Imunisasi campak merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah munculnya campak pada seseorang. Vaksin campak yang digunakan dalam imunisasi campak merupakan sebuah vaksin yang sangat efektif untuk mencegah campak. Setelah satu dosis 85% dari anak usia 9 bulan dan 95% dari usia 12 bulan mengalami imunitas. Hampir semuanya yang tidak mengembangkan imunitas setelah dosis pertama diberikan akan mengembangkannya setelah dosis kedua. Tingkat vaksinasi pada populasi lebih besar dari 93% akan membuat campak tidak terjadi, namun campak akan muncul lagi jika vaksinasi berkurang. Masih belum jelas apakah vaksin campak tersebut bekerja kurang efektif seiring berjalannya waktu. Vaksin juga akan melindungi dan melawan penyakit campak jika diberikan beberapa hari setelah terserang.
Vaksin tersebut aman termasuk pada orang yang terinfeksi virus HIV. Efek sampingnya biasanya sedikit dan sebentar. Ini mungkin akan termasuk rasa sakit pada tempat yang disuntik atau demam sedang. Anaphylaxis telah terdokumentasi sekitar satu dari seratus ribu orang. Tingkat Guillain-Barre syndrome, autisme, dan inflammatory bowel disease tidak tampak meningkat.
Artikel terkait :
Vaksin campak ada untuk campak sendiri dan ada yang kombinasi dengan vaksin untuk penyakit lainnya. Vaksin kombinasi berupa gabungan antara vaksin campak, rubella dan vaksin gondong yang dikenal dengan vaksin MMR yang pertama kali dirilis pada 1971. Ada lagi tambahannya yaitu vaksin varicella yang diperuntukkan untuk chickenpox, sehingga disebut vaksin MMRV yang dikenalkan pada tahun 2005. Vaksin tersebut bekerja sama baiknya dalam semua formulasi. Badan Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan untuk memberikannya pada usia 9 bulan di area atau negara yang penyakit ini umum terjadi. Di area penyakit ini tidak biasa muncul maka pemberian bisa dilakukan pada usia 12 bulan. Vaksin tersebut berupa virus campak hidup yang dilemahkan.
Baca juga : Virus Rubella
Vaksin berupa bubuk dikeringkan yang perlu dicampur dengan cairan tertentu sebelum diberikan melalui kulit atau otot. Verifikasi bahwa vaksin tersebut sudah efektif dapat diketahui melalui tes darah. Sekitar 85% anak di seluruh dunia menerima vaksin ini pada tahun 2013. Pada tahun 2008, setidaknya ada 192 negara yang memberikan dua dosis. Ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1963. Ini ada di WHO Model List of Essential Medicines, yaitu medikasi paling penting yang dibutuhkan dalam sistem kesehatan dasar manusia. Vaksin campak sendiri tidak terlalu mahal dengan biaya sekitar 0.70 dollar Amerika per dosis seperti data pada tahun 2014.
Sebelum vaksin campak diperkenalkan ke seluruh dunia, kasus campak yang terjadi sangat tinggi sehingga seperti tamu tak diundang yang dapat menyebabkan kematian. Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa campak turun dari ratusan ribu menjadi puluhan ribu per tahun semenjak dikenalkannya vaksin tersebut pada tahun 1962. Peningkatan signifikan terjadi pada 1971 dan 1977 sehingga membuat kasus turun menjadi ribuan kasus per tahun pada tahun 1980-an. Sebuah wabah terjadi dengan 30.000 kasus pada tahun 1990 sehingga vaksin dengan dua dosis kemudian didorong untuk dilakukan. Kurang dari 200 kasus dilaporkan setiap tahun dari tahun 1997 ke tahun 2013, dan penyakit ini dipercaya tidak lagi endemik di Amerika Serikat. Pada tahun 2014, 610 kasus dilaporkan. Secara kasar, 30 kasus didiagnosa pada Januari 2015 yang terjadi di dekat Anaheim, California pada akhir Desember 2014.
Manfaat dari vaksinasi campak yaitu mencegah penyakit, kecacatan, dan kematian yang sebelumnya terjadi karena penyakit campak. Pada 20 tahun pertama dikenalkannya vaksin campak di Amerika Serikat diperkirakan dapat mencegah 52 juta kasus penyakit tersebut, 17.400 kasus kemunduran mental
( baca : Faktor Penyebab Lemah Mental ), dan 5.200 kematian. Dalam jangka waktu 1999 sampai dengan 2004, sebuah strategi dipimpin oleh World Health Organization dan UNICEF untuk memimpin pengembangan vaksin campak yang dapat mencegah kematian 1,4 juta orang karena campak di seluruh dunia.
