Septum adalah sebuah tulang rawan yang membagi rongga hidung menjadi dua rongga atau dua saluran kanan dan kiri. Normalnya, septum membagi rongga hidung menjadi dua bagian yang sama besar. Namun ada beberapa hal yang kemudian menyebabkan septum tidak terletak di tengah atau mengalami pergeseran dan disebut deviasi. Deviasi septum menyebabkan rongga hidung tidak terbagi menjadi dua saluran yang sama besar. Jika septum bergeser ke sebelah kanan, maka rongga hidung sebelah kiri lebih besar, begitu pula jika septum bergeser ke kiri.
Pada beberapa kasus deviasi menyebabkan hidung terlihat bengkok. Namun, beberapa yang lain tidak terlihat. Padahal menurut para ahli THT, deviasi septum dapat ditemui pada 80% populasi. Semakin besar pergeseran, semakin besar gejala yang dirasakan dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Sebelum lebih lanjut membahas tentang deviasi septum, sebaiknya diketahui terlebih dahulu beberapa penyebab deviasi septum. Setelah dikelompokkan deviasi septum dapat disebabkan oleh :
Pada beberapa orang, deviasi septum terjadi karena kelainan kongenital atau kelainan yang dibawa sejak lahir. Kelainan ini bukan merupakan kelainan genetik, tapi sebuah trauma hidung yang terjadi pada saat proses persalinan. Khususnya persalinan normal. Ketika persalinan, ada kemungkinan septum yang merupakan tulang rawan mengalami patah mikroskopis. Dapat juga tulang hidung tidak patah tetapi bergeser ketika persalinan.
Orang yang ketika lahir septumnya normal, mungkin mengalami deviasi septum ketika tumbuh besar atau dewasa. Deviasi septum dapat terjadi karena cedera hidung di mana hidung yang mengalami benturan keras, kecelakaan mobil, dan terjatuh karena aktivitas olah raga dapat mengalami deviasi. Sebagian orang tidak merasakan hal ini terjadi. Karena itu bisa dicegah dengan mengetahui penyebab timbulnya cedera pada olah raga.
Tak hanya faktor penyebab yang telah disebutkan tersebut, ada pula beberapa faktor risiko lainnya yang sebaiknya diketahui sekaligus diwaspadai, seperti:
Perhatikan setiap penyebab tersebut dan pastikan untuk menanganinya secara tepat atau gangguan tidur serta mulut kering menjadi bahaya komplikasi yang menyerang Anda di kemudian hari. Komplikasi lain yang juga cukup mengganggu dan membahayakan kesehatan pernapasan Anda adalah ketika bagian dalam hidung mengalami tekanan sekaligus terus-menerus macet.
Telah dikatakan bahwa deviasi septum dialami hampir sebagian orang. Sebagian orang tidak menyadarinya karena deviasi yang sedikit tidak membahayakan. Untuk mengetahui tingkat deviasi septum yang dialami, maka perlu diketahui gejalanya. Gejala-gejala orang yang menderita deviasi septum, yaitu :
Deviasi septum menyebabkan salah satu rongga hidung lebih kecil dari yang lain. Ini menyebabkan seseorang kesulitan bernapas melalui satu rongga hidung. Akibatnya, penderita deviasi septum akan selalu atau lebih sering tidur menghadap satu sisi, di mana tidak menekan sisi rongga hidung yang lebih kecil. Ini dilakukan agar pernapasannya selama tidur lebih lancar dan nyaman.
Deviasi septum menyebabkan dinding hidung bagian dalam menjadi tidak dalam posisi seharusnya. Terkadang hal ini menjadi penyebab sakit kepala terus menerus pada penderita dalam posisi-posisi tertentu.
Dinding hidung bagian dalam yang tertarik atau tertekan karena deviasi septum juga menyebabkan nyeri pada wajah. Mirip dengan sinusitis, nyeri pada wajah terdapat di sekitar atas pipi dan di bawah mata atau tulang pipi sakit.
Bagian rongga hidung yang lebih kecil otomatis tidak dapat melakukan pernapasan secara normal atau mengalami penyumbatan. Penyumbatan akan besar jika deviasi bergeser sangat jauh dari normal. Hidung tersumbat sebelah kiri tapi tidak pilek mengakibatkan penderita mengalami kesulitan bernapas normal.
Hidung atau rongga hidung salah satunya adalah melembabkan seluruh bagian pernapasan. Deviasi menyebabkan rongga hidung cenderung menjadi kering karena fungsinya tidak maksimal. Hidung yang demikian mudah menyebabkan iritasi dan mimisan atau keluarnya darah dari dalam hidung.
