Kucai termasuk dalam keluarga tumbuhan bawang yang memiliki lebih dari 700 spesies. Sebagai sayuran yang dapat dikonsumsi, kucai digunakan untuk keperluan kuliner di sebagian besar belahan dunia.
Walaupun jarang ditemukan di Indonesia, namun ternyata daun kucai ini memiliki banyak peran dalam kesehatan, terutama dalam pengendalian penyakit kronis.
Kucai (Allium tuberosum) atau lebih sering dikenal dengan daun kucai, sedangkan di Inggris disebut chinese chive dan di Mandarin disebut jiu cai, banyak dibudidayakan di wilayah Asia terutama Cina.
Jenis bawang yang tersedia di alam sangat beragam, tidak heran jika ditemukan banyak kemiripan diantara ragam jenisnya. Salah satunya yaitu kucai, jenis bawang yang acap kali dimiripkan dengan lokio.
Kucai memiliki aroma yang lebih kuat dibanding lokio dan menyengat hampir serupa dengan bawang putih. Selain itu ukuran daun lokio tipis dan panjang sekitar 30 cm, sedangkan kucai bentuknya rata menyerupai bilah rumput dengan panjang sekitar 12-15cm.
Pada ujung daunnya, kucai memproduksi bunga dengan kepala putih dan pipih, sedangkan bunga pada ujung daun lokio sangat melimpah berwarna lavender-kemerahan menyerupai semanggi merah.
Fakta Menarik Seputar Kucai
Berikut adalah daftar nutrisi yang terkandung dalam 100 gram sajian daun kucai.
Nama | Jumlah | Satuan Unit |
Total Kalori | 126 | kJ |
Total Karbohidrat | 4.4 | g |
Serat Makanan | 2.5 | g |
Gula | 1.9 | g |
Total Lemak | 0.7 | g |
Lemak Jenuh | 0.1 | g |
Total Asam Lemak Omega-3 | 15.0 | mg |
Total Asam Lemak Omega-6 | 252 | mg |
Protein | 3.3 | g |
Vitamin A | 4352 | IU |
Vitamin C | 58.1 | mg |
Vitamin E (Alpha Tocopherol) | 0.2 | mg |
Vitamin K | 213 | mcg |
Thiamin | 0.1 | mg |
Riboflavin | 0.1 | mg |
Niacin | 0.6 | mg |
Vitamin B6 | 0.1 | mg |
Folat | 105 | mcg |
Vitamin B12 | 0.0 | mcg |
Asam Patentonat | 0.3 | mg |
Kolin | 5.2 | mg |
Kalsium | 92.0 | mg |
Zat Besi | 1.6 | mg |
Magnesium | 42.0 | mg |
Fosfor | 58.0 | mg |
Kalium | 296 | mg |
Natrium | 3.0 | mg |
Zinc | 0.6 | mg |
Seng | 0.2 | mg |
Mangan | 0.4 | mg |
Selenium | 0.9 | mcg |
Fitosterol | 9.0 | mg |
Dari info gizi tabel diatas dapat diketahui, kucai mengandung banyak vitamin C, vitamin A, vitamin K, Folat, serat makanan dan berbagai mineral.
Daun kucai terbukti mengandung banyak vitamin dan senyawa yang bermanfaat untuk metabolisme kesehatan tubuh. Dengan mengonsumsi Allium secara teratur dan sesuai kebutuhan, dapat menjadi strategi potensial untuk pencegahan penyakit kronis.
Studi oleh Tang, et.al menunjukkan bahwa hepatotoksisitas (kerusakan hati) oleh CCI4 (senyawa penginduksi kerusakan hati) meningkatkan tingkat mediator pro-inflamasi seperti, TNF-α, NO, IL-6 and IL-10, dimana ekstrak kucai mampu mengurangi sitokin pro-inflamasi (sinyal reaksi radang) tersebut secara signifikan dan menunjukkan efek perlindungan pada hati.
Ekstrak kucai terbukti meningkatkan status enzim antioksidan dengan meningkatkan kadar superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase (GSH-Px), dan katalase (CAT) sembari mengurangi tingkat peroksidasi (memicu reaksi oksidasi) lipid.
