Masalah perkembangan mental yang terjadi pada anak sering ditemukan di Indonesia bahkan dunia. Namun banyak orang tua yang cenderung menganggap biasa dari gejala awal gangguan perkembangan mental. Banyak orang tua menganggap itu bagian dari ketikdaktahuan atau merupakan proses belajar yang akhirnya akan membuat anak normal. Padahal ada banyak hal yang dapat mempengaruhi perkembangan mental anak. Selain faktor lingkungan (terutama orang tua), faktor lain adalah riwayat kehamilan saat anak dalam kandungan, riwayat penggunaan obat, riwayat genetik, riwayat trauma serta faktor penyakit fisik dan masalah gizi yang terjadi pada anak. (Baca juga: Faktor penyebab lemah mental)
Perlu diketahui bahwa dalam menilai derajat kesehatan anak dinilai dengan melihat perkembangan fisik (berat badan dan gizi) terhadap usia, serta perkembangan mental anak yang harusnya sesuai dengan pertambahan umur anak. Namun kadang orang tua lebih mementingkan salah satunya, terutama spek gizi dibanding mental anak. Padahal keduanya tidak bisa dipisahkan. Beberapa hal yang cenderung sering terjadi dalam gangguan perkembangan mental anak, antara lain:
1. Ganguan cemas (Ansietas)
Mungkin kita menganggap perasaan cemas itu biasa dialami. Namun keadaan ini bisa terjadi secara berlebihan dan sering bahkan sampai mengganggu aktivitas sosial anak, sehingga dikatakan sebagai gangguan cemas. Gangguan cemas pada anak terjadi akibat adanya rasa tertekan pada anak, akibatnya anak-anak selalu merasa mengkhawatirkan hal yang belum pasti hasilnya. Bahkan walaupun hal yang menjadi penyebab kekhawatiran sudah dilewati, bahkan anak tetap mengalami rasa cemas. Faktor yang menyebabkan ada banyak hal, mulai dari genetik, orang tua, bahkan lingkungan sehari-hari dalam interaksi anak di luar rumah.
Di Indonesia, kesadaran orang dewasa terhadap mental anak kadang dianggap biasa, padahal tanpa diketahui bahwa perkataan dan perilaku orang dewasa kadang memicu mental anak menjadi mudah cemas dan tertekan. (Baca juga: Jenis-jenis penyakit fobia – Penyebab orang jadi gila)
2. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) atau dalam bahasa Indonesia biasa dikenal dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Gangguan ini bersifat neurobihavioral, dimana anak akan terasa sulit diatur (dalam hal ini anak cenderung seperti terkesan tidak perduli atas nasehat dari orang tua atau guru). Biasanya anak akan tampak sulit fokus pada suatu hal dan kemudian berpindah ke hal lain lagi untuk dilakukan. Akibatnya anak akan sulit menyelesaikan suatu target atau pekerjaan yang diharapkan. Selai itu, anak akan cenderung mudah teralihakan pada hal lain dan tampak sulit diam. (Baca juga: Penyebab gangguan jiwa)
Anak cenderung seperti melakukan hal-hal yang biasanya kita anggap tidak perlu dilakukan (misalnya anak sering menggerak-gerakkan tangan dan kaki secara tak jelas, atau berbicara seperti asal saja). Anak juga akan tampak seperti terburu-buru, walaupun belum jelas apa yang akan dikerjakannya. Diduga hal yang menjadi faktor penyebab adalah genetik, serta faktor gengguan yang terjadi saat hamil (konsumsi obat-obatan,alkohol dan zat lain). Yang kemudian akan mengganggu fungsi sel otak. (Baca juga: Jenis-jenis kepribadian)
3. Autisme
Austic Spectrum Disorder (ASD) atau biasa disebut Autisme, merupakan gangguan yang dialami anak dalam hal sosialisasi, tingkah laku dan berbicara. Anak dengan autisme cenderung tampak seperti sibuk dalam dunianya sendiri.
