Kesehatan Tubuh

Gigantisme – Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Komplikasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Gigantisme adalah keadaan di mana terjadinya kelebihan produksi hormon pada masa anak-anak atau masa pertumbuhan. Efek kelebihan produksi hormon ini tidak nampak ketika anak-anak karena memang masa ini beberapa anak memiliki pertumbuhan yang sangat pesat dan dianggap suatu kewajaran. Hal ini yang menyebabkan gigantisme sulit dikenali. Ketika masa pertumbuhan selesai, dan lempeng pertumbuhan (lempeng epifis) di dalam tulang menutup, gigantisme baru mulai dirasakan orang-orang sekelilingnya.  Tinggi orang yang mengalami gigantisme di atas rata-rata orang umumnya, yaitu sekitar 2 meter sampai 2,5 meter.

Gigantisme sendiri merupakan gangguan kelenjar endoktrin / hipofisis yang dihasilkan dari sekresi tubuh jangka panjang. Kelenjar  menghasilkan berbagai hormon pertumbuhan yang terlalu banyak, sehingga mempercepat pertumbuhan otot, tulang, dan jaringan ikat anak-anak. Akhirnya, tingkat perumbuhan dipercepat serta menambah jumlah jaringan lunak. Gigantisme ini berbeda dengan akromegali (baca : Akromegali  dan Pencegahan Akromegali).

Akromegali merupakan pertumbuhan yang sangat cepat setelah orang tersebut dewasa atau ketikan lempeng epifis mulai menutup, sehingga akibat pertumbuhannya tidak sehebat gigantisme.
Dalam ilmu kesehatan ada berbagai jenis gigantisme, yaitu :

  • Gigantisme normal, di mana semua pertumbuhan di seluruh tubuh berlangsung proporsional, sehingga secara sepintas terlihat benar dan normal.
  • Akromegalichesky, di mana pasien mencatat pertumbuhan yang cepat dari anggota tubuh dan wajah.  Bahkan wajah terlihat lebih tua dari usianya.
  • Gigantisme otak, pertumbuhan yang cepat tetapi disertai cacat intelektual.  Gigantisme jenis ini bisasanya berkembang setelah seseorang  mengalami kerusakan otak akibat kondisi tertentu.
  • Gigantisme parsial, yaitu pertumbuhan yang sangat cepat hanya pada bagian-bagian tertentu saja.  Misalnya, kaki sehingga seorang terlihat tinggi tidak proporsional dengan badannya.
  • Visceromegaly, peningkatan hormon pertumbuhan yang hanya menyerang pada organ-organ vital dalam tubuh.
  • Gigantisme setengah, pertumbuhan yang proporsional mencapai satu setengah kali tubuh normalnya.
  • Eunochoid. Pertumbuhan yang cepat dikarenakan berkurangnya produksi hormon seksual.  Akibatnya, tungkai memanjang, daerah pertumbuhan tidak proporsional, dan penderita kehilangan karakteristik seksualnya.

Berdasarkan data statistik, tidak banyak anak yang menderita penyakit gigantsime. Di seluruh dunia hanya sekitar 6 orang per tahun kasus yang diketahui gigantisme atau sekitar 3 dari 100 orang yang lahir.  Meskipun demikian, kita tetap perlu mengetahui lebih dalam mengenai gigantisme ini.

Baca juga artikel :

Penyebab

Gigantisme dapat terjadi karena adanya tumor atau kelainan pada kelenjar endoktrin.  Mengapa  kelenjar endoktrin ini berpengaruh pada pertumbuhan?  Karena kelenjar yang terletak di bagian bawah otak, di tengah-tengah tulang baji  ini menghasilkan kelenjar lain yang menghasilkan hormon. Akibat kelebihan dan kekurangan kelenjar endokrin akan sangat berpengaruh pada fungsi tubuh secara keseluruhan. Kelenjar-kelenjar yang termasuk endoktrin, yaitu:

1. Kelenjar Hipofisis

Kelenjar hipofisis disebut sebagai master gland karena menghasilkan hormon-hormon yang mengatur organ tubuh dan kelenjar lain. Efek kelebihan dan kekurangan hormon bervariasi sesuai jenisnya. Hormon-hormon yang dimaksud adalah antara lain:

