Mungkin istilah apraksia masih begitu asing bagi sebagian dari kita; apraksia ini aslinya adalah dari kata apraxia, yakni kata dari Yunani. Pada kata apraxia, ‘a’ memiliki makna tanpa, sementara untuk ‘praxis’ mempunyai makna perencanaan pergerakan, maka kalau diartikan secara menyeluruh adalah tanpa perencanaan pergerakan. Bisa juga diketahui sebagai tanpa perencanaan motorik.
Intinya, apraksia merupakan sebuah gangguan kesehatan motorik, khususnya motorik wicara yang otomatis berkaitan erat dengan saraf. Terjadinya apraksia ada hubungannya dengan gangguan kesehatan sistem saraf otak, tapi tak berhubungan dengan gangguan otot karena otot sama sekali tidak bermasalah. Karena kondisi kesehatan ini, penderitanya akan menjadi kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan anggota tubuh.
Baca juga:
Seperti yang telah disebutkan sedikit di atas sebelumnya, penyebab utama dari terjadinya apraksia adalah kerusakan saraf otak di mana artinya sistem saraf pusat mengalami masalah. Secara otomatis, apraksia akhirnya mampu menjadikan fungsi bicara pun mengalami gangguan bersama dengan fungsi bahasa pada seseorang. Hal ini bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
Namun pada kasus yang diderita oleh anak-anak, apraksia bisa saja terjadi karena faktor bawaan lahir karena apraksia diderita sejak lahir. Sementara itu, ada pula kemungkinan bahwa apraksia terjadi karena cedera kepala yang disebabkan oleh kecelakaan yang biasanya diderita oleh orang dewasa. Penyakit stroke pun memiliki peran besar dalam menjdi pemicu apraksia.
Perlu diketahui bersama bahwa gejala apraksia cukup bervariasi dan kita juga perlu menilik apa saja jenis apraksia yang terjadi pada setiap individu. Berikut ini adalah sejumlah gejala apraksia berdasarkan pada jenisnya:
Karena apraksia dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa, ada baiknya untuk mengenali gejala secara terpisah, yakni gejala apraksia pada anak dan gejala apraksia pada orang dewasa. Meski memang tak memandang usia, kondisi kesehatan ini lebih banyak dijumpai pada anak-anak sebagai penderitanya.
Gejala pada Anak
Gejala yang terjadi pada anak bukan hanya pada anak-anak yang usianya sudah cukup besar. Sebelumnya kita bahas bahwa faktor yang menyebabkan apraksia pada anak bisa jadi adalah bawaan lahir, maka dari bayi pun kita bisa melihat apakah si kecil memiliki kelainan dalam hal saraf wicaranya atau tidak.
Meski memang apraksia dapat terjadi pada bayi maupun balita, namun pendeteksian apraksia jauh lebih mudah dilakukan pada anak-anak yang usianya sudah agak besar.
(Baca juga: penyebab neuralgia trigeminal – tangan bergerak sendiri – bahaya mematikan saraf gigi)
Gejala pada Orang Dewasa
Untuk orang dewasa yang mungkin pernah mengalami kecelakaan dan berakibat pada cedera kepala, ada kemungkinan saraf otak pun terganggu sehingga menjadi pemicu dari apraksia. Seseorang dengan riwayat penyakit stroke pun berkemungkinan besar untuk menderita apraksia. Untuk bisa mengatasinya dengan baik, maka berikut ini adalah gejala-gejala untuk diwaspadai:
(Baca juga: neuropati perifer – cara mengobati tangan gemetar – gejala infeksi otak)
Ketika gejala sudah mulai nampak, maka tindakan yang harus segera dilakukan adalah pergi ke dokter khusus atau spesialis penyakit saraf. Jenis penyakit saraf ini perlu diperiksa dan ditangani dengan benar oleh ahlinya. Maka, sebaiknya untuk metode diagnosa dilakukan oleh speech-language pathologist saja.
Berbagai jenis tes akan pasien tempuh karena sebenarnya bahkan bagi dokter sendiri tak bisa langsung mendeteksi apraksia hanya dari cerita keluhan gejala yang disampaikan oleh pasien. Karena diagnosa tak terlalu gampang, maka tes-tes berikut ini adalah yang paling baik untuk mendeteksi adanya gangguan penyebab terjadinya apraksia baik pada anak atau orang dewasa.
Kedua tes tersebut adalah yang paling pasien butuhkan untuk mendeteksi penyebab dan tingkat keparahan apraksia sekaligus mencari jalan pengobatan terbaik.
Pengobatan untuk Anak
Bicara tentang pengobatan untuk penderita apraksia, pada sejumlah kasus justru dijumpai bahwa anak-anak penderita apraksia malah tak perlu diobati. Ya, tanpa adanya pengobatan apapun mereka dapat sembuh dengan sendirinya. Namun untuk kesembuhan anak, diperlukan peran orang tua yang begitu besar.
Orang tua tetap harus secara konsisten mengajak bicara si kecil secara normal supaya perkembangan kemampuan bicaranya bisa memperoleh kemajuan. Ajak bicara si kecil perlahan dan jangan bosan karena terapi wicara ini perlu dilakukan justru lebih sering dengan orang-orang terdekat seperti orang tua dan sanak saudara. Terapi wicara terbukti menjadi metode terefektif ketika ingin menyembuhkan apraksia anak.
Boleh juga bila orang tua hendak menambahkan bahasa isyarat ke dalam proses terapi wicara. Ide yang bagus pula bila para orang tua juga mau menggunakan buku bergambar yang ada teksnya sebagai pendukung terapi anak dalam mengembalikan dan meningkatkan kemampuan bicaranya secara alami dan efektif.
Hanya saja, apraksia akan mampu diatasi secara lebih efektif dengan pendeteksian sedini mungkin. Terapi wicara adalah metode pengobatan yang memang dikenal berdampak positif dan memiliki efektivitas tinggi terhadap kesembuhan anak penderita apraksia, namun pendeteksian gejala dan penyebab sebaiknya sedari dini.
Pengobatan untuk Orang Dewasa
Seperti halnya apraksia pada anak-anak, apraksia yang diderita oleh orang dewasa juga bisa sembuh dengan sendirinya dan kemungkinan itu selalu ada. Namun kembali lagi, pengobatan akan didasarkan pada tingkat keparahan apraksia yang dialami dan terapi wicara pun lagi-lagi menjadi metode pengobatan yang paling dianjurkan. Tak hanya efektif bagi anak-anak, tapi juga sangat bisa membantu orang dewasa yang ingin mengembalikan kemampuan bicaranya.
Cara komunikasi alternatif yang direkomendasikan untuk penderita apraksia dewasa adalah bahasa isyarat atau juga dengan menggunakan gadget. Hal tersebut adalah pendukung tepat untuk meningkatkan kemampuan bicaranya, baik yang masih ringan atau yang sudah parah. Pengobatan khusus kanker bisa juga diberikan kepada penderita apraksia yang diketahui memiliki tumor otak sebagai penyebab apraksia.
Baca juga:
Demikianlah sekilas informasi mengenai apraksia, mulai dari penyebab, gejala, metode diagnosa hingga cara mengobati penderitanya. Apraksia mungkin memang bisa disembuhkan dengan terapi yang tepat, namun tentunya menjaga kesehatan otak agar saraf pusat tidak terserang apraksia akan jauh lebih baik.