Ketika anak tersebut melakukan suatu hal, anak tersebut akan sulit dialihkan perhatiannya termasuk ketika kita ajak berbicara atau kita berikan interaksi. Anak tersebut hanya akan fokus pada apa yang disukainya, misalnya suatu mainan. Anak cenderung kurang menatap orang lain dan kemampuan berbahasanya cenderunng kurang dan sering mengulang beberapa kata. Faktor yang diduga menjadi penyebab masih belum dapat dipastikan. Namun faktor genetik ada pengaruh vaksin thimerosal, radiasi saat masih dalam janin dan faktor konsumsi asam folat saat dalam kandungan. (Baca juga: Cara mengatasi stress super ampuh)
4. Retardasi mental
Retardasi mental biasa disebut keterbelakangan mental (oligofrenia). Retardasi mental terjadi akibat gangguan perkembangan intelenjensia disertai mental anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Penyebabnya kemungkinan karena adanya proses patologis di otak yang disebabkan akibat infeksi, racun, trauma, gangguan gizi serta gen. Gangguan ini dapat dideteksi atau ditentukan dengan melakukan tes IQ dan keterampila pada anak, untuk melihat seberapa besar gangguan yang terjadi pada anak. (Baca juga: Depresi)
5. Gangguan makan
Gangguan makan sering terjadi pada anak sekitar seperempatdari seluruh anak. Masalah gangguan makan dialami dan dirasakan orang tua pada anaknya di seluruh dunia. Kesulitan makan, dijumpai pada anak dengan pola anak yang cenderung tidak mau atau menolak untuk makan. Jika makan, porsi yang dihabiskan tampak sedikit dibanding anak lain yang seusianya. Pada usia lebih muda, anak biasanya cenderung membuang makanan yang diberikan atau disuap, sulit mengunyah, dan cenderung mempermaikan makanan. Selain itu, anak juga bisa seperti tidak ada minat atau nafsu makan, atau suka memilih-milih makanan. Faktor yang bisa menyebabkan bisa karena adanya gangguan fisik oleh karena penyakit dan faktor psikologi anak. (Baca juga: Stres)
6. Gangguan artikulasi
Gangguan artikulasi (fonologi) merupakan gangguan yang terjadi pada anak dengan kesulitan bicara atau tergaganggu dalam mengucapkan bahasa. Padahal dalam usianya, harusnya anak tersebut sudah bisa mengucapkan secara jelas. Biasa disebabkan kelaianan genetik, organ bicara, emosi, serta motivasi berbicara. (Baca juga: Jenis-jenis penyakit sakit jiwa)
7. Diseleksia
Diseleksia merupakan gangguan yang berupa anak yang tidak dapat, atau kesulitan untuk membaca. Gangguan ini bisa tampak dengan melihat anak yang cenderung kesulitan mengenal huruf atau membedakan huruf. Dalam penggunaan kata atau proses membaca, anak biasanya lambat dalam membaca serta sering mengalami kesalahan dalam membaca. Gangguan ini bukan berarti anak tersebut bodoh atau sedang mengalami penyakit fisik yang mengganggu belajat (misalnya gangguan mata). Gangguan terjadi dalam otak ketika memproses informasi yang di terima ke otak. (Baca juga: Faktor penyebab lemah mental)
Penanganan pada anak dengan gangguan perkembangan mental banyak yang masih dapat di perbaiki atau dikoreksi, minimal gangguan yang dialami anak dapat berkurang. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan berkonsultasi bersama dokter kejiwaan dan dokter ahli anak, dengan obat medikasi (antidepresan, antiansietas, antipsikotik dan mood stabilizer), bimbingan serta pendampingan orang tua dan stimulasi lingkunga sekitar ke arah yanng positif. (Baca juga: Cara menjaga kesehatan mental)