  • Hormon potresin atau hormon pengatur tekanan darah manusia di mana hormon ini paling dipengaruhi oleh gaya hidup manusianya, seperti makanan dan gaya hidup, beserta juga faktor emosi.
  • Hormon pituitrin dan oksitosis atau hormon dengan fungsi utama sebagai pengatur kelahiran bayi pada ibu hamil. Hormon oksitosis akan membuat bayi dalam kandungan bergerak dengan sendirinya menuju jalan lahir dan sang ibu pun akan mengalami kontraksi. Fungsi hormon ini diketahui dapat meningkat dengan rangsangan tertentu, seperti hubungan seksual maupun pemijatan puting susu.
  • Hormon aderotrop atau hormon pengatur kinerja anak ginjal supaya fungsinya dapat berjalan normal serta selalu terjaga kondisinya dengan baik.
  • Hormon prolaktin atau hormon pengatur dan penstabil kerja kelenjar air susu supaya yang dihasilkan bisa tetap sesuai kebutuhan. Hormon ini juga menjadi pelindung supaya tak kemasukan bakteri. Emosi ibu dan makanan bergizi menjadi faktor yang memengaruhi kinerja hormon ini.
  • Hormone paratireotrop.  Hormon yang mengatur, mengontrol dan memperbaiki kelenjar timus agar bekerja terus menerus melindungi pertumbuhan limfosit untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
  • Hormone gonadotrop. Hormon yang berfungsi menstabilkan kerja kelenjar kelamin agar selalu dalam keadaan seimbang dan bebas dari infeksi bakteri / jamur, dan virus berbagai penyakit kelamin.
  • Hormon treotrop. Hormone yang mengatur kelenjar anak gondok / tiroid agar selau bekerja seimbang.  Kelenjar tiroid yang mengatur metabolismw dalam tubuh dan pertumbuhan manusia.

2. Kelenjar Tiroid (Gondok)

Kelenjar tiroid adalah kelenjar pada tubuh manusia yang bentuknya menyerupai cuping kembar dengan letak yang ada di bawah jakun (trakea). Peran utama dari kelenjar ini adalah sebagai penghasil hormon tiroksin yang mempengaruhi metabolisme tubuh dan pengaturan suhu tubuh. Kelebihan dan kekurangan hormon tiroksin dapat menimbulkan pembesaran kelenjar tiroid dengan gejala yang berbeda-beda.

3. Kelenjar Paratiroid (Kelenjar Anak Gondok)

Kelenjar yang terletak menempel di kelenjar tiroid, sehingga disebut kelenjar anak tiroid.  Kelenjar ini berfungsi mengatur kandungan posfor dan kalsium dalam darah.  Kekurangannya menyebabkan tetani dengan tanda kejang di tangan dan kaki, kesemutan, gelisah, dan susah tidur.  Sementara kelebihan fosfor dan kalsium menyebabkan tulang mudah patah.

4. Kelenjar Adrenal / Kelenjar Anak Ginjal

Kelenjar ini menempel pada bagian atas ginjal dan menghasilkan beberapa hormon yang berkaitan erat dengan perkembangbiakan manusia.  Hormon yang dihasilkan antara lain ovarium, estrogen, progesteron, dan testosteron.

5. Kelenjar Pankreas

Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin yang mengatur kadar gula dalam darah.  Kadar gula dalam darah ini juga berpengaruh untuk mengetahui produksi hormon pertumbuhan yang sangat cepat.  Efek samping insulin juga patut diwaspadai.Gangguan pada kelenjar endokrin, khususnya kelenjar hipofisis ini ini yang secara umum menyebabkan gigantisme. Penyebab gigantisme yang telah didiagnosis dokter, antara lain:

  • Tumor pada kelenjar hipofisis. Mengakibatkan kelenjar memproduksi hormon yang berlebihan., terutama  produksi GH. Padahal kelenjar ini berperan sebagai pengatur perkembangan seksual, pengendalian tubuh, produksi urin, dan metabolisme pertumbuhan wajah, tangan, dan kaki.  Akibatnya, gigantisme yang tidak proporsional dapat terjadi.
  • Carney complex. Tumor jinak pada kelenjar endoktrin dan jaringan ikat.  Adanya tumor ini ditandai dengan adanya bintik-bintik di kulit yang berwarna lebih gelap.  Adanya tumor ini merupakan penyakit yang diturunkan.
  • Multiple Endocrine Neoplasia type 1, atau MEN 1.  Tumbuhnya tumor yang menyerang kelenjar endoktrin khususnya di bagian kelenjar hipofisis, paratiroid, dan pankreas.  Penyakit ini juga merupakan bagian dari penyakit yang diturunkan.
  • Neurofibromatosis, tumbuhnya tumor pada sistem syaraf dan merupakan penyakit / kelainan yang diturunkan juga.
  • Syndrome Mc Cune-Albright, yaitu  ketidakwajaran dalam pertumbuhan pada bagian tulang atau terlalu cepatnya tumbuhnya tulang yang disebabkan oleh kelainan kelenjar. Kondisi seperti ini bisa dideteksi dengan munculnya bercak atau bintik-bintik berwarna coklat muda pada kulit.
  • Keracunan. Keracunan yang mengakibatkan terganggunya fungsi kelenjar endoktrin dan kelenjar-kelenjar yang ada di bawahnya secara terus menerus dan dalam waktu lama mengakibatkan gigantisme.
  • Perkembangan neuroinfections atau radang / infeksi otak yang disebabkan jamur / bakteri.  Penyakit ini apabila tidak segera ditangani, mengakibatkan terganggunya kelenjar endoktrin dan akhirnya menjadi penyebab gigantisme.

