Protein merupakan salah satu jenis nutrisi yang paling wajib tubuh dapatkan secara cukup dan bila sampai terjadi kekurangan gizi satu ini, bakal fatal akibatnya bagi kesehatan. Kekurangan protein secara berkelanjutan mampu berakibat pada kerontokan rambut, malnutrisi atau bahkan mengarah pada marasmus serta kwasiorkor, hingga kematian.
Melansir dari laman Detik Health, Mury Kuswari, SPd, Msi sebagai seorang ahli nutrisi olahraga dari ANOKI (Indonesian Association of Fitness and Sport Nutritionist) mengatakan bahwa orang-orang Indonesia masih kurang cukup mengonsumsi protein. Padahal protein adalah sumber nutrisi yang mampu membentuk hormon dan gen sekaligus menjadi zat pembangun bagi tubuh.
Beberapa proses kerja di dalam tubuh manusia sangat membutuhkan protein, termasuk bahkan untuk penglihatan yang lebih jernih dan tajam. Ketika kekurangan asupan protein atau jarang mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung protein tinggi, maka hal ini bisa berpengaruh pada kesehatan tulang. Risiko osteoporosis atau pengeroposan tulang tak hanya meningkat karena defisiensi kalsium, tapi juga karena kurangnya protein.
Menurut Mury, kandungan protein juga terdapat di tulang kita dan ketika di usia muda tak memenuhi asupan protein secara cukup, bisa-bisa risikonya sebelum atau memasuki usia 40 tahun, osteoporosis menyerang. Jadi, apa saja gejala tubuh kekurangan protein menurut pakar nutrisi?
Protein banyak terkandung di dalam ikan dan daging selain dari susu dan telur. Hanya saja ketika dunia saat ini sedang gencar-gencarnya mengurangi asupan daging, justru negara kita berbeda. Masyarakat di Indonesia masih cukup sedikit yang mengonsumsi daging karena daging sendiri juga banyak yang menganggap sebagai makanan mewah saking harganya kurang bersahabat.
Daging dan ikan itu perlu untuk dikonsumsi selain dari kentang, kacang polong, biji-bijian, susu dan juga telur. Namun tentunya, bila membandingkan mana yang lebih baik dan sehat antara protein nabati atau protein hewani, protein nabati jauh lebih menyehatkan sementara protein hewani mampu meningkatkan risiko kenaikan berat badan.
Menurut Mury, seseorang yang perutnya kelihatan buncit padahal tubuhnya kurus dan nampak kecil bisa saja mengalami gangguan defisiensi energi protein. Namun, kebanyakan orang yang kekurangan protein tak begitu nampak sehingga agak sulit untuk mengetahui langsung apakah seseorang sedang kekurangan protein atau tidak.
Untuk bisa tahu seberapa besar kebutuhan protein yang perlu kita cukupi atau bahkan yang sudah tercukupi, penting menanyakan langsung pada ahli gizi karena setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan nutrisi berbeda. Dengan berkonsultasi dan berdiskusi langsung dengan ahli gizi, maka kita bisa lebih tepat dalam menanganinya melalui konsumsi makanan berprotein tinggi tanpa berlebihan.