Cara mengatasi cerebral palsy spina bifida tampaknya bisa dilakukan melalui beberapa upaya. Namun tindakan tersebut sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah yang benar dan mengikuti anjuran atau saran dari dokter. Berikut ini kami berikan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kasus cerebral palsy spina bifida dan juga meringankan beberapa gejala yang bisa saja terjadi sebagai akibat dari adanya spina bifida tersebut.
1. Mengonsumsi obat sesuai dengan resep dari dokter
Kelainan cerebral palsy spina bifida dapat diredakan gejalanya salah satunya adalah dengan cara mengonsumsi beberapa jenis obat yang telah diberikan oleh dokter. Ada beberapa jenis obat-obatan yang akan diberikan oleh dokter kepada penderita kelainan spina bifida. Diantaranya adalah obat berjenis relaksan otot. Obat relaksan otot ini umumnya berguna untuk membantu pasien dalam mengobati gangguan cerebral palsy.
Obat relaksan otot tentunya dapat membuat otot menjadi lebih lemas sehingga otot makin bisa digerakkan secara lebih leluasa. Dengan kata lain obat ini dapat digunakan untuk mengatasi gejala otot tegang dan kaku yang sering kali dialami oleh penderita spina bifida. Obat jenis relaksan otot juga bahkan bisa digunakan untuk mengatasi gejala kejang yang sering kali dialami oleh penderita cerebral palsy.
Konsumsi obat relaksan otot sudah seharusnya dilakukan di bawah pengawasan dokter atau tim medis agar sesuai dengan resep dokter. Dengan begitu maka konsumsi obat tidak akan sampai melebihi dosis yang dianjurkan. Pemakaian obat yang sesuai dengan ketentuan dari dokter akan menghindarkan pasien spina bifida dari efek samping berbahaya yang kemungkinan saja bisa ditimbulkan oleh obat.
2. Menjalani terapi fisik dengan rutin dan di bawah pengawasan terapis
Terapi fisik umumnya menjadi pilihan utama bagi pasien penderita penyebab cerebral palsy spina bifida sebagai upaya untuk mengatasi gejala yang dideritanya. Terapi jenis ini umumnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak penderita cerebral palsy. Pasien yang menjalani terapi fisik tentunya diharapkan agar dapat semakin mengkoordinasi gerakan tubuhnya.
Selain itu dengan menjalani terapi fisik maka pasien juga diharapkan agar dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga tubuhnya menjadi lebih kuat. Dengan begitu maka pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan lebih baik. Namun terapi fisik seharusnya dilakukan secara rutin dan sesuai dengan anjuran dari terapis agar pasien bisa memiliki otot yang semakin lentur.
Bila kondisi otot semakin lentur maka pasien dapat menggerakkan otot-ototnya dengan lebih leluasa. Terapi fisik dapat dilakukan salah satunya adalah dengan cara melakukan olahraga serta pemanasan baik dengan menggunakan alat ataupun tidak. Bila terapi fisik dilakukan secara rutin akan membuat penderita spina bifida dapat meningkatkan responnya terhadap beberapa kondisi dari lingkungan seperti misalnya merespon rasa panas dan dingin sekaligus merespon suara yang kencang.
3. Menjalani terapi wicara dengan rutin dan di bawah pengawasan terapis
Jenis terapi yang dapat dijalani oleh pasien spina bifida selain terapi fisik adalah terapi wicara. Terapi wicara juga dianjurkan untuk dijalani oleh penderita ciri-ciri cerebral palsy spina bifida. Terapi jenis wicara ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pasien dalam berbicara dan berbahasa sehingga ia dapat berkomunikasi dengan jelas dan menggunakan tata bahasa yang benar. [AdSense-B]
Jika penderita spina bifida dapat berbicara dan berbahasa dengan orang lain secara lebih lancar maka arus komunikasi pun akan berjalan lancar pula. Kondisi ini akan mendukung penderita spina bifida untuk menceburkan dirinya ke dalam lingkup sosial sehingga ia dapat berbaur dengan banyak orang dan tidak merasa minder dengan kondisinya. Sedangkan untuk kasus penderita cerebral palsy spina bifida yang benar-benar tidak dapat berbicara akan tetap dianjurkan untuk mengikuti terapi wicara.
