Istilah spasmofilia kemungkinan masih terlalu asing bagi Anda karena memang istilah ini juga tak begitu umum di masyarakat kita. Namun sebenarnya, spasmofilia merupakan sebuah kondisi kesehatan yang cukup umum diderita oleh masyarakat Indonesia. Kalangan muda di Indonesia yang usianya masih tergolong produktif, yakni 14-35 tahun sudah cukup banyak yang mengalami atau menderita spasmofilia ini.
Meski demikian, kasus spasmofilia memang masih tergolong lebih jarang daripada kondisi-kondisi penyakit lainnya ditambah juga informasi yang terbatas tentang penyakit ini. Gangguan saraf motorik adalah inti dari spasmofilia di mana hal ini ditandai dengan adanya sensitivitas tak normal terhadap rangsangan mekanik atau elektrik. Supaya dapat mewaspadainya, kenali penyebab, gejala hingga cara menanganinya.
(Baca juga: jenis-jenis penyakit saraf – kesehatan sistem saraf otak)
Penyebab Spasmofilia
Seringkali dokter menyatakan bahwa spasmofilia adalah sebuah gangguan kesehatan yang ada kaitannya erat dengan hipokalsemi. Hipokalsemi merupakan sebuah kondisi di mana di dalam tubuh kita terjadi penurunan kadar kalsium dalam darah. Kekurangan kalsium jelas adalah penyebab utamanya dan penyebabnya adalah karena asupan mineral kalsium yang masuk ke dalam tubuh terlalu rendah.
Tak hanya itu, beberapa faktor turut mendukung terjadinya hipokalsemi yang disebut-sebut memiliki hubungan dengan spasmofilia, yaitu antara lain:
(Baca juga: gejala bell palsy – pengaruh alkohol terhadap sistem saraf manusia)
Gejala Spasmofilia
Setelah menilik beberapa penyebab maupun peningkat risiko spasmofilia, maka penting juga untuk mengetahui segala kemungkinan gejala yang dapat terjadi pada seseorang ketika spasmofilia menyerang. Pada kebanyakan kasus spasmofilia, penderitanya mengalami tak hanya gejala psikis, tapi juga merasakan adanya ketidaknyamanan pada fisik. Berikut ini adalah serangkaian gejala yang secara umum terjadi pada penderita spasmofilia berdasarkan pada organ tubuh yang terkena.
Secara umum, gejala yang dirasakan oleh setiap penderita spasmofilia rata-rata adalah kedutan otot, terutama di bagian kaki maupun tangan. Penderita juga tak jarang mengalami kram otot, khususnya di bagian leher, punggung dan lambung, serta kekakuan otot.
Jika gejala fisik telah dibahas, lalu bagaimana dengan gejala psikis yang dapat terjadi? Pada umumnya, rasa cemas berlebihan, serangan panik serta depresi adalah gejala psikis yang paling mudah terlihat pada seorang penderita spasmofilia. Dengan begitu, penderita akan mudah memiliki emosi yang tak stabil.
Penderita spasmofilia cenderung mudah mempunyai prasangka buruk terhadap seseorang ataupun suatu hal. Penderita akan sangat gampang merasa takut secara berlebihan terhadap sesuatu yang belum terjadi di masa depan. Ketakutan ini akan menjadi hal yang terus menghantui penderita karena pikiran mereka adalah apa yang mereka takutkan bakal sungguh terjadi.
Sebagai akibat dari ketakutan dan kecemasan berlebih, banyak dari penderita spasmofilia yang kemudian mengalami tidur gelisah, mimpi buruk atau bahkan susah tidur alias insomnia. Stres ringan saja terkadang mampu membuat kita sulit untuk terlelap, jadi tentunya ketakutan berlebih bakal memicu juga gangguan tidur yang kemungkinan juga parah.
(Baca juga: cara mengobati tangan gemetar – penyebab neuralgia trigeminal)
Metode Diagnosa Spasmofilia
Mungkin kekakuan dan kejang otot Anda pikir adalah hal yang biasa karena tubuh yang terlalu lelah setelah beberapa hari padat akan kegiatan. Namun bila gejala-gejala yang muncul cukup mencurigakan, sebaiknya Anda mulai berpikir untuk datang ke dokter dan menempuh sejumlah langkah pemeriksaan. Hasil diagnosanya nanti akan membantu Anda mengetahui pasti apakah memang gejala tersebut adalah spasmofilia.
Pengobatan Spasmofilia
Setelah menempuh jalur pemeriksaan, lalu apakah bila seorang pasien dinyatakan positif menderita spasmofilia ia bisa sembuh? Sayangnya, kelainan ini tak seperti infeksi di mana kita bisa dengan mudah menghilangkan penyebabnya secara langsung. Namun kabar baiknya, spasmofilia bisa dikendalikan dan diketahui pula bahwa banyak orang yang hasil tes EMG menunjukkan pos 3 pun seumur hidupnya justru tak mengalami serangan spasmofilia.
Ketika kedua tangan mengalami kram dan kaku dan bahkan jari tangan sudah menguncup ditambah pula dengan kondisi nafas pendek, maka inilah yang dinamakan dengan serangan spasmofilia. Untuk serangan seperti ini, tak perlu panik. Anda bisa mengatasinya cukup dengan mengatur nafas, tetap berpikir positif dan tenang.
Pada umumnya, penderita spasmofilia biasa dirawat melalui rawat jalan, meski memang ada pula yang dirawat inap. Pemberian obat dengan kandungan magsesium dan kalsium pun juga kerap dilaukan oleh dokter karena ada hubungannya dengan kondisi tubuh yang kekurangan 2 jenis mineral penting tersebut.
Obat penenang juga merupakan jenis obat lainnya yang diberikan bagi pasien penderita spasmofilia. Tapi bukan sekadar tindakan medis tersebut yang diberikan, dokter juga pastinya menganjurkan bagi pasien untuk berdiet tinggi kalsium agar mampu mengembalikan kadarnya yang rendah menjadi normal kembali.
Makanan-makanan yang mengandung kalsium seperti ikan, sayur, buah, telur dan susu akan sangat membantu pemulihan kondisi penderita spasmofilia. Tak hanya itu, rajin berolahraga juga membantu mengobati spasmofilia secara alami, tapi pastikan bahwa Anda tahu batasnya dan mewaspadai bahaya olahraga yang berlebihan. Fisioterapi juga bisa turut menyertai pengobatan pasien supaya hasil kesembuhan lebih maksimal.
(Baca juga: makanan dan minuman yang berbahaya untuk otak – pembuluh darah pecah di otak)
Itulah sedikit informasi tentang spasmofilia, mulai dari penyebab hingga cara mengobatinya. Ada baiknya untuk melakukan konsultasi dan diskusi lebih dalam bersama dokter yang menangani Anda. Hal tersebut adalah upaya agar dokter bisa benar-benar tepat dalam menangani masalah gejala yang dicurigai sebagai gejala spasmofilia.