Gejala yang paling umum ditemui dari penderita deviasi septum adalah mendengkur saat tidur akibat hidung mampet saat tidur. Dengkuran atau bunyi yang terjadi saat tidur terjadi karena pernapasan tersumbat. Tidak lancar ketika melalui rongga hidung yang kecil. Keras halusnya bunyi dengkuran tergantung pada seberapa banyak hidung tersumbat atau seberapa kecil rongga hidung yang dilalui.
Penderita deviasi septum yang rongga hidungnya sangat kecil, kesulitan bernapas normal. Akibatnya, penderita akan lebih banyak bernapas melalui mulut. Pernapasan melalui mulut akan menimbulkan suara terengah-engah atau seperti orang kelelahan setelah bekerja atau menempuh perjalanan jauh.
Bernapas melalui mulut akan menyebabkan mulut menjadi kering karena mulut tidak berfungsi melembabkan udara seperti halnya hidung. Mulut yang kering dapat menimbulkan bau kurang sedap.
Tidak semua penderita deviasi septum penciumannya berkurang. Deviasi septum hanya menimbulkan gejala penciuman berkurang jika deviasi septum sudah cukup parah.
Gejala sinusitis atau infeksi sinus adalah infeksi pada rongga sinus, yaitu rongga yang terletak antara belakang tulang pipi dan tulang dahi. Jika penderita deviasi septum mengalami sinusitis, maka ada kemungkinan infeksi dapat berulang, meskipun sudah dioperasi.
Gejala-gejala di atas biasanya digunakan oleh dokter langsung untuk menegakkan diagnosis. Karena rongga hidung terletak hampir di luar tubuh, maka dapat dengan mudah terlihat. CT scan dilakukan untuk penanganan lebih lanjut deviasi septum.
Kapan seharusnya memeriksakan diri ke dokter?
Ketika infeksi sinus terjadi berulang dan obat-obatan alami pelega saluran pernapasan kurang begitu mempan sehingga Anda masih mengalami lubang hidung yang terblokir, segera temui dokter agar masalah tidak makin serius. Seringnya mimisan juga sebaiknya langsung dibawa ke dokter apabila juga disertai dengan sulit bernapas dan lebih sering bernapas melalui mulut.
Setelah gejala muncul, penting bagi penderita untuk segera menemui dokter dan dokter pun biasanya akan menyarankan bagi pasien supaya menempuh beberapa metode diagnosa. Tujuan pemeriksaan atau metode diagnosa adalah untuk memastikan apakah gejala benar-benar merujuk pada kondisi deviasi septum. Metode diagnosa deviasi septum pada umumnya antara lain sebagai berikut:
Dengan mengetahui gejala-gejala yang dialami penderita, dokter mendiagnosis septum. Diagnosa juga dilakukan ditambahkan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, penderita akan mendapatkan pengobatan seperti di bawah ini :
Pemberian obat adalah tahap pertama dari pengobatan deviasi septum. Obat digunakan untuk mengurangi kemudian menghilangkan gejala. Obat yang digunakan secara umum adalah obat untuk jaringan hidung bengkak, dan obat alergi. Contoh obat tersebut adalah obat yang mengandung dekongestan, antihistamin, dan steroid hidung.
Jika obat tidak menghilangkan dan mengurangi gejala, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan seperti CT Scan. Selanjutnya dokter akan melakukan pembedahan septoplasti di mana tindakan medis ini adalah berupa pembedahan. Septoplasti dilakukan dengan anastesi lokal atau umum dan termasuk operasi plastik.
Operasi yang memungkinkan dokter untuk memangkas, memindahkan posisi atau mengganti tulang rawan agar letaknya normal kembali. Terkadang dokter juga melakukan jahitan dan splint silicon untum menahan agar selaput dan septum tetap berada di tempatnya hingga benar-benar pulih dan normal. Tentu saja pembedahan metode septoplasty mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga perlu adanya konsultasi detil dengan dokter Anda mengenai hal ini.
Deviasi septum mungkin tidak termasuk kategori berbahaya pada posisi tertentu, namun, pasti akan menimbulkan ketidaknyamanan. Bagi orang yang terlahir dengan posisi normal hendaknya beraktivitas hati-hati agar tidak membuat cedera hidung dan meningkatkan resikop deviasi septum. Dengan mengetahui penyebab dan gejalanya, hendaknya membuat kita lebih waspada. Jika menemukan gejala satu atau lebih dari deviasi septum segeralah pergi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan segera.