Malnutrisi

18 Penyebab Gizi Buruk pada Anak dan Orang Dewasa

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Gizi buruk atau malnutrisi bukan masalah sepele karena kondisi ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan putera-puteri penerus bangsa ini. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia pun masih memiliki sejumlah penduduk yang tak memiliki ketersediaan makanan yang cukup. Karena hal tersebutlah, otomatis anak-anak yang seharusnya dapat berkembang normal bisa menjadi terhambat tumbuh kembangnya.

Gizi yang buruk pada bayi, anak dan orang dewasa merupakan sebuah keadaan yang sangat memprihatinkan karena tidak tercukupinya zat gisi makanan yang masuk ke dalam tubuh. Terjadinya gangguan gizi selalu ada penyebabnya dan untuk mengatasi masalah ini, tentu penting untuk mengenali penyebab gizi buruk pada anak lebih dulu.

(Baca juga: gizi buruk pada anak dan orang dewasa)

1. Pengetahuan yang Kurang tentang Gizi Makanan

Masih ada orang-orang yang memiliki pengetahuan kurang akan nutrisi dan gizi makanan. Tak usah pada keluarga menengah ke bawah, keluarga yang notabene berpenghasilan cukup atau lebih pun masih banyak yang menghidangkan makanan sekenanya dan seadanya. Hal inilah yang kemudian bisa menjadi penyebab gangguan gizi pada anak.

Dengan demikian, gangguan gizi sebenarnya tak hanya rentan terjadi pada orang-orang yang dari keluarga menengah ke bawah saja. Keluarga dengan penghasilan tinggi dan baik pun bisa saja mengalami gizi buruk. Itulah mengapa setiap keluarga terlepas dari kondisi ekonominya perlu mengetahui pentingnya gizi makanan, terutama yang diberikan kepada anak.

2. Faktor Ekonomi Rendah

Terbatasnya penghasilan dalam sebuah keluarga menjadi salah satu juga penyebab gizi buruk pada anak. Tentu saja hidangan makanan yang disajikan untuk keluarga tergantung dari seberapa tinggi atau banyak penghasilan keluarga tersebut. Kualitas makanan dan jumlahnya akan ditentukan dari pendapatan yang masuk.

Meski demikian, keluarga berada pun belum tentu mampu memenuhi asupan gizi makanan yang benar-benar baik. Jangan beranggapan juga bahwa makanan dengan syarat gizi penuh hanya bisa dilakukan oleh lingkungan keluarga yang pendapatannya cukup atau lebih. Hanya saja, memang keluarga yang berpendapatan rendah akan berisiko lebih besar untuk mengalami gizi buruk karena uang tidak cukup untuk membeli makanan bernutrisi.

(Baca juga: penyakit akibat kekurangan karbohidrat)

3. Faktor Sanitasi

Gizi buruk bukan hanya disebabkan oleh masalah ekonomi yang rendah saja, tapi lingkungan rumah dengan sanitasi buruk juga sangat berpengaruh. Ketika rumah saja tak menjadi tempat dengan sanitasi yang baik dan terjaga, maka hal ini sangat bisa berimbas pada kesehatan anak-anak.

Mengapa anak-anak? Ini karena anak-anak dalam masa tumbuh kembangnya masih memiliki daya tahan tubuh yang tergolong rendah. Itulah kenapa anak sangat mudah sakit dan ketika sanitasi di lingkungan rumah kurang baik, otomatis anak-anak adalah target empuknya. Sanitasi buruk juga mampu menjadi pencemar sejumlah bahan makanan yang Anda akan olah sehingga akhirnya berdampak negatif bagi kesehatan.

4. Ketersediaan Makanan yang Kurang

Kita yang hidup di kota pasti merasa sangat puas karena bisa memperoleh bahan makanan apa saja secara mudah karena selain ada pasar tradisional, tersedia juga supermarket di mana-mana. Namun, bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil dan jauh dari mana-mana hal ini menjadi suatu hal yang memicu kurangnya ketersediaan makanan.

Kurangnya ketersediaan makanan sangatlah umum terjadi khususnya di golongan keluarga dengan pendapatan yang rendah. Biasanya, gizi buruk jauh lebih berisiko terhadap anak-anak dari keluarga yang juga merupakan tuna wisma. Ini merupakan contoh kasus atau penyebab yang banyak terjadi di negara-negara berkembang.

(Baca juga: akibat kekurangan gizi)

5. Kesulitan Menelan

Penyebab gizi buruk bukan hanya faktor tempat tinggal atau pendapatan sebuah keluarga saja. Nyatanya, anak-anak atau orang dewasa sekalipun bisa saja mengalami gizi buruk apabila mempunyai riwayat disfagia. Disfagia ini merupakan sebuah kondisi di mana seseorang memiliki kesulitan dalam menelan sehingga akan cenderung makan sedikit.

Ketika seseorang memiliki disfagia, otomatis menjadi sulit menelan dan memperbesar risiko kekurangan gizi. Penyebab utamanya diperkirakan adalah penyumbatan yang terjadi di bagian tenggorokan. Terkadang luka pada mulut atau tenggorokan bisa menjadi pemicu dari disfagia ini di mana kalau terlalu lama diabaikan bisa menurunkan asupan makanan sehingga gizi yang baik menjadi tidak mampu terpenuhi.

