Kamis (10/10) Kementerian Kesehatan Singapura memberikan pengumuman perihal rencananya untuk melarang iklan produk minuman manis yang bertujuan utama melawan diabetes. Ini karena diketahui bahwa angka konsumsi gula warga Singapura cukup tinggi sehingga perlu diturunkan dengan mengadakan larangan iklan minuman-minuman manis.
Pada rencana kebijakan oleh Kementerian Kesehatan Singapura akan meliputi kewajiban pemasangan label peringatan kesehatan pada setiap produk minuman bergula tinggi untuk dapat diperhatikan para pembeli dan pengonsumsi produk tersebut. Tak hanya pelarangan iklan sekaligus pemasangan label peringatan, pajak cukai pun akan dikenakan pada beberapa produk minuman manis.
Sejumlah warga Singapura pun tampaknya akan cukup kecewa karena beberapa produk bahkan penjualannya akan dilarang. Menurut lansiran Reuters pada Jumat (11/10), pihak Kementerian Kesehatan Singapura pun mengatakan akan mengenalkan larangan iklan produk berpemanis tak sehat serta minuman soda ke seluruh platform media massa lokal seperti media online, cetak, dan siaran.
Bahaya minum minuman manis apalagi setiap hari dan berlebihan sama tingginya dengan bahaya makan manis karena asupan gula yang tinggi dalam jangka panjang mampu berpengaruh pada kesehatan, seperti:
Seperti alasan utama Kementerian Kesehatan Singapura dalam melarang iklan minuman-minuman manis, diabetes adalah penyakit serius yang menjadi momok. Menurut penelitian dari kerja sama antara Brigham and Women’s Hospital dengan Harvard School of Public Health di tahun 2010, konsumsi teratur 1-2 kaleng minuman manis atau minuman soda sehari mampu menaikkan risiko terkena diabetes tipe 2 sampai 26 persen daripada orang-orang yang jarang mengonsumsinya.
Minuman manis apapun bentuknya jika dikonsumsi berlebihan dan terlalu sering jelas mampu menyebabkan kerusakan pada gigi. Enamel gigi dapat terkikis oleh pemanis yang kita asup terus-menerus. Mulut pun jadi punya tingkat keasaman tinggi sehingga risiko gigi rusak jadi lebih besar juga.
Menurut hasil studi yang dilakukan 20 tahun hasil terbitan New England Journal of Medicine dengan melibatkan 120 ribu orang wanita dan pria menyatakan kalau seporsi minuman manis yang dikonsumsi per hari sangat berpotensi meningkatkan risiko kenaikan berat badan. Dalam waktu 4 taun barulah nampak kenaikan berat badan partisipan secara signifikan.
Tentu saja studi ini membandingkan antara orang-orang dengan asupan minuman manis per hari dengan orang-orang yang tidak menambah asupan minuman manis. Pada studi yang lain, terbukti kalau konsumsi per hari 12 ons soda mampu menaikkan berat badan anak selama 18 bulan dengan besar 60 persen.
Mengonsumsi satu kaleng minuman manis per hari terbukti mampu menaikkan risiko asam urat pada wanita sebesar 75 persen ketimbang wanita yang tak pernah atau jarang mengonsumsinya menurut sebuah studi yang dilakukan 22 tahun pada 80 ribu orang wanita. Risiko asam urat akibat minum minuman manis juga sama tingginya pada pria menurut para peneliti.
Ada hubungan signifikan antara minuman karbonasi atau minuman manis dengan kerusakan otot sekaligus kondisi patah tulang pada remaja menurut hasil studi terbitan Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine pada tahun 2000. Hal ini terbukti dari pengamatan selama 4 minggu secara rutin konsumsi minuman yang mengandung gula tinggi.
Pada tahun 2010, sebuah hasil studi pada 60.524 partisipan selama 14 tahun oleh University of Minnesota pun membuktikan kalau konsumsi minuman manis seperti soda seminggu setidaknya 2 kali saja pun bisa memperbesar potensi terserang kanker pankreas sampai 2 kali lipat. Jadi, minuman manis pun bisa berujung pada kanker lho.
Selama 2 dekade, sebuah studi di Harvard yang melibatkan 40 ribu partisipan juga turut membuktikan kalau konsumsi sekaleng minuman manis per hari pada pria dapat meningkatkan risiko serangan jantung sebanyak 20 persen ketimbang pada para pria yang jarang minum minuman-minuman bergula tinggi. Maka kita tahu pula bahwa serangan jantung juga bisa terjadi pada pria yang gemar minum minuman manis setiap hari.
Keputusan ini berkaitan erat dengan tingkat diabetes tinggi di Singapura di mana diketahui ada kurang lebih 600 ribu kasus diabetes pada tahun 2017 di negara ini menurut laporan data International Diabetes Federation. Dengan pelarangan iklan dan pembatasan penjualannya, maka diharapkan jumlah penderita diabetes pun bisa berkurang.
Penjelasan mengenai detail kebijakan tersebut akan dilakukan pada tahun mendatang, yakni 2020. Dan dengan keputusan ini, bisa dikatakan Singapura akan mengikuti jejak Inggris dan Meksiko yang sudah lebih dulu memberikan pembatasan makanan sekaligus minuman yang mengandung kalori tinggi dalam upaya meningkatkan kesehatan warganya.