Akhir-akhir ini telah banyak merebak kabar tentang kehadiran sebuah penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus yang bernama zika. Ya, mungkin sebagian kalangan merasa asing dengan virus tersebut, akan tetapi virus ini telah diketemukan sejak berpuluh-puluh tahun lalu, yaitu sekitar tahun 1947. (baca juga: bahaya demam berdarah)
Virus zika berasal dari genus flavivirus dan dari famili flaviviridae. Ini merupakan sebuah virus yang dapat menyebabkan timbulnya sebuah gejala yang dinamakan demam zika atau penyakit zika (zika diseasea). Virus zika ditularkan kepada orang-orang melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi virus tersebut. Pada umumnya nyamuk tersebut berasal dari spesies Aedes, seperti Aedes Aegypti serta Aedes Albopictus yang telah dikenal sebagai penyebar virus dengue penyebab demam berdarah dan cikungunya. Ketika nyamuk menggigit orang yang terinfeksi virus zika, dari situ mulailah siklus penyebaran virus berbahaya tersebut. Nyamuk yang menggigit orang yang terinfeksi virus zika tersebut akhirnya juga terinfeksi oleh virus tersebut, dan pada saat nyamuk itu menggigit orang lain yang sehat, maka akhirnya orang tersebut berpotensi untuk mengalami infeksi virus yang sama.
Virus Zika pertama kali ditemukan pada tahun 1947 pada seekor monyet resus di sebuah hutan di Uganda, dan akhir-akhir ini, virus zika telah banyak menyebar ke berbagai penjuru dunia. Misalnya saja pada tahun 2015 lalu, virus zika telah berhasil tersebar di wilayah negara brazil, dan di awal tahun 2016 ini, penyebaran virus tersebut telah sampai di wilayah Amerika bagian Utara dan selatan, oceania, Karibia, Afrika, dan wilayah Asia. Bahkan di Indonesia, wabah infeksi zika telah ditemukan sejak tahun 2015 silam, yaitu di daerah Jambi. Adapun metode penyebaran bahaya virus zika di antaranya adalah :
Nyamuk merupakan perantara yang paling dominan dalam penyebaran virus berbahaya ini, sehingga perlu kewaspadaan ekstra bagi kita untuk bisa terhindar dari gigitan hewan tersebut. Nyamuk yang bisa menularkan virus zika ini adalah nyamuk-nyamuk yang telah terinfeksi virus zika, akan tetapi biasanya nyamuk tersebut berasal dari keluarga Aedes seperti Aedes Aegypty serta Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk tersebut pada umumnya akan aktif pada waktu siang hari, terutama pagi dan sore hari. (baca juga: bahaya obat nyamuk elektrik)
Meskipun masih jarang ditemukan, akan tetapi kasus penyebaran virus zika juga dapat terjadi dari seorang wanita hamil kepada janin yang dikandungnya. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam sebuah laman resminya menyatakan bahwa wanita hamil memiliki potensi berbahaya terbesar akibat serangan virus zika, di mana ketika seorang wanita hamil di diagnosa positif terinfeksi virus tersebut, maka besar kemungkinan untuk terjadi penularan virus tersebut kepada janin yang ada dalam kandungannya. Dan ketika virus zika telah menyerang jaringan otot serta sistem saraf termasuk sistem saraf pusat yang ada di otak janin, maka hal itu akan dapat meningkatkan resiko bayi lahir dalam kondisi yang tidak normal, yaitu bayi tersebut mengalami cacat mikrosefalus, yaitu suatu kondisi di mana ukuran otak lebih kecil dari ukuran normalnya.
