Kesehatan Mental

Autisme – Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan secara menyeluruh pada seorang individu yang menyebabkan individu tersebut mengalami sejumlah hambatan terutama pada kemampuan sosialisasi, komunikasi dan juga perilaku. Autis harus bisa dideteksi saat usia anak kurang dari 3 tahun supaya jenis gangguan gangguan mental pada anak ini dapat teratasi dengan baik.

Istilah autis berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti sendiri, artinya seseorang individu tersebut seperti berada pada dunianya sendiri. Istilah autis pertama kali diperkenalkan pada tahun 1943 oleh Leo Kanner, beliau adalah seorang dokter kejiwaan. Leo Kanner melakukan observasi pada 11 pasien anak yang berobat ke dirinya. Dari 11 anak tersebut, terlihat gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.

(Baca juga: gejala gangguan mental)

Penyebab Autis

Penyebab pasti individu dapat menderita autis masih belum jelas. Hanya ada beberapa hal yang dianggap menjadi pemicu timbulnya kelainan autis pada individu. Beberapa ahli menyimpulkan gejala autis disebabkan kelainan fungsi  susunan saraf pusat seperti otak dan sumsum tulang, kelainan ini terjadi karena kelainan sel saraf yang membentuk struktur  anatomi otak.

Ahli yang lain menyatakan bahwa autis disebabkan kombinasi makanan yang kurang sehat atau makanan tersebut telah terkontaminasi oleh racun yang berasal dari lingkungan yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar sehingga nutrisi yang terserap tidak maksimal untuk pertumbuhan sistem saraf pusat pada anak.

  1. Infeksi sistem saraf pusat

Gangguan sistem saraf pusat diakibatkan kelainan pada struktur otak manusia, gangguan struktur ini diakibatkan karena terjadi gangguan pada saat janin dalam kandungan. Istilahnya sering disebut IUGR (Intrauterine Growth Retardation). Kelainan ini bisa terjadi adanya infeksi dalam kandungan seperti TORCH. TORCH adalah mikroorganisme-mikroorganisme yang paling sering menyebabkan kelainan kongenital dan kelainan pada kehamilan. Istilah ini merupakan singkatan dari ToxoplasmosisRubella dan cytomegalovirus, serta herpes.

(Baca juga: Penyebab herpes, gejala herpes)

  1. Makanan mengandung zat kimia berbahaya

Beberapa ahli ada yang menyatakan bahwa makanan juga ikut andil dalam menyebabkan kelainan autis, seperti makanan yang terkontaminasi logam berat, merkuri dan lain sebagainya. Bayi yang baru lahir masih memiliki organ- organ yang belum matur, salah satunya adalah usus. Karena itu pemberian makanan pada bayi yang baru lahir tidak boleh sembarangan harus bertahap. Mulai dari ASI eksklusif minimal 6 bulan, makanan pendamping asi berupa bubur halus dan makanan yang tinggi zat besi pada usia diatas 6 bulan, baru setelah berumur satu tahun balita dapat diberikan makanan keluarga dengan porsi sedikit- sedikit.

Pemberian makanan selain ASI pada usia dibawah 6 bulan dapat menyebabkan iritasi pada usus bayi yang dapat memicu timbulnya infeksi. Menurut penelitian, pencernaan yang buruk terutama jika ditemukan adanya jamur yang terlalu banyak pada usus dapat menghambat sekresi enzim pencernaan. Sehingga nutrisi tidak dapat terserap dengan baik dan berubah menjadi semacam ‘morfin’ yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

(Baca Juga: penyakit akibat logam beratbahaya merkuri)

  1. Mengalami perdarahan hebat saat hamil dan melahirkan

Janin mendapatkan nutrisi untuk terus tumbuh melalui darah ibu yang tersalurkan melalui plasenta. Ada jenis kelainan plasenta yang dapat terjadi dan seringkali mengalami gangguan baik itu dari segi letak, jaringan serta kuat lekatnya plasenta. Perdarahan pada ibu hamil dan melahirkan masih berada di peringkat atas sebagian penyebab kematian janin.

Walaupun terselamatkan, ibu hamil yang mengalami perdarahan, menyebabkan janin yang dikandungnya kekurangan nutrisi dan oksigen sehingga menjadi hipoksia. Hipoksia akan memicu kematian sejumlah sel janin salah satunya adalah sel otak. Sel yang baru terbentuk masih sangat rentan, sehingga sedikit saja terjadi gangguan dapat menimbulkan kelainan.