Gejala Gigantisme

Gejala gigantisme biasanya baru dikenali apabila seorang anak sudah mempunyai pertumbuhan (tinggi) yang lebih besar daripada anak-anak sebayanya.  Namun, agar dapat terdeteksi secara dini kita perlu mengenali gejala-gejalanya.  Gejala-gejala penderita gigantisme antara lain :

  • Tinggi tubuh yang tidak normal, melebihi tinggi anak seusianya karena pertumbuhan tulang yang cepat.
  • Alat kelamin tidak berkembang dan tumbuh secara abnormal.  Hal ini baru terlihat ketika anak memasuki usia pubertas
  • Perubahan kulit wajah menjadi kasar dan lebih tebal daripada orang pada umumnya
  • Suara menjadi serak dan tidak jelas, karena pertumbuhan tulang rawan pada pita suara semakin melebar.  Berbicara semakin tidak jelas ditambah lidah yang menjadi berlipat-lipat.
  • Anggota gerak tubuh (tangan dan kaki) semakin membesar dan bengkak
  • Pertumbuhan kepala yang tidak proporsional / linier dibandingkan anggota tubuh lainnya.
  • Penglihatan berkurang
  • Perilaku yang bisa dikategorikan sebagai anak yang berkebutuhan khusus.
  • Pertumbuhan yang terlalu tinggi, membuat badan menjadi lengkung.
  • Daya tahan tubuh menurun dan cepat lelah
  • Kondisi jantung semakin membesar sehingga menimbulkan resiko berbagai penyakit jantung
  • Sulit bernapas dengan baik, terutama ketika tidur
  • Tulang rusuk semakin membesar.  Tulang rusuk ini semakin terlihat membusung ke depan seiring bertambahnya usia.
  • Rambut-rambut di sekujur tubuh semakin menebal, kering dan kasar.
  • Tungkai atau persendian sering terasa sakit.  Ini disebabkan pembesaran jaringan dan pembuluh darah yang menghimpit saraf-saraf dalam tubuh.

Gejala-gejala yang dialami penderita di atas bisa salah satu, lama kelamaan bertambah banyak yang tampak seiring dengan bertambahnya usia.  Namun, gejala juga bisa tampak sekaligus di usia dini.  Atau sebenarnya, gejala-gejala tersebut sudah nampak di usia dini, tidak disadari oleh orang tua dan orang-orang di sekelilingnya.

Diagnosis

Apabila seseorang mempunyai gejala gigantisme sebaiknya segera berkonsultasi degan dokter agar dilakukan tindakan yang tepat.  Biasanya dokter akan melakukan rangkaian pemeriksaan sebelum memberikan diagnosis dan pengobatan.  Diagnosis dokter antara lain dilakukan dengan :

  1. Melakukan serangkaian tes laboratorium untuk mengetahui level hormon pertumbuhan serta faktor pertumbuhan orang yang mempunyai gejala gigantisme.  Tes tersebut contohnya adalah tes insulin -1 (IGF-1).
  2. Melakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk mengetahui terjadinya peningkatan produksi hormone pertumbuhan.
  3. Tes darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan produksi hormon pertumbuhan.
  4. Memeriksa kadar glukosa dalam darah anak, kemudian memberinya cairan glukosa khusus.  Apabila setelah diberi cairan glukosa khusus kadar glukosa dalam darah anak menjadi lebih rendah, artinya anak tersebut tidak menderita gigantisme.  Anak akan didiagnosis menderita gigantisme apabila kadar glukosa dalam darah setelah diberi cairan glukosa khusus sama dengan kadar gula dalam darah sebelum diberi cairan (baca : Glukosa)
  5. Ct scan dilakukan untuk mendeteksi adanya tumor dalam otak (baca : Bahaya CT Scan)
  6. Apabila positif terdapat tumor otak, pemeriksaan MRI juga dilakukan kepada anak penderita tumor untuk mengetahui seberapa besar ukuran tumor dan letaknya.

