Validitas internal adalah derajat bias dari suatu studi penelitian atau tingkat di mana hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya karena keakuratan alat ukur. Validitas internal mengacu pada kemampuan alat ukur untuk membuat penjelasan yang masuk akal mengenai hasil penelitian yang didapatkan, sedangkan validitas eksternal lebih mengacu pada generalisasi hasil penelitian studi.
Validitas internal merupakan validitas yang berhubungan dengan sejauh mana hubungan antar variabel dalam penelitian. Validitas internal bertujuan untuk memastikan tidak adanya bias dalam penelitian sehingga hasil penelitian dapat dipercaya dan bermakna.
Validitas internal memiliki beberapa ancaman yang tidak dapat dihindari. Ancaman ini dapat terjadi sendiri atau berbarengan dan membuat hasil penelitian yang masuk akal tetapi tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Berikut adalah faktor yang dapat mempengaruhi validitas internal:
1. Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi di masa lalu terkadang masih dapat mempengaruhi subjek atau fenomena. Oleh karena itu, perubahan variabel yang disebabkan oleh sejarah atau pengalaman subjek penelitian mengenai topik yang akan diteliti harus dihindari agar alat ukur memiliki validitas internal yang baik. Terdapat dua jenis sejarah yang dapat mempengaruhi validitas internal:
2. Kematangan (Maturitas)
Subjek penelitian selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan, tetapi peneliti tidak boleh membiarkan faktor ini mempengaruhi variabel karena perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh eksperimen atau kontrol peneliti, melainkan kematangan atau maturitas subjek penelitian. Hal ini dapat mempengaruhi validitas internal karena perubahan pada subjek tidak disebabkan oleh eksperimen atau kontrol peneliti.
3. Seleksi (Selection)
Seleksi atau pemilihan anggota kelompok yang akan diteliti juga mempengaruhi validitas internal suatu penelitian. Anggota kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik yang serupa, sebagai contoh, ketika meneliti kasus diabetes, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol harus memiliki riwayat penyakit yang serupa sehingga hasil penelitian tidak dipengaruhi oleh karakteristik lain yang dapat mengancam validitas internal dari hasil penelitian
4. Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman subjek penelitian yang telah melakukan tes sebelumnya berbeda dengan subjek penelitian yang baru melakukan tes untuk pertama kalinya karena subjek penelitian yang telah melakukan tes sebelumnya mungkin saja mengingat kembali jawaban yang pernah ia isi dan menggantinya dengan jawaban lain, sehingga jawaban yang didapatkan oleh peneliti tidak bersifat alami karena subjek penelitian telah memperbaiki jawabannya.
5. Instrumen
Instrumen atau alat ukur biasanya digunakan dua kali, yaitu pada saat sebelum perlakuan atau eksperimen dan setelahnya. Subjek peneliti bisa saja mengisi alat ukur yang diberikan setelah perlakuan atau eksperimen agar mendapatkan nilai yang baik. Sebagai contoh, penderita diabetes diberikan alat ukur berupa kuesioner untuk mengukur gejala diabetes yang dialami.
Setelah mengisi alat ukur, penderita diabetes diberikan penyuluhan mengenai makanan untuk penderita diabetes dan minuman apa saja yang boleh dikonsumsi selama dua minggu mendatang. Setelah dua minggu kemudian, peneliti kembali memberikan kuesioner untuk mengukur gejala diabetes dari subjek penelitiannya. Jika penderita diabetes yang merupakan subjek penelitian berbohong pada kuesioner pasca penyuluhan, maka validitas internal dari hasil penelitian tersebut menjadi tidak valid.
6. Mortalitas (Mortality)
Saat melakukan penelitian atau eksperimen, terdapat subjek penelitian yang ‘drop out’ karena berbagai alasan di antara waktu pretes (sebelum eksperimen atau perlakuan) dan postes (setelah eksperimen atau perlakuan). ‘Drop out’ dapat disebabkan oleh subjek yang berpindah tempat tinggal, tidak ingin melanjutkan penelitian lagi, sakit atau meninggal dunia. Faktor ini juga dapat mempengaruhi validitas internal dari penelitian.
7. Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regression Toward The Mean)
Faktor ini dapat diketahui ancamannya setelah data telah diproses. Nilai ekstrim tinggi atau rendah dari hasil pretes menjadi tidak ekstrim lagi pada pengukuran kedua. Perubahan ini bukan merupakan perubahan yang sebenarnya, melainkan perubahan semu. Oleh karena itu, regresi ke arah nilai rata-rata ini juga disebut dengan regresi semu atau regression artifact.
Untuk memastikan penelitian menghasilkan hasil yang valid, maka semua faktor yang telah disebutkan di atas harus dikontrol oleh peneliti. Jika faktor-faktor ini dibiarkan begitu saja, maka kemungkinan hasil penelitian menjadi tidak valid menjadi semakin tinggi sehingga tidak dapat memberikan kesimpulan yang bermakna.
Penerapan Validitas Internal dalam Bidang Kesehatan
Validitas internal dapat diterapkan di penelitian pada segala bidang, termasuk bidang kesehatan. Sebagai contoh, jika ingin meneliti mengenai efektifitas obat pada pasien, maka perlu memastikan faktor-faktor yang dapat mengancam validitas perlu dihilangkan, diantaranya:
Kesimpulan dari ulasan ini adalah validitas internal merupakan tingkatan di mana hasil penelitian dapat dipercaya dengan derajat akurasi desain penelitian dan hipotesis yang sudah ditentukan sebelumnya. Terdapat beberapa faktor yang dapat mengancam validitas internal, yaitu sejarah, maturasi, seleksi, prosedur tes, instrumen, mortalitas, dan regresi ke nilai rata-rata. Semoga bermanfaat.