  1. Genetik

Genetik juga dapat berperan sebagai penyebab autis. Namun, belum ada penelitian yang menyatakan bahwa kelainan genetik adalah penyebab pasti autis. Beberapa hipotesa menyatakan pengaruh lingkungan seperti polusi udara dan gaya hidup seperti pola makanan dan jenis makanan yang mengandung banyak zat kimia berbahaya menyebabkan sejumlah proses perubahan mutasi pada gen orang tua. Sehingga pada orang tua tidak muncul gejala namun membawa mutasi gen istilahnya seperti ‘carrier’. Namun, setelah mempunyai anak, gen itu akan diturunkan anaknya melalu gen autosomal dominan jika anak laki- laki probabilitas menjadi autis sekitar 25%.

Gejala Autis pada Anak

Seorang anak memiliki beberapa tahap perkembangan yang harus sudah mereka kuasai pada usia tertentu. Orang tua dapat mengawasi perkembangkan sang anak dengan selalu mengevaluasi perkembangan anak dengan alat bantu penapisan seperti kuesioner KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan. Selain itu, orang tua dapat mencurigai bahwa anaknya mungkin mengalami gangguan berupa autis jika anak menunjukan 3 gejala utama autis.

  1. Gangguan dalam interaksi sosial

Gangguan interaksi sosial terjadi pada saat sedang berkomunikasi dengan orang lain yang ditandai dengan:

  • Saat berkomunikasi, anak tidak melakukan kontak mata dengan lawan bicaranya.
  • Ekspresi wajah anak tidak sesuai dengan emosi atau perasaanya ketika seharusnya anak sedih karena  dimarahi atau mainannya hilang, ekspresi anak menjadi tertawa dan tersenyum.
  • Gerakan, sikap dan ucapan tidak sesuai dengan situasi dan keadaan yang berlangsung. Misalnya anak merasa ingin buang air kecil namun ia menggelengkan kepala dan berteriak tidak-tidak.
  • Melakukan penolakan saat akan dipeluk, disentuh dan digendong.
  • Tidak menoleh saat namanya dipanggil
  1. Gangguan dalam bidang komunikasi (baik verbal maupun non verbal)
  • Anak mengalami keterlambatan kemampuan berbahasa dan berbicara.
  • Bicaranya masih tidak bermakna hingga usia lebih dari 3 tahun.
  • Anak bisa bicara tetapi tidak dapat berkomunikasi karena bahasa yang ucapkan aneh dan tidak bermakna.
  • Suka mengikuti perkataan orang lain yang disebut echolalia atau istilah awamnya adalah membeo untuk meminta tolong tidak dengan ucapan namun dengan menarik tangan orang dewasa.
  1. Gangguan dalam tingkah laku
  • Anak dapat mengalami gangguan perilaku yang berlebihan, tidak bisa duduk tenang,  ia akan berlari kesana dan kemari, berbicara tanpa henti dengan bahasa aneh, melompat-lompat dan berputar-putar, mengibas-ngibaskan tangan yang disebut handflapping dan melakukan gerakan yang sama berulang-ulang tanpa tujuan yang disebut stereotipi.
  • Anak dapat menatap pada satu benda yang menarik bagi dirinya dengan tatapan kosong terus menerus dalam waktu yang lama.

(Baca juga: terapi sakit jiwa)

Gejala Lain Autisme

  1. Gangguan dalam bidang perasaan atau emosi
  • Sering tertawa-tawa sendiri, meringis ,atau tersenyum sendiri atau tiba- tiba menangis tanpa sebab yang jelas.
  • Dapat mengamuk dengan agresif dan merusak ketika ia sedang dimarahi atau keinginannya tidak terpenuhi.
  1. Gangguan dalam bidang persepsi sensori
  • Suka mencium-cium, menjilat atau mengigit barang yang ia pegang atau jari- jari tanganya.
  • Takut dengan suara keras, ketika ia mendengar suara yang keras langsung menutup telinga.
  • Sensitif saat disentuh, anak yang autis langsung menghindar atau berteriak-teriak.
  • Tidak suka memakai baju atau bahan yang kasar di kulitnya.

Milestone Perkembangan Bicara dan Bahasa pada Anak

Orang tua sebaiknya mengetahui umur berapa seharusnya anak mereka mampu melakukan suatu hal. Sehingga jika perkembangan anak mengalami delay dapat segera diperiksa dan mendapat terapi yang tepat. Hal ini akan menjadi suatu cara pencegahan gejala autis lebih lanjut.