Melalui terapi ini maka pasien spina bifida akan dilatih untuk berkomunikasi dengan menggunakan beberapa media atau alat yang akan mempermudah proses pelatihan. Misalnya saja dengan menggunakan alat berupa media gambar dan komputer hingga menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Melalui terapi wicara ini maka penderita spina bifida terutama untuk golongan anak-anak dapat mengembangkan kemampuan komunikasinya dalam berbahasa dan berkomunikasi dengan baik dan benar.
4. Menjalani terapi okupasi dengan rutin dan di bawah pengawasan terapis
Selain terapi fisik dan terapi wicara ternyata masih ada pula jenis terapi lainnya yang juga bisa menjadi pertimbangan bagi para penderita kasus cerebral palsy spina bifida. tentunya terapi tersebut juga berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien penderita spina bifida. Sebut saja terapi okupasi yang juga dianjurkan untuk dijalani oleh para penderita kelainan spina bifida.
Terapi okupasi sebenarnya merupakan suatu jenis terapi pendukung yang dapat dijalani oleh pasien dengan tujuan agar penderita cerebral palsy dapat terbantu dalam meningkatkan kemampuannya. Pasien penderita spina bifida yang menjalani terapi jenis ini diharapkan agar dapat menjalani kehidupannya dengan normal dan pada akhirnya dapat membaurkan dirinya di lingkungan sosial. Dalam terapi okupasi ini tentunya penderita spina bifida akan dilatih untuk melakukan kegiatan sehari-harinya dengan baik dan cara yang benar.
Misalnya saja aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, serta berpakaian. Terapi wicara pada dasarnya bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemandirian pasien agar tidak lagi bergantung pada orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Dengan menjalani terapi jenis ini maka pasien spina bifida lambat laun akan terbiasa untuk menjalankan aktivitas sehari-harinya tanpa bantuan dari orang lain di sekitarnya. [AdSense-C]
5. Menjalani tindakan bedah sesuai dengan anjuran dari dokter
Tindakan bedah sering kali juga disebut dengan istilah operasi. Tindakan operasi ini akan menjadi pertimbangan yang akan dipilih oleh dokter untuk dilakukan kepada pasien penderita kelainan cerebral palsy spina bifida dengan tingkat keparahan yang cukup serius atau berat. Prosedur bedah ini sering kali memang menjadi pilihan yang diambil untuk mengatasi rasa sakit yang umumnya dirasakan oleh kebanyakan pasien penderita spina bifida.
Metode bedah juga umumnya dapat berguna untuk membantu mengendurkan otot yang awalnya mengalami ketegangan sehingga otot otot pasien tidak akan terasa kaku lagi. Dengan begitu maka pasien dapat melakukan gerakan dengan lebih leluasa dan tidak terasa sakit atau nyeri lagi. Tindakan bedah yang meliputi bedah ortopedi ini umumnya disarankan oleh dokter untuk dilakukan pada pasien terutama bila pasien akibat kerusakan saraf tepi tersebut mengalami cacat berat dan ototnya mengalami kekakuan dengan tingkat keparahan yang cukup tinggi terutama pada bagian sendi dan tulangnya.
Jadi dalam kasus ini posisi yang kurang sempurna pada tubuh pasien dapat diperbaiki bentuknya hingga bisa menjadi lebih baik sehingga pasien bisa bergerak dengan sempurna.
Cara mengatasi cerebral palsy spina bifida seperti yang telah dijabarkan di atas tentunya akan memberikan hasil secara maksimal bila dilakukan secara rutin. Upaya untuk mengatasi jenis kelainan tersebut juga sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan dokter atau tim medis.