Vaksin campak sendiri sudah dapat mengeliminasi penyakit campak di Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Pencegahan kematian dan efektivitasnya sudah cukup tercapai dengan virus hidup dalam vaksin tersebut. Walaupun terdapat efek samping namun tidak begitu membahayakan karena hanya berupa demam ringan dan hal lain yang dampaknya tidak sekeras campak itu sendiri.
Campak sendiri merupakan penyakit yang umum terjadi di seluruh dunia. Meskipun ini dideklarasikan tereliminasi dari Amerika, tingkat vaksin yang tinggi masih diperlukan untuk mencegah penyakit ini di berbagai negara. Di Amerika sendiri ternyata juga tidak sepenuhnya bersih. Pada tahun 2005, ditemukan sedikitnya 66 kasus. Mereka yang terjangkit ternyata ada yang tak menerima vaksin dan mengunjungi Romania saat tertular campak. Orang tersebut kemudian kembali dengan banyak anak yang tak tervaksin. Mereka kemudian sebagian dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.
Vaksin hidup tidak memiliki efek spesifik seperti mencegah infeksi pernapasan yang mungkin lebih besar dari pencegahan campak. Manfaat tersebut akan lebih besar terasa saat digunakan sebelum usia satu tahun. Hasil yang buruk dihasilkan oleh vaksin titre pada perempuan dan kemudian tidak direkomendasikan oleh WHO. Campak dapat menyebabkan penyakit pernapasan atas yang dapat memicu komplikasi, pneumonia dan bronkitis, vaksin campak bermanfaat untuk mengurangi pembusukan COPD atau chronic obstructive pulmonary disease dan asma.
Artikel terkait :
WHO merekomendasikan dua dosis vaksin untuk semua anak-anak. Di negara-negara dengan risiko tinggi penyakit ini, vaksin harus diberikan pada anak usia 9 bulan. Selain itu di negara yang berisiko rendah dapat diberikan pada usia 12 bulan. Vaksin kedua dapat diberikan setidaknya satu bulan setelah dosis pertama. Ini biasanya dilakukan pada usia 15 sampai dengan 18 bulan. Di Amerika, CDC merekomendasikan anak berusia 6 sampai dengan 12 bulan yang berpergian di luar Amerika Serikat menerima vaksin MMR terlebih dahulu. Selain itu dosis pertama biasanya diberikan antara 12 sampai 18 bulan. Dosis kedua dapat diberikan pada usia 7 tahun atau saat masuk taman kanak-kanak.
Vaksin tersebut dimasukkan ke bagian lengan atas. Pada orang dewasa, vaksin kedua diberikan setelah 28 hari dari vaksin pertama. Untuk orang yang berusia lebih dari 50 tahun, hanya satu dosis saja yang dibutuhkan.
Beberapa efek yang timbul dari vaksin MMR antara lain demam ( baca : Cara Kompres yang Benar untuk Demam ), sakit di bagian suntikan, warna kulit yang memerah, dan lain-lain. Efek samping yang serius jarang sekali terjadi. Tidak ada juga bukti yang dapat menghubungkan antara vaksin MMR dan autisme. Vaksin MMR tidak menyebabkan subacute sclerosing panencephalitis.
Kontraindikasi bagi ibu hamil, vaksin MMR dan komponennya tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Anak-anak yang terinfeksi virus HIV menerima vaksin campak jika jumlah CD4+ lymphocyte lebih besar dari 15%.
Dr. Thomas C. Peebles yang bekerja di Children’s Hospital Boston dengan rekannya Dr. John Franklin Enders. Dr. Enfers menjadi terkenal sebagai “The Father of Modern Vaccines”, dan Enders mendapatkan Nobel Prize pada tahun 1954 untuk penelitiannya pada virus polio yang kemudian membuatnya mengembangkan sebuah vaksin untuk penyakit tersebut. Pada penelitian vaksin campak, Enders mengirimkan Peebles ke Fay School di Massachusetts, tempat penyakit tersebut mewabah. Di sana Peebles mampu mengisolasi virus dari contoh darah seseorang dan dari tenggorokan seorang siswa. Bahkan setelah Enders membuatnya keluar dari tim penelitian, Peebles terus meneliti dengan hasil yang menunjukkan bahwa virus tersebut atau penyakitnya dapat ditularkan ke monyet melalui materi yang ia kumpulkan. Enders kemudian mampu menggunakan virus tersebut untuk mengembangkan vaksin campak pada tahun 1963 berdasarkan material yang diisolasi oleh Peebles.