Pemberian terapi pada anak autis akan memperbaiki kemampuan anak autis yang terhambat. Untuk, itu semakin dini gejala autis terdeteksi, semakin baik hasil luaran yang dicapai dengan memberikan terapi pada anak autis. Berikut adalah milestone dari perkembangan bicara dan bahasa pada anak.

Kemampuan berbahasa dan bicara anak dibagi menjadi dua kemampuan, yaitu kemampuan reseptif yaitu kemampuan yang menunjukan anak mampu menanggapi rangsangan. Dan yang kedua adalah kemampuan ekspresif, yaitu suatu kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk menunjukan emosi dan mood yang anak alami.

  1. Lahir
  • Kemampuan reseptif: pada saat baru lahir, anak mampu merespon suara dengan melirik ke sumber suara, memperlihatkan ketertarikan terhadap sumber suara yang ia dengar. Jika bayi anda tidak merspon terhadap suara belum tentu anak anda mengalami kelainan autis, bisa saja ada kelainan lain yang dialami bayi seperti gangguan pada organ pendengarannya
  • Kemampuan ekspresif: pada saat baru lahir bayi hanya dapat berkomunikasi dengan menangis jika ia mengalami suatu pengalam atau sensai yang tidak menyenangkan seperti jika mengalami nyeri, mengompol, atu sedang lapar
  1. Usia 2-4 bulan
  • Kemampuan reseptif: Memasuki usia 3 bulan bayi sudah mulai dapat merespon orang disekitarnya dengan tertawa dan mengeluarkan ocehan tanpa arti
  • Kemampuan ekspresif: pada usia ini, bayi belum dapat berbicara dengan lancar sehingga jika ia membutuhkan sesuatu atau dalam keadaan sakit, bayi hanya akan mengekspresikannya dengan menangis.

(Baca juga: gejala skizofrenia)

  1. Usia 6 bulan
  • Kemampuan reseptif: pada usia ini bayi sudah dapat mengenali namanya, sehingga ketika dipanggil namanya bayi akan mulai merspon dengan menoleh pada orang yang memanggil namanya
  • Kemampuan ekspresif: bayi sudah dapat mengeluarkan suara dengan suku kata gabungan dari huruf vokal dan konsonan seperti ma, wa, hu dan lain sebagainya.
  1. Usia 9 bulan
  • Kemampuan reseptif: balita sudah dapat mengerti kata- kata yang rutin dan sering diucapkan seperti dada, kiss bye.
  • Kemampuan ekspresif: balita sudah dapat mengucapkan gabungan vokal dan konsonan dengan jumlah suku kata yang lebih banyak seperti ma ma, da da.
  1. Usia 12 bulan
  • Kemampuan reseptif: balita sudah memahami dan mengikuti beberapa perintah sederhana seperti tepuk tangan, dada, kiss bye.
  • Kemampuan ekspresif: pada usia satu tahun atu 12 bulan, anak anda dapat bergumam dan mulai dapat mengucapkan satu kata seperti ya, nama panggilannya dan kata lain yang diucapkan khas oleh anak anda contohnya kata ‘ikut’ menjadi ‘iyok’.

(Baca juga: cara menghilangkan rasa takut berlebihan)

  1. Usia 15 bulan
  • Kemampuan reseptif: pada usia 15 bulan anak anda dapat menunjuk anggota- anggota badan seperti hidung, mulut lutut, mata dan tangan.
  • Kemampuan ekspresif: pada usia ini anak anda dapat menghafal beberapa kata secara perlahan-lahan.
  1. Usia 18-24 bulan
  • Kemampuan reseptif: pada usia ini, anak anda dapat mengerti beberapa kalimat sederhana dan mampu menanggapi kalimat tersebut walaupun artinya belum sesuai.
  • Kemampuan ekspresif: anak anda mulai dapat merangkai dua kombinasi kata walaupun kadang- kadang digunakan untuk merespon pertanyaan yang kurang berhubungan dengan jawaban anak anda.
  1. Usia 24-36 bulan
  • Kemampuan reseptif: anak anda dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai dan mengerti 50% kata yang diucapkan. Selain itu, anak anda dapat mengikuti 2 langkah perintah secara berurutan.
  • Kemampuan ekspresif: anak anda dapat membuat 3 atau lebih kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat dan sudah mulai dapat bertanya kata tanya ‘apa’.

