Validitas merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian. Validitas mengacu pada kemampuan alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, maka validitas alat ukur tersebut dapat dikatakan tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika alat ukur tidak mampu menukur apa yang seharusnya diukur, maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak memiliki nilai validitas yang baik. Terdapat beberapa jenis validitas, namun yang akan dibahas secara spesifik dalam tulisan kali ini adalah validitas eksternal.
Pengertian Validitas Eksternal
Validitas eksternal berbeda dengan validitas internal. Validitas eksternal lebih mengacu pada generalisasi hasil penelitian studi. Untuk mendapatkan validitas eksternal yang tinggi, peneliti harus membatasi karakteristik peserta dan kondisi yang didesain untuk melakukan penelitian, seperti situasi ruangan, waktu dan tempat. Validitas eksternal adalah tingkat di mana hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada latar belakang, populasi dan karakteristik dalam kondisi atau situasi yang serupa.
Dengan kata lain, validitas eksternal merupakan validitas yang berhubungan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat digeneralisasi. Berikut adalah sumber validitas eksternal:
Validitas eksternal mengacu pada derajat akurasi, apakah hasil penelitian dapat diterapkan pada populasi tempat sampel diambil. Jika sampel penelitian bersifat representatif, maka penelitian tersebut akan memiliki validitas eksternal yang tinggi. Validitas eksternal bertujuan untuk melihat apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan populasi lain atau waktu lain.
Validitas Eksternal dan Penerapannya di Bidang Kesehatan
Validitas eksternal diterapkan dalam semua bidang ilmu pengetahuan, bidang kesehatan juga tidak terkecuali. Sebagai contoh, jika seorang peneliti ingin melihat efektivitas obat batuk anak, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan:
Jenis-jenis Validitas Eksternal
Terdapat tiga jenis validitas eksternal, yaitu:
1. Validitas Populasi
Validitas populasi mencerminkan kemampuan hasil penelitian untuk diterapkan pada populasi tempat sampel tersebut diambil. Validitas ini berhubungan dengan teknik pengambilan sampel. Pengambilan sampel yang disarankan untuk validitas populasi adalah pengambilan sampel secara acak atau random sampling. Validitas populasi dipengaruhi oleh bias pemilihan sampel oleh peneliti. Kesalahan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam mengambil sampel yang karakteristiknya tidak sesuai dengan karakteristik subjek penelitian.
2. Validitas Ekologis
Validitas ekologis mengacu pada kemampuan hasil penelitian untuk diterapkan pada situasi dan kondisi lingkungan lain. Validitas ekologis yang tinggi menandakan bahwa hasil penelitian dapat digeneralisasi di lingkungan lain.
3. Validitas Temporal
Validitas temporal mengacu pada kemampuan hasil penelitian untuk diterapkan pada waktu yang berbeda. Untuk menentukan validitas temporal, peneliti perlu mempertimbangkan waktu treatment akan diberikan dan jarak pretes-postes. Terdapat dua jenis validitas temporal:
Variasi musiman mengacu pada kejadian yang biasa terjadi sepanjang waktu di dalam populasi. Variasi musiman dibagi menjadi dua, yaitu fixed time variation yang terjadi saat perubahan pada waktu yang dapat diprediksi, seperti macet pada saat jam berangkat dan pulang kerja, dan variable time variation yang perubahannya tidak dapat diprediksi.
Variasi siklus merupakan variasi musiman yang terjadi dalam diri individu. Siklus pada individu dapat mempengaruhi variabel penelitian. Sebagai contoh, kondisi asam lambung manusia pada siang hari tidak sama dengan kondisi asam lambung pada malam hari. Jika pretes dan postes tidak dilakukan pada waktu yang sama, maka terdapat kemungkinan hasil penelitian menjadi tidak valid.
Variasi personal merupakan variasi dari karakteristik pribadi individu di waktu tertentu. Secara umum, individu memiliki karakteristik yang stabil tetapi terdapat beberapa karakter yang berubah pada saat waktu tertentu. Sebagai contoh, penelitian mengenai frekuensi dan penyebab sering bersin pada saat musim hujan dan musim kemarau mungkin memiliki hasil yang berbeda.
Demikian pembahasan mengenai validitas eksternal dalam penelitian dan kesehatan. Semoga bermanfaat.