Artikel terkait :
Pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, jumlah anak meninggal karna campak dua kali lebih besar daripada anak yang terkena polio. Uji coba pertama kali dengan vaksi campak dilakukan oleh David Morley di Wesley Guild Hospital di Ilesha, Nigeria pada anaknya sendiri.
Dr. Maurice Hilleman di Merck & Co, seorang pionir dalam pengembangan vaksin mengembangkan vaksin MMR pada tahun 1971. Vaksin tersebut mampu mencegah campak, gondong, dan rubella dengan satu kali suntikan diikuti oleh sebuah pendorong. Salah satu bentuknya disebut dengan Attenuvax yang merupakan sel embrio yang tumbuh menggunakan virus isolasi dari penelitan Enders sebelumnya. Merck memutuskan untuk tidak memulai lagi produksi attenuvax pada 21 Oktober, 2009.
Saat ini campak jarang diatasi denan satu vaksin individual karena biasanya menggunakan vaksin kombinasi dengan gondong dan rubella. Dua tipe dari vaksin campak yang ada antara lain:
MMR-II merupakan vaksin MMR yang berupa vaksin hidup yang digunakan untuk memberikan imunitas terhadap campak, gondong, dan rubella.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, saat ini imunisasi campak digabungkan dengan rubella dan gondong. Vaksin yang dapat mengatasi ketiga penyakit tersebut dikenal dengan vaksin MMR. Komponen viral dari vaksin MMR dikembangkan dari perkembangan pada sel hewan dan manusia. Virus hidup tersebut membutuhkan hewan atau sel manusia sebagai tempat untuk memproduksi lebih banyak virus.
Contoh Kasus Campak dan Gondong
Contohnya, pada kasus campak dan gondong, turunan virus tumbuh di embrio telur ayam betina dan sel embrio anak ayam. Ini memproduksi virus turunan yang diadaptasi untuk telur ayam dan kurang sesuai dengan sel manusia. Virus turunan tersebut kemudian disebut dengan attenuated strains. Komponen Rubella, Meruvaz telah dikembangkan pada tahun 1967 melalui perkembangbiakan menggunakan sel embrio paru-paru WI-38 (nama dari Wistar Institute) yang diperoleh 6 tahun sebelumnya pada 1961.
Baca juga : Kelainan Genetika
MMR II menyuplai lyiophilized dan virus hidup. Sebelum disuntikkan perlu disusun kembali menggunakan pelarut yang dibutuhkan. Vaksin MMR ini diberikan melalui sebuah suntikan. Dosis kedua diberikan minimal sebulan setelah dosis pertama. Dosis kedua merupakan dosis untuk memproduksi imunitasi di sebagian kecil orang yaitu 2-5% yang gagal untuk mengembangkan imunitas setelah diberikan dosis pertama. Di Amerika Serikat sendiri, vaksinasi telah diberikan sebelum masuk ke taman kanak-kanan karena merupakan waktu yang memang tepat. Hal ini baik dilakukan karena anak-anak menjadi sudah tervaksinasi sebelum mereka dewasa.
Keamanan Imunisasi MMR
Efek samping yang terjadi pada imunisasi MMR tidak terlalu serius. Sepuluh persen dari anak-anak yang menerima vaksin tersebut akan menderita demam, malise, dan ruam 5-12 hari setelah vaksinasi pertama dan 3% menderita sakit sendi rata-rata selama 18 hari. Wanita yang lebih tua akan berisiko lebih tinggi menderita sakit pada persendian ( baca : Nyeri Sendi Lutut), arthritis akut dan bahkan arthritis kronis (jarang terjadi). Anaphylaxis juga jarang terjadi tapi reaksi alergi serus pada vaksin bisa terjadi misalnya alergi telur. Efek alergi tersebut merupakan salah satu efek yang cukup jarang terjadi sehingga tidak perlu terlalu khawatir.