Pengobatan

Dalam mengobati penderita gigantisme sampai saat ini belum ada yang benar-benar terjamin hasilnya agar normal seperti semula, apalgi kalau tumor yang diderita merupakan penyakit yang diturunkan. Namun upaya-upaya untuk itu tetap harus dilakukan.  Beberapa cara pengobatan gigantisme, yaitu :

  1. Operasi atau pembedahan transphenoidal dapat dilakukan sebagai tindakan pertama.  Pembedahan ini bertujuan mengangkat atau menghilangkan tumor yang ada.
  2. Mengontrol atau mengendalikan produksi hormon pertumbuhan.  Belum ada pengobatan yang benar-benar sukses mengembalikan produksi hormon pertumbuhan agar kembali menjadi normal, meskipun operasi pengangkatan tumor telah dilaksanakan.  Obat seperti octreoitide digunakan untuk mencegah atau mengendalikan produksi hormon pertumbuhan.  Obat ini berupa cairan dan disuntikkan kepada penderita gigantisme sebulan sekali. Efek samping penggunaan suntikan adalah ruam di kulit daerah bekas suntikan, perih, keram perut, sampai diare.
  3. Memberikan obat jenis agonis reseptor dopamine, dapat dilakukan untuk mengecilkan tumor sebelum tindakan operasi.  Obat ini dapat digunakan secara bersamaan dengan jenis obat yang mengendalikan laju produksi hormon pertumbuhan.  Efek samping meminum obat ini adalah sakit kepala, mual dan muntah, dan berkurangnya nafsu makan.
  4. Melakukan terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery sebagai langkah terakhir, apabila setelah pengangkatan beberapa lama timbul tumor baru atau pengangkatan mengalami kegagalan.  Mengapa disebut sebagai alternatif terakhir atau langkah terakhir?  Karena terapi beresiko tinggi.  Terapi yang memaparkan ratusan radiasi sinar gamma ini memang apabila berhasil dapat langsung menghilangkan tumor dan mengembalikan level produksi hormon pertumbuhan ke tingkat normal.  Namun, apabila terjadi kegagalan atau kesalahan terapi, gangguan emosional pada anak-anak dapat terjadi selain menjadi penyebab obesitas pada anak, dan ketidakmampuan anak secara kognitif.

Baca juga artikel :

Pencegahan dan Komplikasi

Pada dasarnya, hampir tidak ada upaya untuk mencegah terjadinya gigantisme.  Kita hanya bisa memperkecil resiko kemungkinan gigantisme dengan deteksi dini penyebabnya secara dini.  Diharapkan para orangtua dan orang-orang di sekitar anak dapat menyadari kecepatan pertumbuhan anak secara tidak normal sejak dini atau mengetahui adanya gejala-gejala gigantisme.

Untuk gigantisme yang disebabkan oleh tumor di kelenjar ekndokrin atau kelenjar hipofisis, dapat dideteksi secara dini dan dapat langsung dilakukan pengangkatan tumor.  Dengan demikian laju pertunbuhan hormon reproduksi juga dapat langsung dikendalikan sebelum terlambat.  Beberapa ciri adanya tumor pada kelenjar hipofisis, yaitu :

  • Ciri pada laki-laki ; sakit kepala terus menerus, penglihatan kabur, disfungsi ereksi, nyeri pada bagian persendina, keluar cairan putih pada puting susu, pembesaran pada jari tengah dan keluar keringat secara berlebihan.
  • Ciri pada perempuan ; persendian nyeri, sakit kepala berulang, jari tengah membesar, penglihatan kabur, kadar minyak wajah berlebih, dan menstruasi yang tiba-tiba berhenti.

Gigantisme yang tidak ditangani segera atau dibiarkan apa adanya dapat menjadi serius dan membuat penyakit lain. Di antara komplikasi yang dapat terjadi adalah :

  • Diabetes insipidus yang merupakan jenis diabetes yang jarang ditemui.  Yaitu diabetes yang ditandai dengan seringnya buang air kecil dan naiknya kadar gula dalam darah karena ketidakseimbangan / tidak berfungsinya  hormon insulin.
  • Berkurangnya sekresi hormon pada testis dan ovarium, yang menandai disfungsi seksual.
  • Perkembangan mental yang rendah, akibat terganggunya fungsi kelenjar tiroid.  Ini bisa terjadi pada penderita gigantisme anak-anak maupun yang sudah dewasa.

Demikian pembahasan artikel tentang gigantisme. Meskipun penyakit ini jarang sekali terjadi, dengan pengetahuan yang ada diharapkan kita semua dapat melakukan pencegahan dan pengobatan dini pada penderita gigantisme.  Semoga bermanfaat.