6. Hilang Nafsu Makan

Ada berbagai penyebab juga mengapa seseorang menjadi tidak nafsu makan secara terus-menerus. Kehilangan nafsu makan dalam jangka panjang bisa berakibat fatal bagi tubuh di mana tubuh jelas akan kekurangan nutrisi. Kalau sudah mencoba cara meningkatkan nafsu makan saja masih tidak mempan, Anda perlu mempertanyakan kondisi ini. Biasanya ada beberapa penyebab umum akan seseorang yang mengalami penurunan selera makan, yaitu antara lain:

Kehilangan nafsu makan secara tiba-tiba bisa terjadi akibat adanya kondisi penyakit tertentu di dalam tubuh. Sebelum mengalami gangguan gizi buruk, maka Anda bisa mencoba untuk memeriksakan diri supaya jelas apa permasalahannya.

(Baca juga: penyakit akibat kekurangan protein)

7. Lahir Prematur

Pada bayi yang lahir prematur, ini juga menjadi masalah yang cukup serius pada beberapa kasus. Kondisi kelahiran prematur pada seorang bayi mampu menaikkan risiko gizi buruk lebih tinggi dan itulah mengapa para ibu hamil diharapkan benar-benar menjaga nutrisi selama kehamilan.

8. Perilaku Orang Tua

Orang tua kebanyakan menganggap bahwa diri mereka serba tahu, termasuk tentang asupan gizi anak-anak mereka yang paling tepat. Sebetulnya, para orang tua pun masih perlu juga mendapatkan bimbingan atau bantuan pengetahuan dari para ahli gizi atau ahli medis supaya mencegah timbulnya masalah kesehatan gizi.

Beberapa orang tua melakukan kesalahan dengan malas datang ke posyandu yang padahal merupakan langkah penting bagi anak-anak mereka. Terkadang kemalasan tersebut disebabkan oleh rasa takut dimarahi atau diceramahi oleh dokter tentang gizi. Pola pikir orang tua mampu menjadikan anak berada dalam kondisi gizi buruk dengan mudah karena mengabaikan hal sepenting itu.

(Baca juga: bahaya kekurangan kalsium)

9. Penyalahgunaan Obat dan Alkohol

Obat dan alkohol yang disalahgunakan juga mampu menjadikan seseorang mengalami kondisi gizi buruk, terutama anak-anak remaja hingga orang tua. Ketika seseorang mengalami penyalahgunaan obat maupun alkohol hingga kecanduan kronis, maka tak heran kalau akhirnya mereka pun menjadi kurang gizi. Asupan obat dan alkohol menjadi yang paling dominan di dalam tubuh penderita.

10. Tidak Terencananya Jarak Kelahiran

Gangguan gizi yang buruk memang rata-rata terjadi pada anak-anak meski tak menutup kemungkinan bisa terjadi pada orang dewasa juga. Ini semua bisa jadi karena kehamilan kedua terjadi ketika anak pertama atau anak lainnya masih sangat kecil-kecil sehingga asupan gizi setiap anak tak diperhatikan.

Kesempatan dalam memerhatikan asupan nutrisi di kala hamil dan menyusui pun bisa saja menjadi hal yang disepelekan atau bahkan diabaikan. Itulah mengapa sangat penting dalam mengatur jarak kehamilan agar seorang ibu mampu memerhatikan asupan gizi setiap anak maupun dirinya sendiri serta janinnya.

(Baca juga: menu sehat untuk anak kurang gizi)

11. Menggemari Makanan Tertentu secara Berlebihan

Menyukai makanan tertentu memang sah-sah saja, tapi kalau menggemarinya sampai berlebihan, hal ini akan berdampak negatif. Faddisme adalah istilah bagi kesukaan terhadap jenis makanan tertentu secara berlebihan sehingga akhirnya mengakibatkan makanan harian kurang bervariasi. Dari hal ini, akhirnya seluruh zat gizi yang sebenarnya tubuh perlukan menjadi tidak lengkap terpenuhi.

12. Pantang Makanan

Pantang untuk mengonsusmsi makanan tertentu rupanya masih ada juga yang melakukannya, yakni biasanya orang-orang yang tinggal di pedesaan. Di pedesaan, seorang wanita hamil bisa saja menghindari makanan tertentu karena tradisi pantangan padahal bukan atas larangan dokter. Inilah yang bisa merugikan sang ibu berikut juga pertumbuhan janin.

Jika ada larangan bagi si anak untuk makan ikan, daging tertentu maupun telur hanya karena adanya kebiasaan dengan tak berdasar, ini perlu diperbaiki. Anak memerlukan makanan-makanan yang sudah jelas sehat dan bergizi tinggi untuk memaksimalkan pertumbuhan fisik dan mentalnya. Tradisi warisan dokmatis turun-temurun mampu menjadi hal yang merugikan bagi sang anak jika sudah besar nanti.

13. Prasangka Tak Baik pada Suatu Makanan

Sebetulnya ada begitu banyak bahan makanan yang mengandung nutrisi tinggi, tapi masih ada orang-orang yang tak memanfaatkannya dengan baik karena adanya prasangka buruk. Ada sejumlah orang yang sebenarnya bisa mendapatkan bahan makanan tertentu tersebut tapi karena menganggap bahwa makanan tersebut bisa menurunkan derajat keluarga, akhirnya tidak pernah mengonsumsinya. Prasangka buruk pada bahan makanan tersebut mampu menyebabkan gizi buruk.

(Baca juga: cara mengatasi kekurangan gizi – kebutuhan nutrisi manusia berdasarkan akg resmi)

Itulah serangkaian penyebab gizi buruk secara umum yang bisa saja terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Berbagai faktor ini perlu diperhatikan dan diatasi agar tidak menjadi dampak buruk bagi kesehatan anak dan juga para orang dewasa.