanya tartrazine digunakan dalam beberapa jenis makanan dan obat-obatan. Tartrazine dapat berakibat pada hiperaktivitas pada anak. Selain itu, bahan pewarna makanan ini dapat menimbulkan dampak secara langsung seperti ruam pada kulit, asma, hidung meler, kulit lebam, dan anafilaksis sistemik. Biasanya dampak seperti itu akan lebih beresiko terhadap penderita asma dan orang-orang yang sensitif terhadap aspirin.
Artikel terkait : Makanan Sehat untuk Kulit dan Tubuh
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow biasanya ditambahkan pada es krim, jus, ikan kaleng, jelly, keju, dan minuman bersoda. Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan oleh pewarna makanan ini adalah urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah. Studi juga telah membuktikan bahwa asupan pewarna makanan jenis ini dapat meningkatkan resiko terkena kanker dan kerusakan kromosom.
3. Ponceau 4R
Beberapa jenis makanan yang sering mengandung pewarna ini adalah selai, kue, agar-agar, dan minuman ringan. Ponceau 4R bisa menyebabkan hiperaktivitas pada anak-anak. Selain itu, pewarna ini juga bersifat karsinogenik sehingga memicu penyakit kanker. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Finlandia, dan Norwegia telah melarang penggunaan jenis pewarna makanan ini.
4. Allura Red (E129)
Jenis pewarna makanan ini akan memberikan warna merah pada makanan. Biasanya pewarna makanan ini digunakan pada permen dan minuman ringan. Di beberapa negara seperti Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia penggunaan allura red telah dilarang karena menimbulkan efek samping yang berbahaya seperti ruam dan gatal-gatal pada kulit. ( baca : Obat Gatal Pada Kulit )
5. Quinoline Yellow (E104)
Jenis pewarna quinoline yellow sering digunakan dalam es krim dan beberapa produk minuman berenergi ( baca : Efek Bahaya Minuman Energi yang Mematikan ). Di beberapa negara seperti Jepang dan Amerika Serikat penggunaan jenis pewarna ini sudah dilarang karena dapat menimbulkan hiperaktifitas dan meningkatkan serangan asma.
Itulah beberapa bahaya zat pewarna makanan berdasarkan jenisnya yang bisa menyebabkan berbagai dampak negatif. Untuk itu, mulai sekarang Anda wajib membaca bahan pembuat pada produk makanan yang Anda konsumsi. Jika makanan yang Anda beli ternyata mengandung berbagai jenis pewarna di atas maka usahakan untuk mengganti dengan jenis makanan lain yang mengandung pewarna makanan yang tergolong tidak berbahaya. Beberapa jenis pewarna makanan yang sering kita jumpai dalam produk-produk makanan adalah tartrazin, kuning kuinolin, kuning FCF, karmoisin, ponceau, eritrosin, merah allura, indigotin, biru berlian FCF, hijau FCF, dan cokelat HT. Beberapa jenis pewarna makanan tersebut memang diizinkan untuk dikonsumsi, hanya saja harus dibatasi karena masih sangat mungkin menimbulkan berbagai efek samping.
Jika Anda hendak menggunakan bahan pewarna makanan, maka usahakan gunakanlah pewarna makanan yang alami seperti kunyit, daun suji, dan sebagainya. Jika tidak, Anda bisa melihat pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, bahwa daftar pewarna alami yang diperbolehkan adalah kurkumin, riboflavin, karmin dan ekstrak cochineal, klorofil, karamel, karbon tanaman, beta-karoten, ekstrak anato, karotenoid, merah bit, antosianin, dan titanium dioksida.
Baca juga :