Meskipun opini tersebut belum didukung oleh bukti-bukti yang ilmiah, akan tetapi kasus yang menyebar di negara Breazil pada tahun 2015 silam setidaknya telah memperkuat pendapat tersebut, di mana telah tercatat ribuan kasus penyakit zika yang lebih dari 500 kasus di antaranya adalah terjadi pada wanita hamil. Dan dari keseluruhan jumlah wanita hamil yang mengalami infeksi virus zika tersebut, 150 di antaranya melahirkan bayi dalam keadaan tidak normat, yaitu bayi mengalami cacat mikrosefalus. (baca juga: asbes payudara)
Selain kedua metode di atas, terdapat beberapa laporan yang menyatakan bahwa penularan virus zika dari orang yang satu kepada orang yang lainnya juga bisa terjadi melalui proses transfusi darah dan juga bisa melalui hubungang seksual. (baca juga: bahaya donor darah)
Telah diketahui bahwa penyebaran virus zika berasal dari keluarga yang sama dengan beberapa virus berbahaya lainnya seperti demam berdarah, cikungunya, serta penyakit kuning. Kemungkinan besar hal itulah yang menyebabkan beberapa persamaan di antara pasien yang mengalami penyakit-penyakit tersebut, terutama persamaan dalam hal gejala yang dialami oleh pasien. Beberapa persaaan tersebut antara lain adalah :
Meskipun belum dapat diketahui dengan pasti, masa inkubasi virus zika hampir sama dengan masa inkubasi virus dengue, yaitu sekitar 2 hingga 7 hari pasca gigitan nyamuk. Masa inkubasi adalah masa di mana proses penularan (penyebab penyakit) mulai masuk ke dalam tubuh pasien hingga timbulnya penyakit itu sendiri. Bisa dikatakan bahwa ini adalah masa tunas dari penyebaran virus tersebut. (baca juga: penyebab flu)
Selain masa inkubasi, banyak pakar kesehatan yang menyatakan bahwa seorang pasien yang didiagnosis mengalami infeksi virus zika biasanya memiliki beberapa gejala atau tanda-tanda yang hampir mirip dengan pasien yang mengalami infeksi virus dengue dan cikungunya. Meskipun pada umumnya gejala yang dialami oleh pasien bersifat ringan, akan tetapi gejala tersebut bisa berlangsung selama beberapa hari. Adapun gejala tersebut di antaranya adalah :
Akan tetapi sebenarnya ada beberapa gejala yang dapat membedakan antara keluhan penyakit demam berdaran dan penyakit zika, yaitu :
Banyak pakar kesehatan yang menyatakan bahwa penyakit zika bukanlah suatu penyakit yang berbahaya, dan sampai saat ini belum ada kasus kematian yang timbul akibat penyakit tersebut, kecuali timbulnya beberapa gangguan atau masalah seperti gangguan pada otot dan sendi, timbulnya ruam, sakit kepala atau pusing yang hebat, serta rasa tidak nyaman pada bagian perut. Akan tetapi hal yang perlu diwaspadai adalah ketika penyakit ini menyerang pada wanita hamil, di mana hal itu bisa berpengaruh pada kondisi janin dalam kandungannya. CNN telah memberitakan bahwa telah terjadi peningkatan resiko kelahiran bayi dengan mikrosefalus selama tahun 201 hingga awal tahun 2016 ini, yaitu sekitar +/- 4000 an kasus. (baca juga: imunisasi campak)
Karena gejala yang dialami pasien infeksi zika memiliki kemiripan dengan beberapa penyakit lain seperti demam berdarah, maka diperlukan diagnosa yang tepat untuk memastikan apakah pasien tersebut positif mengalami infeksi virus zika ataukah tidak. Beberapa jenis tes mungkin akan dilakukan oleh dokter, seperti :
Pengobatan Penyakit Zika
Hingga saat ini belum ditemukan jenis vaksin maupun obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit zika. Dalam beberapa kasus, pasien yang mengalami infeksi virus ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan bantuan obat-obatan apapun. Upaya penanganan pasien dengan penyakit zika yang selama ini dilakukan adalah untuk mengurangi gejala yang dialami pasien, seperti :
Keberadaan nyamuk dan tempat-tempat perkembangbiakan mereka menjadi faktor penting bagi penyebaran virus zika. Untuk itu, perlu adanya upaya serta langkah-langkah pencegahan untuk meminimalisir penyebaran virus tersebut, yaitu :
2. Menghindari kontak dengan nyamuk, seperti dengan :
3. Meningkatkan daya tahan tubuh
Tubuh yang memiliki daya tahan yang kuat bisa membantu meminimalisir terjadinya infeksi akibat virus, seperti virus zika. Untuk itulah mengapa sangat diperlukan bagi kita untuk menjalankan pola hidup yang sehat, seperti :
Ingatlah! Penyebaran virus zika tidak memandang usia, siapapun bisa menjadi korban. Jadi, sangat penting bagi siapa saja untuk berusaha mencegah penyebarannya. Badan Kesehatan Dunia seperti WHO (World Health Organization) juga telah mengeluarkan penyataan bahwa keberadaan virus zika merupakan kondisi darurat bagi kesehatan global. Hal itu menandakan bahwa setiap negara haruslah selalu waspada terhadap wabah virus tersebut dan yang paling penting adalah bahwa setiap negara harus melakukan upaya yang nyata guna menekan serta mencegah penyebaran virus Zika. Waspadalah!