SOD, GSH, dan CAT merupakan enzim antioksidan utama dalam aktivitasnya menangkal radikal bebas. SOD bertindak sebagai sistem pertahanan endogen seluler yang memodifikasi O2 menjadi H2O2 dan oksigen, yang kemudian didetoksifikasi oleh katalase (CAT) dan glutathion peroxidase (GSH-Px).[7]
Flavonoid dan polipenol sebagai antioksidan yang terkandung dalam kucai juga turut berperan dalam mengurangi resiko pekembangan stres oksidatif dalam tubuh yang mungkin berhubungan dengan penyakit liver.
Stres oksidatif merupakan salah satu faktor penyebab penting terjadinya diabetes, dimana dapat merusak membran lipid, asam nukleat, dan protein.
Setelah diamati, pada kondisi diabetes enzim antioksidan akan terkuras dan kucai terbukti secara efektif mampu memulihkan kondisi tersebut dengan mengurangi stres oksidatif.
Stres oksidatif merupakan keadaan jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya.
Kandungan senyawa thiosulfinates dalam kucai bekerja dengan menghambat pertumbuhan dan aktivasi sel kanker pada kolon.
Senyawa sulfur dalam kucai juga dapat membunuh atau mencegah pertumbuhan sel kanker (apoptosis).
Tuberoside M yang terdapat pada benih kucai juga menujukkan efek yang signifikan dalam menghambat pertumbuhan sel leukimia.
Daun kucai mengandung zat yang berperan aktif dalam proses pencegahan penggumpalan darah.
Di Tiongkok, daun kucai dipercaya dapat menyegarkan sirkulasi aliran darah dan mencegah hemostasis (penghentian aktivitas perdarahan).
Senyawa sulfur dalam kucai juga memiliki efek antioksidan aktif dengan membersihkan radikal hidrogen sulfida (H2S) yang beracun sehingga dapat menjaga kesehatan jantung.
Kucai dilaporkan lebih efektif dalam menurunkan resiko aterosklerosis dibanding bawang putih (A. sativum). Kucai menunjukkan aktivitas yang signifikan dalam menurunkan kadar lemak dalam darah (hipolipidemik) dengan mengurangi kadar serum kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL).
Aterosklerosis yaitu penyempitan pembuluh darah disebabkan adanya tumpukan plak kolesterol, lemak, dan zat lainnya sehingga menghalangi kelancaran aliran darah dan dapat memicu pada masalah kardiovaskuler.
Senyawa sulfur diketahui dapat memacu sekresi sitokin yang bereaksi dalam tubuh jika terjadi peradangan, sehingga mengatasinya dengan lebih cepat.
Esktrak minyak atsiri pada kucai yang sudah dimasak juga meningkatkan aktivitas sel natural killer (NK) yang berespons terhadap mikroba, dan membunuh sel yang terinfeksi.
Minyak atsiri dari daun kucai menunjukkan manfaat yang cukup luas untuk antibakteri dan pengawet makanan.
Benih kucai dipercaya dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengobati impotensi dan emisi nokturnal (mimpi basah spontan pada malam hari).
Beberapa penelitian telah menyebutkan khasiat benih kucai dalam meningkatkan fungsi seksual. Penelitian ini menunjukkan efek dari ekstrak keduanya yang digabungkan menghasilkan efek yang lebih signifikan dalam hal gairah seksual jika dibandingkan dengan ekstrak tunggal.
Studi yang dilakukan oleh Zang et.al menunjukkan ekstrak benih kucai mampu mengurangi keterlambatan ejakulasi bahkan meningkatkan frekuensi ejakulasi.
Vitamin A merupakan kandungan yang paling banyak ditemukan pada kucai. Manfaatnya pun diketahui sangat populer untuk fungsi penglihatan.
Kucai juga kaya akan kandungan karotenoid seperti lutein dan zeaxanthin, dimana keduanya ditemukan terakumulasi di retina untuk membantu mencegah degenerasi makula (penurunan fungsi penglihatan terkait usia).
Kucai diketahui memiliki banyak efek menguntungkan bagi kesehatan, namun jika salah langkah, sayuran ini justru dapat berbahaya bagi tubuh. Berikut efek samping kucai pada yang perlu diwaspadai :
Masyarakat tradisional Cina menggunakan kucai dengan terlebih dahulu memasaknya dibandingkan menyantapnya langsung secara mentah.