Pada 2014, FDA menyatakan ada dua tambahan efek samping yang mungkin terjadi karena vaksinasi MMR. Efek samping tersebut yaitu ADEM (acute disseminated encephalomyelitis) dan transverse myelitis, dengan tambahan kesulitan berjalan.
Jumlah laporan gangguan syaraf sangat sedikit, di sisi lain terbukti adanya hubungan antara vaksin MMR yang mengandung virus gondong dan jarang terjadi masalah aseptic meningitis. UK National Health service berhenti menggunakan turunan virus Urabe gondong pada awal 1990an karena kasus meningitis dan berpindah menggunakan turunan Jeryl Lynn gondong. Urabe gondong masih digunakan di beberapa negara, MMR yang menggunakan Urabe lebih murah diproduksi daripada yang menggunakan Jeryl Lynn.
Artikel terkait : Vaksinasi Meningitis
Cochrane Library menemukan bahwa, dibandingkan placebo, vaksin MMR berhubungan dengan infeksi pernapasan atas, lebih mengiritasi dan beberapa efek samping yang serupa. Ada juga masalah ITP atau idiopathic thrombocytopenic purpura yang terjadi setelah vaksin MMR. ITP hanya terjadi pada 1 anak di antara 25.000-40.000 anak yang divaksinasi. Angka tersebut lebih tinggi daripada pada populasi yang tidak tervaksinasi. ITP pada anak usia 6 tahun tergolong penyakit sedang yang jarang memiliki konsekuensi jangka panjang.
Klaim Autisme (Hubungan Vaksin MMR dengan Autisme)
Di Inggris, vaksin MMR menjadi subyek kontroversi setelah publikasi oleh Andrew Wakefield yang melaporkan tentang studi 12 anak yang mengalami gelaja autisme dan lainnya, yang dipercaya terjadi setelah mendapatkan vaksin MMR. Pada tahun 2010, riset Wakefield ditemukan oleh General Medical Council sebagai sesuatu yang tidak jujur. Riset tersebut dideklarasikan sebagai penipuan pada tahun 2011 oleh British Medical Journal. Beberapa studi lainnya gagal menunjukkan hubungan antara vaksin dan autisme.
Centers for Disease Control and Prevention, the Institute of Medicine of the National Academy of Sciences, the UK National Health Service dan Cochrane Library menyimpulkan bahwa tidak ada bukti adanya hubungan antara vaksin MMR dan autisme.
Artikel terkait :
Vaksinasi dengan tiga dosis yang terpisah tidak dapat mengurangi peluang efek samping dan meningkatkan peluang infeksi oleh dua penyakit yang tidak diimunisasi sebelumnya. Ahli kesehatan mengkritisi media yang melaporkan tentang hubungan autisme dan MMR yang mendorong penurunan vaksinasi. Sebelum publikasi Wakefield ditemukan, orang yang vaksinasi MMR di Inggris sebanyak 92%, setelah publikasi jumlahnya menurun di bawah 80%. Pada tahun 1998, ada 56 kasus campak di Inggris, sedangkan pada tahun 2008 terdapat 1348 kasus dengan dua orang dikonfirmasi meninggal dunia.
Di Jepang, vaksinasi MMR tidak lanjutkan dengan vaksinasi tunggal digunakan untuk setiap penyakit dan vaksin tersebut diberikan dalam dua dosis. Kombinasi vaksin campak dan rubella yaitu MR dan vaksin gondong yang diberikan terpisah. Tingkat autisme terus mengalami peningkatan, menunjukkan tidak ada korelasi dengan perubahan yang dibuat.
Di Amerika Serikat, beberapa selebriti terkenal menjadi menjadi pendukung anti-vaksinasi. Beberapa diantaranya Jenny McCarthy, Jim Carrey, dan Donald Trump. Mereka semua membuat klaim bahwa vaksin terutama vaksin MMR menyebabkan autisme walaupun bukti ilmiah melawan klaim tersebut. Pengaruh media membuatnya menjadi perdebatan besat di kalangan masyarakat Amerika Serikat terkait dengan kewajiban vaksinasi anak-anak.
2. Vaksin MMRV
Vaksin MMRV merupakan vaksin kombinasi campak, gondok, rubella, dan varicella yang telah dibuat sebagai pengganti dari vaksin MMR untuk menyederhanakan pemberian vaksin. Data awal menunjukkan tingkat deman dari 9 per 10.000 vaksinasi dengan MMRV sedangkan 4 per 10.000 vaksinasi dengan MMR dan varicella secara terpisah. Dinas kesehatan Amerika Serikat tidak memilih untuk menggunakan vaksin MMRV daripada vaksin yang terpisah.
