Sakit jiwa merupakan salah satu kondisi gangguan mental yang termasuk sangat banyak dialami orang bahkan jumlah orang yang menderita sakit jiwa di Indonesia pun diketahui terus meningkat tiap tahunnya. Supaya kondisi mental dari si pasien sakit jiwa bisa normal kembali, maka biasanya terapi sakit jiwa pun dipilih sebagai pengobatannya.
(Baca juga: perbedaan sakit jiwa dan cacat mental – faktor penyebab lemah mental)
Untuk menangani penderita jenis-jenis penyakit sakit jiwa, maka terapi obat-obatan atau psikofarmakologi adalah cara yang termasuk ampuh. Terapi melalui pemberian obat-obatan biasanya memiliki tujuan supaya dapat menghilangkan gejala-gejala klinis pada gangguan fungsi neurotransmitter di dalam tubuh pasien. Pemberian terapi obat biasanya dilakukan dalam jangka waktu cukup lama, bisa berbulan-bulan dan bahkan bisa sampai bertahun-tahun.
Terapi satu ini memiliki maksud agar penderita mampu kembali melakukan adaptasi dengan lingkungan sosialnya serta dapat menjaga serta merawat diri sendiri. Terapi ini sangat penting bagi setiap penderita jenis gangguan kepribadian dan mental agar dirinya mampu meningkatkan sisi kemandirian dalam dirinya.
Ada banyak orang dengan masalah kesehatan mental tak bisa kalau tak dibantu oleh orang-orang sekitarnya dan inilah yang menyebabkan ketergantungan bagi si penderita. Terapi ini akan menolong si pasien supaya tidak tergantung pada siapapun sehingga juga pasien tak menjadi beban bagi keluarganya sendiri. Penderita yang menempuh terapi ini biasanya masih harus tetap menempuh terapi obat-obatan.
(Baca juga: ciri-ciri psikopat – cara menjaga kesehatan mental)
Psikoterapi merupakan jenis terapi yang pastinya juga dibutuhkan oleh setiap orang yang mengalami gangguan kesehatan pada mentalnya. Cara ini salah satu alternatif yang paling sering dipilih untuk mengatasi masalah kejiwaan seseorang demi memulihkan kondisi mental si pasien juga. Hanya saja, lihat dulu beberapa metode psikoterapi di bawah ini sebelum memutuskan mana yang paling tepat.
Terapi jenis ini adalah terapi yang mengutamakan metode berbicara secara terbuka dengan sang pasien. Pada cara ini, pasien akan dibuat sangat nyaman mengobrol dengan si terapis dan akhirnya pun pasien mampu mengutarakan isi pikiran dan perasaannya tanpa ada gangguan dari luar.
Ketika pasien merasa sudah nyaman dalam proses pengutaraan pikirannya, biasanya pola perilaku pasien tersebut akan terlihat secara tak sadar selama berlangsungnya terapi. Terapis akhirnya baru bisa membuat kesimpulan akan sumber masalah si pasien yang menjadi penyebab depresi. Setelah sumber masalah terdeteksi, terapis akan melakukan pengubahan perilaku abnormal pasien.
Terapi satu ini adalah terapi yang tujuannya adalah untuk menolong pasien dengan gangguan depresi dan cenderung berperilaku aneh. Dengan terapi ini, sang terapis akan mencoba mendalami pikiran dan perilaku ekstrem dari si pasien. Setelah itu, sang terapis akan mengajarkan penderita untuk mengembangkan kemampuan interpersonalnya dengan menirukannya supaya perilaku normal bisa kembali.
Untuk solusi sakit jiwa, terapi ini juga diperlukan sesuai keadaan si pasien karena dengan terapi ini biasanya pola pikir pasien dapat diubahkan dari yang negatif menjadi positif. Dari situlah kemudian perilaku pasien mampu berubah menjadi lebih baik dan tidak lagi kambuh-kambuhan.
Terapi ini tidaklah bertele-tele dan sangat praktis, hanya saja memang memerlukan kerjasama antara pasien dan terapis di mana terapis perlu mengamati dan kemudian membuat evaluasi perilaku pasien berdasarkan tugas yang disediakan. Biasanya penderita gangguan mood, fobia, dan anoreksia adalah yang paling cocok untuk menempuh metode terapi ini dengan masa terapi selama 7 bulan.
Jenis terapi ini biasanya adalah solusi bagi yang menderita depresi karena masalah interaksi dengan orang lain. Kelainan dalam berinteraksi akan dibedah melalui terapi ini, tentang apa saja penyebabnya dan bagaimana menyembuhkannya supaya bisa kembali normal. Selama 20 minggu, terapi perlu dilakukan oleh si pasien dengan tujuan supaya ada peningkatan pada kemampuan interpersonalnya.
(Baca juga: penyebab gangguan jiwa – jenis-jenis kepribadian)
Program rehabilitasi masih termasuk di dalam metode terapi sakit jiwa karena memang cara semacam ini dilakukan biasanya di institusi atau lembaga rehabilitasi di sebuah rumah sakit jiwa. Ada berbagai kegiatan dalam program terapi ini, seperti misalnya terapi kelompok dengan tujuan agar si penderita bisa terbebas dari stres.
Terapi kelompok juga ditujukan kepada pasien supaya ia mengerti jelas penyebab stres sehingga dapat diatasi dengan lebih baik. Melalui kegiatan kesenian, ibadah keagamaan, keterampilan, rekreasi, bercocok tanam, kursus-kursus tertentu dan juga terapi fisik seperti olahraga adalah yang biasannya diterapkan kepada pasien.
Terapi semacam ini biasanya berlangsung 3-6 bulan lamanya dengan evaluasi paling sedikit 2 kali, yaitu evaluasi tepat sebelum pasien berpartisipasi dalam program terapi berupa rehabilitasi ini serta evaluasi pasca pasien hendak dikembalikan ke sanak keluarga atau masyarakat. Dalam program rehabilitasi, dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan dan paling penting dalam membuat pasien cepat pulih.
Seperti namanya, Anda pasti sudah menduga bahwa terapi ini adalah terapi psikoreligius di mana terapi ini adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti berdoa, sembahyang dan juga ada pula pemanjatan puji-pujian terhadap Sang Pencipta, kajian kitab suci, maupun ceramah keagamaan. Pengalaman spiritual dibutuhkan oleh para penderita gangguan kesehatan mental. Percaya atau tidak, dengan terapi ini pikiran penderita akan terbiasa dekat dengan cahaya ilahi nantinya.
(Baca juga: penyebab orang jadi gila – perbedaan sakit fisik dan sakit mental)
Itulah serangkaian jenis dan metode terapi sakit jiwa yang paling bisa diandalkan oleh penderita gangguan mental dan jiwa. Terapi yang dipilih tentunya dapat disesuaikan dengan kondisi atau jenis dari sakit jiwa yang diderita.