Tiap puskesmas di Banyuwangi nampaknya kini sedang giat melakukan berbagai inovasi kegiatan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakatnya. Seperti kita tahu, masalah gizi buruk di beberapa wilayah Indonesia masih menjadi perhatian dan salah satunya pun di Banyuwangi.
Itulah mengapa diadakan kegiatan bertajuk ‘Lomba Balita Kurang Gizi’ yang memang terbilang unik di mana Puskesmas Singotrunan-lah yang menggelarnya sebagai bagian dari inovasi SIRAMI GIZI atau Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi menurut lansiran dari Detik Health. Kalau banyak wilayah melombakan balita sehat, justru di sini baru kita temukan adanya lomba balita kurang gizi.
Menurut dr Widji Lestarioni selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, lomba ini bukan berfokus pada kontes kurang gizinya, melainkan lebih kepada bagaimana puskesmas mampu mendeteksi siapa saja balita yang kekurangan gizi lalu mendatanya. Setelah didata, barulah pihak puskesmas mampu memberi makanan tambahan sebagai intervensi.
Masyarakat kita perlu mengetahui apa saja penyakit akibat gizi buruk yang umum terjadi pada balita dan perlu segera ditangani bahkan dapat oleh puskesmas terdekat.
Kekurangan vitamin tertentu mampu membuat tumbuh kembang anak pun dapat mengalami hambatan, seperti timbulnya beberapa gangguan kesehatan menurut kondisi kekurangan vitamin tertentu:
Kekurangan yodium dapat berakibat pada timbulnya gondok, di mana gejala paling khas adalah kelenjar tiroid yang membengkak, tubuh lemah dan lesu, mudah merasakan kedinginan, dan juga memiliki metabolisme tubuh yang cukup rendah. Untuk mengatasinya, mengonsumsi makanan beryodium adalah yang bisa dilakukan.
Akibat kekurangan kalori dan protein yang terlampau serius, penyakit marasmus dapat terjadi dengan tanda anak memiliki berat badan lebih rendah 80 persen dari normalnya. Ia akan nampak begitu kurus, kulit bersisik karena kering, otot mengecil, hingga kelonggaran kulit.
Penyakit ini berhubungan erat dengan kondisi kekurangan protein akut di mana tanda seseorang mengalami gizi buruk ini adalah perut yang membuncit, rambut menipis, kasarnya tekstur rambut, hingga pembesaran hati. Namun dermatitis dan juga gigi yang mudah lepas pun termasuk gejala kwashiorkor.
Penyakit kurang gizi pada bayi dan balita yang juga bisa terjadi adalah anemia, baik itu kekurangan vitamin B12 maupun mineral zat besi. Ketika anemia menyerang, maka tubuh akan melemah dan bahkan melakukan aktivitas harian pun dapat terhambat.
Kekurangan kalium dapat menyebabkan hipokalemia di mana penyakit ini juga sering dianggap sebagai risiko komplikasi dari kondisi diare maupun dehidrasi. Biasanya akan ditandai dengan sembelit, gangguan tekanan darah, dan kram otot.
Hiponatremia dapat terjadi sebagai akibat dari kekurangan natrium. Gejala umum ketika seseorang mengalami hiponatremia adalah sakit kepala, mual yang juga dapat disertai dengan muntah-muntah. Penyakit ini termasuk pula golongan gangguan elektrolit parah yang memang perlu segera diatasi.
Gangguan psikologis pada anak pun sebenarnya bisa jadi merupakan dampak dari gizi buruk yang dialaminya. Kemampuan adaptasi anak yang buruk ditambah perkembangan secara menyeluruh akhirnya menjadi kurang baik. Bahkan pertumbuhan yang terhambat ditambah gangguan hiperaktif menurut penelitian pun termasuk akibat gizi buruk.
Jangan lupakan stunting karena salah satu dampak gizi buruk jangka panjang adalah stunting sehingga anak tak mampu tumbuh dengan normal. Berat badan sekaligus tingginya akan berada di bawah normal anak-anak seusianya. Tak hanya secara fisik, stunting pun mampu menghambat tumbuh kembang otak dan intelektual anak.
Lomba anak kurang gizi di Banyuwangi terdapat kader-kader kesehatan yang mendata kondisi anak-anak tersebut di mana evaluasinya terkumpul per bulan dan akan ditimbang di puskesmas. Untuk kenaikan berat yang paling banyak dan berprogres cepat, maka anak itu yang menang. Itulah kenapa pemberian ASI ekslusif, pemberian MPASI yang tepat, serta pengolahan makanan sendiri untuk anak penting dalam mencegah berbagai penyakit kekurangan gizi pada anak tersebut.