(Baca juga: penyebab down syndrome)

  1. Usia 36-48 bulan
  • Kemampuan reseptif: pada usia ini, sebagian besar anak sudah mulai mengerti kata- kata yang diucapkan orang lain, sekitar 75% kalimat yang diucapka oleh orang tua atau orang sekitar dapat mereka pahami.
  • Kemampuan ekspresif: anak anda sudah mulai dapat menanyakan kata tanya’mengapa’. Dan biasanya pada usia ini anak anda akan banyak bertanya pertanyaan mengapa hal ini begini, mengapa hal itu begitu. Keadaan ini adalah normal karena sesuai dengan perkembangan pikiran dan mental anak anda yang selalu ingin tahu pada usia tersebut. Selain itu, anak anda mulai dapat berbahasa yang mulai dapat dimengerti dengan menggunakan lebih dari 4 kata.
  1. Usia 48-60 bulan
  • Kemampuan reseptif: pada usia ini, anak anda sudah pandai dan mengerti banyak kalimat panjang. Kalimat yang diucapkan orang lain dapat 100% mereka.
  • Kemampuan ekspresif: pada usia ini anak anda sudah mulai dapat menyusun kalimat dengan baik dan maknanya sesuai dengan fungsi kognitif dan pengetahun yang dimiliki anak anda.
  1. Usia 6 tahun

Pada usia 6 tahun anak anda dapat mengucapkan bahasa dengan jelas dan sudah dapat berkomunikasi dengan baik sehingga pada usia ini merupakan usia sekolah pada anak.

(Baca juga: anak adhd)

Cara Mengatasi Autisme

Penanganan bagi anak autis harus diberikan sejak awal agar penanganannya bisa cepat memberikan hasil dan tidak memakan waktu yang lama. Selain itu, terapi dapat dilakuan secara terarah sesuai dengan keterlambatan perembangan yang dialami anak. Contohnya jika anak belum bisa berbicara dan berbahasa dengan lancar maka harus dilakukan terapi bicara dan berbahasa. Anak yang belum bisa menulis dan membaca pada usia sekolah dapat dilakukan terapi menulis dan membaca untuk melatih kemampuan motoris halus.

Terapi autis bagi anak dapat memberikan manfaat yang optimal ketika diberikan pada usia balita terutama saat anak berusia dibawah 3 tahun. Otak anak dibawah 3 tahun masih dapat berkembang sehingga sel saraf yang mati masih dapat digantikan oleh sel otak yang baru. Lewat dari usia 3 tahun, sel otak tidak akan bertambah namun hanya sinap atau hubungan atau sarah saya yang berkembang. Berikut adalah beberapa penanganan yang dapat diketahui orang tua anak autis.

  1. Terapi wicara

Terapi wicara adalah terapi yang diberikan untuk melanarkan otot- otot disekitar mulut anak sehingga membantu anak untuk berbicara. Terapi bicara diberikan dengan melatih otot mulut dan otot yang berperan dalam menghasilkan suara dan latihan penguapan atau artikulasi.

  1. Terapi biomedik

Terapi biomedik dilakukan dengan menangani faktor-faktor yang bersifat merusak seperti keracunan logam berat, allergen, makanan. Harus diselidiki apakah makanan yang dikonsumsi si anak mengandung bahan yang beracun atau tidak cocok bagi anak. Makanan yang menyebabkan gejala autis semakin meningkat harus dieliminasi sehingga tidak mengganggu fungsi saraf pusat. Deteksi yang lebih mendalam adalah dengan melakukan pemeriksaan pada darah, urin, rambut serta feses.

  1. Terapi makanan

Terdapat beberapa makanan yang kurang cocok bagi anak yang mengalami kelainan autis. Orang tua harus jeli dan cermat dalam mengawasi makanan serta tingkah laku yang timbul setelah mengonsumsi makanan tersebut. Apabila setelah mengonsumsi suatu makanan kemudian anak menjadi berperilaku hiperaktif, dapat dilakukan penyesuaian menu makanan. Berikut adalah beberapa contoh diet bagi anak penyandang autis.

