Category: Timoma
Timoma merupakan sebuah bentuk tumor yang asalnya diketahui dari sel epitel thymus dan jenis tumor ini terjadi pada kasus yang sangat langka, namun diketahui ada hubungannya dengan kelainan neuromuskular. Kelainan neuromuskular yang kita kenal ada kaitan dengan timoma ini dapat disebut dengan istilah myasthenia gravis. Ada kurang lebih 15 persen penderita myasthenia gravis yang berisiko memiliki timoma.
Diketahui pula bahwa timoma merupakan jenis paling umum neuroplasma yang mampu berpengaruh terhadap mediastinum anterior. Timoma juga dikenal sebagai bentuk neoplasma paling umum dengan menyumbang 20-25 persen dari seluruh tumor jenis mediastinum serta 50 persen dari seluruh massa mediastinum anterior. Walau tergolong langka, penting untuk kita kenali lebih jauh akan kondisi ini.
Penyebab
Timus di dalam tubuh manusia digambarkan sebagai organ limfoid di mana letaknya ada pada mediastinum anterior dan memiliki tanggung jawab dalam pengembangan sekaligus pematangan fungsi imunologi sel secara menyeluruh di masa awal. Sel epitel dan limfosit merupakan dua hal yang mendirikan timus.
Sel prekursor melakukan migrasi ke timus yang lalu dilanjutkan dengan proses diferensiasis menjadi limfosit yang mana mayoritas dari limfosit ini akan mengalami kehancurkan. Sisa sel-sel yang ada akan melakukan migrasi ke jaringan lalu menjadi limfosit T. Saat sel epitel yang menjadi pembentuk jaringan organ timus menjadi ganas, timoma pun berpeluang untuk berkembang.
Perkembangan limfoma terjadi ketika limfosit dengan jenis sel lain hadir dalam timus lalu berubah menjadi kanker. Faktor penyebabnya belum diketahui pasti bagaimana bisa menjadi penyebab timoma berkembang namun myasthenia gravislah yang kerap dikaitkan dan memicu timbulnya tanda seperti kelemahan otot. Pada umumnya, timoma terdiagnosa ketika dokter melakukan pemeriksaan untuk penyakit lain, terutama saat proses rontgen dada.
Stadium Timoma
Seperti halnya kanker di mana terdapat stadium I-IV yang menandakan tingkat keparahan kondisi kanker dan tingkat penyebarannya, dalam kasus timoma pun juga ada dan kita perlu mengenali tahapannya dengan baik.
- Tahap I – Pada stadium atau tahap ini, kanker dienkapsulasi secara total dan biasanya dijumpai hanya pada timus, yakni di bagian dalamnya. Jadi, seluruh sel kanker ada di dalam kapsul di sekeliling timus.
- Tahap II – Pada stadium atau tahap ini, kanker diketahui sudah bermetastasis lewat kapsul, lalu berada di dalam lemak yang ada di sekitar timus atau juga pada lapisan rongga dada. Namun di tahap ini, penyebaran belum sampai ke organ paling dekat sekalipun serta kelenjar getah bening.
- Tahap III – Pada stadium ini, penyebaran kanker sudah sampai di organ paling dekat dada seperti halnya kantung sekitar jantung, paru-paru, hingga pembuluh darah besar yang berperan sebagai pembawa darah menuju jantung.
- Tahap IV – Ada stadium IVA dan IVB di mana IVA adalah tahap di mana penyebaran kanker sudah cukup meluas hingga ke lapisan paru-paru serta lapisan jantung, sedangkan pada stadium IVB justru diketahui kanker sudah bermetastasis lewat darah serta sistem limfatik menuju organ lainnya. Dalam hal ini, hati adalah organ yang bisa terkena.
Gejala
Sejumlah gejala dapat terjadi seperti halnya kondisi gangguan kesehatan secara umum yang menunjukkan adanya ciri atau tanda-tanda tertentu. Pasien timoma sendiri ada kemungkinan merasakan gejala khusus namun kasus juga berpotensi asimtomatik. Saat X-ray dada biasa, cara ini kemungkinan bisa mendeteksi kanker, bahkan sewaktu seseorang tak mengalami gejala. Berikut ini adalah sejumlah gejala paling umum yang perlu kita ketahui dan waspadai bersama.
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Batuk terus-menerus
- Penglihatan ganda
- Sulit menelan
- Sering infeksi
- Sesak nafas
[AdSense-B]
- Kelemahan otot
- Kelopak mata menurun atau mengendur
- Pembengkakan di wajah atau lengan
- Suara berubah serak
- Leher bengkak (kemungkinan disebabkan oleh tumor yang memberikan tekanan terutama di bagian pembuluh darah dada).