Tes toksikologi menunjukkan bahwa kucai segar dan mentah memiliki efek beracun untuk hati dan ginjal, namun kucai yang matang terbukti aman. Proses memasak dapat menurunkan sejumlah senyawa beracun dengan titik didih yang rendah.
Kucai mengandung senyawa yang dapat dimanfaatkan untuk perlindungan hati (hepatoprotektif), namun kucai juga terbukti mengandung senyawa yang justru berbahaya bagi hati dan ginjal jika dikonsumsi secara mentah.
Berikut tips untuk merawat dan menanam kucai dengan hasil yang baik :
Setelah memilih dan membeli kucai yang baik, pastikan juga untuk menyimpannya dengan benar.
Sebelum memasaknya, jangan lupa untuk memilih daun kucai yang baik untuk memastikan beragam manfaatnya masih aman terjaga. Berikut tips memilih daun kucai yang bagus :
Tips Penyajian Kucai
Dalam kuliner, kucai biasanya digunakan sebagai pelengkap atau hiasan. Berikut beberapa ide dalam menyajikan kucai agar tidak kehilangan nutrisinya :
Sebaiknya hindari untuk memasak daun kucai dalam waktu yang lama, karena akan menghilangkan rasanya.
Kucai termasuk dalam keluarga bawang, walaupun tampilannya sekilas tampak serupa dengan lokio namun keduanya berbeda. Kucai banyak dikaitkan dengan berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh terutama untuk penyakit kronis seperti kanker, masalah kardiovaskuler, perlindungan terhadap hati, bahkan gangguan seksual.
1. Xingli Tang., Opeyemi J. Olatunji., Yifeng Zhou., and Xilin Hou. Allium tuberosum: antidiabetic and hepatoprotective activities. 102:681-689. Food Research International; 2017
2. Yawen Zeng., Yuping Li., Jiazhen Yang., Xiaoying Pu., Juan Du., Xiaomeng Yang., Tao Yang., and Shuming Yang. Therapeutic Role of Functional Components in Alliums for Preventive Chronic Disease in Human Being. 9402849. Evidence-based complementary and alternative medicine; 2017
3. Quan Gao., Xia-Bing Li., Jia Sun., Er-Dong Xia., Feng Tang., Hai-Qun Cao., and Hang Xun. Isolation and identification of new chemical constituents from Chinese chive (Allium tuberosum) and toxicological evaluation of raw and cooked Chinese chive. 112(2018) : 400-411. Food and Chemical Toxicology; 2018
4. Anonym. Australia. Chives. Better Health Channel. Department of Health and Human Services, State Government of Victoria; 2015
5. Anonym. Chives. The Herb Society of America; 1999
6. Condé Nast. Chives, Raw Nutrition Facts & Calories. The Self Nutrition Data; 2018
7. Maria Ulfa Sheilaadji., M.Yulianto Listiawan., dan Evy Ervianti. Hubungan Kadar Antioksidan Superoxide Dismutase (SOD) dengan Indeks Bakterial (IB) pada Pasien Kusta Baru Tipe Multibasiler (MB) tanpa Reaksi. 31(3) : 100-109. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and Venereology; 2019
8. Jizhe Shi., Xinchao Liu., Zhen Li., Yuanyuan Zheng., Qingwen Zhang., and Xiaoxia Liu. Laboratory Evaluation of Acute Toxicity of the Essential Oil of Allium tuberosum Leaves and Its Selected Major Constituents Against Apolygus lucorum (Hemiptera: Miridae). 15(1): 117. Journal of Insect Science; 2015
9. Centers for Cultural Understanding and Social Change. Garlic Achives (Allium Tuberosum). UIC Heritage Garden; 2020
10. Yi Zhang., Feixian Zhou., and Fahuan Ge. Effects of combined extracts of Lepidium meyenii and Allium tuberosum Rottl. on erectile dysfunction. 19(135). BMC Complementary and Alternative Medicine; 2019
11. Raghuveer Choudhary. Beneficial Effect of Allium Sativum and Allium Tuberosum on Experimental Hyperlipidemia and Atheroschlerosis. 4(2): 7-9. Pakistan Journal of Physiology; 2008
12. Megan Ware, RDN, L.D. and medically reviewed by Katherine Marengo LDN, R.D. What are the health benefits of chives?. Medical News Today; 2020