(Baca juga: makanan penyebab alergi kulit)

Diet tanpa Gluten dan Kasein

Gluten adalah karbohidrat yang terkandung dalam gandung dan tepung. Sedangkan kasein adalah protein yang terkandung dalam susu. Orang tua dapat menghindarkan makanan yang mengandung gandung, tepung terigu dan susu selama 1-3 minggu. Jika anak tidak mengalami perbaikan gejala autis maka diet ini dapat dihentikan. Namun, jangan berikan makanan yang mengandung banyak pengawet seperti nugget, sosis, sayuran olahan dan makanan kaleng seperti sarden dan kornet. Makanan- makanan tersebut mengandung banyak bahan kimia untuk sebagai pengawet, penambah rasa, dan penambah warna karena tidak baik bagi kesehatan pada tubuh anak anda.

Sumber karbohidrat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak penyandang autis adalah beras, singkong, ubi, jagung, tepung beras, tapioka dan umbi-umbian. Sedangkan sumber makanan yang mengandung protein baik bagi anak autis adalah susu kedelai, daging segar tanpa pengawet, makanan laut segar bebas merkuri, unggas, telur, kacang-kacangan, brokolo, kangkung, timun, tomat dan wortel. Anda juga dapat memberikan buah- buahan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan minerat seperti apel, anggur, pepaya jeruk, pisang.

  • Menu makanan bebas jamur

Menu ini diberikan pada anak autis dengan infeksi jamur. Beberapa makanan yang harus dihindari adalah makanan fermentasi dengan jamur seperti, roti, biskuit, tempe, pastry, makanan olahan, dan makanan yang mengandung banyak MSG, semua jenis jamur baik itu jamur es, jamur kancing, jamur merang dan lain sebagainya.

  • Diet bagi anak autis dan intoleransi makanan

Tiap anak memiliki kecenderungan alergi dan mempunyai intoleransi yang berbeda satu sama dengan yang lain. Penanganan antara anak autis yang alergi dan yang tidak kurang lebih sama, yaitu dengan menghindari makanan yang memang diketahui menyebabkan gejala alergi. Gejala alergi meliputi gatal- gatal pada kulit, bentol-bentol serta sesak nafas. Begitu juga anak yang intoleransi terhadap makanan biasanya yang sering intoleran adalah makanan yang mengandung laktosa seperti susu. Anda perlu mengganti susu yang khusus.

(Baca juga: makanan penyebab alergi gatal)

Aturan Pemberian Makanan pada Anak Penyandang Autis

  • Berikan makanan dengan kandungan gizi yang lengkap dan seimbang sehingga sel- sel tubuh anak dapat tumbuh dan berkembang.
  • Makanan yang mengandung banyak gula sebaiknya dihindari agar anak tidak terlalu hiperaktif. Orang tua dapat mengganti gula yang dikonsumsi anak menjadi fruktosa karena penyerapannya lebih lambat dibandingkan dengan gula/sukrosa.
  • minyak yang digunakan sebaiknya adalah minyak jangung atau minyak sayur, minyak kelapa karena mengandung banyak vitamin, mineral serta antioksidan.
  • Berikan cukup serat sekitar 3-5 porsi sehari agar pencernaan anak anda tetap sehat.
  • Berikan makanan bebas pengawet, penambah rasa dan pewarna buatan.
  • Perhatikan label pada kemasan apakah kandungannya tepat bagi anak anda dan yang pastinya tidak kadaluarsa.
  • Berikan makanan yang bervariasi agar anak tidak bosan.
  • Hindari makanan yang cepat saji namun ganti dengan makanan yang lebih sehat seperti sayur dan buah.

Itulah beberapa penjelasan mengenai autis mulai dari penyebab hingga penanganannya. Anak autis berbeda dengan anak yang normal namun mereka bukan anak yang cacat. Anak autis adalah anak spesial yang juga memerlukan perhatian dan asuhan yang khusus.

Sama seperti mengasuh anak yang normal, pemberian stimulus yang positif pada usia dibawah 3 tahun sangat membantu mempengaruhi kecerdasan mental dan pikirannya. Karena itu, banyak- banyaklah berinteraksi dengan bayi anda terutama saat berusia kurang dari 3 tahun karena itu adalah golden period bagi bayi anda yang tidak dapat diulangi lagi.

(Baca juga: makanan yang dapat menyebabkan gatal pada kulit)

Anda tidak perlu menghamburkan banyak uang untuk memasukan anak anda ke berbagai macam les privat saat mereka sudah usia sekolah. Cukup berikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada saat anak anda berada pada masa periode emasnya.