- Dada mengalami tekanan atau rasa sakit
- Anemia
Ketika gangguan sistem autoimun memengaruhi seseorang seperti myasthenia gravis, dokter akan berpotensi memiliki kecurigaan terhadap adanya tumor kelenjar timus. Kekebalan tubuh seseorang dapat juga berkurang pada sejumlah orang yang mempunyai kondisi timoma stadium lanjut, karena hal inilah infeksi lebih mudah menyerang.
Diagnosa
Sesudah gejala nampak dan dialami, tentu kita perlu segera ke dokter untuk memeriksakan diri dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Proses diagnosa juga turut membantu supaya kita bisa mengetahui apakah gejala benar-benar merujuk pada kondisi timoma. Berikut adalah sejumlah tes penting untuk ditempuh para penderita gejala timoma.
- CT scan – Penting untuk menempuh pemeriksaan ini demi terselidikinya ukuran sekaligus tingkat atau tahapan tumor. CT scan ini jugalah yang menjadi pemantau dari pengambilan sampel lesi dengan pengumpulan biopsi jarum. Bahkan metode pemindaian ini bisa diandalkan apabila hendak mendeteksi perkembangan pembuluh darah yang meningkat.
- Pemeriksaan histologis – Ahli patologilah yang perlu melakukan metode pemeriksaan satu ini sesudah sampel jaringan massa diambil dan dikumpulkan. Diagnosis penting juga dilakukan melalui prosedur ini untuk klasifikasi tumor perlu dilakukan secara patologis sesudah adanya penanganan tumor formal tumor timus.
Ada beberapa jenis tes laboratorium lainnya yang juga perlu dilakukan untuk mampu mengidentifikasi kondisi dari penderita, yaitu:
[AdSense-A]
- Mediastinoskopi
- Hitung darah penuh
- Enzim hati
- Torakoskopi
- Elektrolit
- Pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik pasien
- Tes fungsi ginjal
- Elektroforesis protein
- Posteroanterior dan radiograf dada lateral
- Pemeriksaan MRI
- Aspirasi jarum halus
Pengobatan
Setelah metode diagnosa dilakukan dan dokter mendapati bahwa benar timomalah yang diderita oleh pasien, barulah dokter bisa menentukan apa solusi perawatan dan pengobatan paling tepat. Tergantung pula dari seberapa parah dan juga stadium penyakit, dokter kemungkinan akan memberikan pilihan perawatan seperti:
- Operasi
Operasi dapat menjadi solusi umum pengangkat seluruh tumor walau memang kemungkinan berhasil lebih besar apabila di dalam kelenjar timus. Pada kasus stadium I, proses operasi akan memampulan pasien untuk lepas dari timoma dan bahkan pasca operasi pun tak perlu lagi ada lebih lanjutnya perawatan. Timektomi kemungkinan akan diperlukan oleh pasien di mana ada keterlibatan proses pembuatan sayatan melalui tulang dada ketika tumor sudah diketahui menyebar.
- Kemoterapi
Terlepas dari efek samping kemoterapi, tindakan medis ini paling banyak dilakukan dengan tujuan melawan sel kanker. Pengobatan ini terkadang penting digunakan apabila tumor sudah mengalami proses metastasis atau operasi maupun radioterapi tak efektif. Kemoterapi tergolong baik dalam mengatasi kanker kelenjar timus dan ada berbagai kombinasi obat kemoterapi selama perawatan sehingga penderita timoma terobati dengan tepat.
- Radioterapi
Pada perawatan dengan metode radioterapi ini, ada pemanfaatan sinar energi tinggi yang menjadi penghancur sel kanker. Namun sebagai risikonya, ada sedikit kerusakan yang bakal ditimbulkan pada sel-sel yang sehat.
Ketika seluruh sel kanker tak mampu dihapus seutuhnya oleh tindakan operasi atau masalah terletak pada ukuran tumor yang terlalu besar, penderita berpotensi diminta untuk menjalani perawatan seperti radioterapi ini. Bahkan radioterapi kemungkinan dianjurkan untuk ditempuh pasca pembedahan supaya kambuhnya kanker dapat dicegah.
- Terapi Hormon
Pengobatan kanker dalam bentuk terapi hormon bertujuan utama memberantas hormon penyebab perkembangan kanker terus berjalan. Obat jenis kortikosteroid adalah bagian dari terapi hormon karena dalam metode perawatan medis ini meliputi penggunaan obat-obatan tertentu. Kortikosteroid diketahui mampu mengobati timoma apabila ada bintik-bintik pada sel kanker. Cara ini diketahui cukup efektif sebagai penghambat aktivitas maupun produksi hormon yang membahayakan tubuh.
Timoma bukanlah suatu kondisi yang patut disepelekan, bahkan setelah perawatan yang dijalani oleh penderita, ada kemungkinan bahwa timoma kembali muncul. Kemoterapi, terapi hormon, operasi tanpa atau dengan terapi radasi, obat-obatan anti kanker, maupun terapi radiasi saja menjadi solusi yang kiranya diberikan oleh dokter ketika timoma kembali menghantui.