Pada studi tahun 2012, dilakukan survey untuk meneliti kepedulian risiko deman pada MMRV. 74% dari keluarga dokter dan 29% dari dokter anak tidak peduli dengan peningkatan risiko demam. Setelah membaca informasi, hanya 7% dari keluarga dokter dan 20% dari dokter anak yang akan merekomendasikan MMRV untuk anak berusia 12-15 tahun.
Artikel terkait : Cara Mencegah Penyakit Gondok
Imunisasi campak di Indonesia dilakukan sejak 1984 oleh Kementrian Kesehatan. Program imunisasi campak tersebut diberikan dosis pertama kepada bayi berusia 9 bulan. Efektivitas imunisasi ini sebanyak 85% pada bayi berusia 9 bulan, dan cakupan imunisasi campak hanya melindungi 76,5 % bayi. Sebagai negara berkembang, masyarakat Indonesia memang tidak semuanya peduli terhadap masalah imunisasi. Pemerintah sendiri sudah mensosialisasikan program imunisasi ini kepada masyarakat. Orang tua yang kurang peduli menyebabkan mereka melewatkan imunisasi campak pada anaknya sehingga banyak anak yang masih rentan terkena campak karena tidak mendapat vaksin sjak kecil. Vaksin campak sendiri sudah dinyatakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kehalalan tersebut cukup penting bagi penduduk Indonesia yang beragama Islam karena beberapa vaksin dikabarkan mengandung bahan yang tidak halal.
Macam Imunisasi
Imunisasi bayi dan anak di Indonesia sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
Kuduanya dianjurkan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Imunisasi wajib dibiayai oleh pemerintah sehingga dapat diperoleh secara gratis di Puskesmas dan Posyandu terdekat. Imunisasi campak merupakan imunisasi yang termasuk dalam program pemerintah atau wajib sehingga dapat diperoleh secara gratis oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Berdasarkan jadwal imunisasi dari IDAI, imunisasi campak diberikan dua kali yaitu saat anak berusia 9 bulan dan berusia 6 tahun. Hal tersebut memang dianjurkan oleh WHO karena negara berkembang seperti Indonesia masih rentan terhadap serangan campak.
Macam Virus Campak
Virus campak yang dipakai ada 2 macam, pertama merupakan virus campak yang dilemahkan sedangkan yang kedua merupakan virus campak yang dimatikan. Virus campak yang banyak dipakai saat ini merupakan virus yang dilemahkan. Pemberian imunisasi campak dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan dengan dosis baku sebanyak 0,5 ml untuk vaksin campak dari virus yang dilemahkan. Vaksin tersebut diberikan pada usia 9 bulan mengingat antibodi campak milik ibu yang masuk pada bayi sudah hilang. Imunisasi campak sendiri dapat diberikan secara subkutan atau dapat juga secara intramuscular.
Artikel terkait : Gejala Campak
Efek Samping Setelah Imunisasi
Para ibu biasanya khawatir dengan efek samping setelah diberikan imunisasi. Imunisasi campak sendiri memang dapat menimbulkan efek samping. Anak yang diberikan imunisasi 5-15% mengalami demam. Selain demam, bisa juga terjadi ruam walaupun hanya 5% saja yang mengalaminya. Ibu yang memiliki anak bayi perlu mengingat bahwa imunisasi penting, termasuk pada imunisasi campak ini. Jika anak rentan terkena campak maka dampaknya bisa lebih besar daripada efek samping imunisasi tersebut.
Imunisasi campak bisa dilakukan melalui posyandu ataupun puskesmas. Tak hanya imunisasi campak, vaksin lainnya yang diwajibkan oleh pemerintah juga perlu dilakukan tepat waktu sehingga kesehatan anak dapat terjaga sampai dewasa nanti. Orang Indonesia sendiri memang masih perlu didorong untuk sadar akan pentingnya imunisasi terutama bagi yang tinggal di daerah terpencil dengan akses informasi dan transportasi yang kurang. Peran pemerintah juga cukup penting dalam hal mensosialisasikan imunisasi campak ini pada masyarakat yang belum paham apa pentingnya. Peran pemerintah daerah cukup penting karena mereka yang cukup dekat dengan masyarakat di daerah tersebut.
Baca juga :